Sukses

Puasa Ramadhan, Momentum Tepat Cegah Glaukoma dengan Hentikan Konsumsi Gula Berlebih

Di negara berkembang, 90 persen kasus glaukoma tidak terdeteksi.

Liputan6.com, Jakarta - Bulan Ramadhan menjadi momentum bagi masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat, salah satunya dengan menghentikan konsumsi gula berlebih agar terhindar dari risiko gangguan kesehatan mata akibat diabetes.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Dr dr Widya Artini Wiyogo mengatakan, pasien diabetes melitus akan susah ditangani ketika mengalami glaukoma.

"Penderita diabetes itu yang paling susah ditangani oleh kami (dokter spesialis mata subspesialis glaukoma). Karena harus menangani diabetesnya, harus melaser retinanya, harus disuntik untuk menghilangkan pendarahannya, diteteskan obat, dan operasi pasang selang," kata Widya pada acara diskusi soal kesehatan mata bersama Rumah Sakit Spesialis Mata Jakarta Eye Center (JEC) di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis, dilansir Antara.

Mengurangi keinginan minum atau makan makanan manis di bulan puasa, menurut Widya bisa dilakukan dengan mengonsumsi lebih banyak air putih. Ini merupakan cara disiplin tubuh cegah glaukoma akibat penyakit diabetes.

Jenis glaukoma neovaskular, umumnya diakibatkan diabetes melitus yang tidak terkontrol.

Di negara berkembang, 90 persen kasus glaukoma tidak terdeteksi. Hal itu diperparah dengan fakta bahwa sekitar satu milyar orang di dunia belum memiliki akses terhadap kesehatan mata.

Glaukoma nyaris tanpa gejala dimana penyebabnya adalah cairan yang terperangkap di rongga bola mata yang menekan hingga bagian belakang saraf optik, dan menimbulkan penurunan fungsi penglihatan. Kondisi ini dapat dialami oleh usia berapa pun, namun seiring peningkatan faktor risiko, kondisi ini banyak dialami oleh kalangan usia di atas 40 tahun.

 

2 dari 3 halaman

Tekanan Darah pada Bola Mata Pasien Glaukoma Tinggi

Menurut Widya, umumnya, tekanan darah di bola mata pasien saat diperiksa cukup tinggi.

"Umumnya, tekanan darah di bola mata pasien saat diperiksa cukup tinggi, di atas 21 mmHg," ujar Widya.

Diagnosa glaukoma menggunakan alat tomografi koherensi optik (OCT) yaitu teknologi pencitraan yang menggunakan interferometri koherensi rendah untuk mendapatkan gambar penampang lapangan pandang.

 

3 dari 3 halaman

2x24 Jam untuk Turunkan Tekanan pada Bola Mata

Pasien yang terkena glaukoma akut punya waktu 2x24 jam untuk menurunkan tekanan bola mata guna mencegah kelainan penglihatan permanen.

"Jika terlambat, kelainannya akan menjadi permanen. Sehingga kami mengimbau agar sebelum akut, masyarakat melakukan skrining dini glaukoma secara berkala," ujar Widya.

Glaukoma merupakan penyebab kebutaan tertinggi kedua setelah katarak. Kondisi ini pun tidak bisa direhabilitasi, namun bisa dicegah dampak fatalnya.