Liputan6.com, Jakarta - KH Abdurrahman Wahid atau terkenal dengan Gus Dur Mantan Presiden RI ke 4 Gus Dur dikenal sebagai sosok yang penuh dengan humor cerdas yang segar.
Humor Gus Dur tidak hanya membuat orang tertawa, tetapi juga menggambarkan kebijaksanaan dan sikap santainya terhadap kehidupan.
Advertisement
Baca Juga
Gus Dur secara alami memiliki kecerdasan verbal yang tinggi. Kemampuan ini memungkinkannya untuk dengan cepat menangkap situasi dan merespons dengan humor yang tepat.
Sebagai seorang intelektual dan pemimpin agama, Gus Dur memiliki pendidikan yang luas dan pengalaman yang beragam. Ini memungkinkannya untuk memiliki wawasan yang dalam tentang banyak hal, termasuk politik, budaya, dan agama, yang seringkali menjadi bahan untuk humor.
Gus Dur lahir dan dibesarkan dalam budaya Jawa, yang kaya akan humor dan lelucon. Budaya ini menghargai kecerdasan verbal dan humor dalam berkomunikasi, dan Gus Dur terampil dalam menggunakan unsur-unsur ini dalam interaksinya.
Salah satu kisah yang populer adalah cerita sopir mikrolet yang justru masuk surga tanpa banyak pertanyaan malaikat.
Simak Video Pilihan Ini:
Sopir Mikrolet Jadi Perdebatan di Depan Pintu Surga
Mengutip alif.id tentang humor Gus Dur yang bersumber Buku Gus Durku Gus Dur Anda Gus Dur Kita dengan Penulis Muhammad AS Hikam, salah satu humor segar adalah ketika sopir mikrolet yang berpotensi besar masuk surga, bahkan masuk surga tanpa banyak pertanyaan malaikat.
Di pintu surga sedang terjadi perdebatan ramai dan bertele-tele antara tiga orang pemimpin agama gara-gara malaikat penjaga pintu tidak mengizinkan mereka masuk. Pasalnya, mereka merasa paling berhak masuk lebih dulu karena posisinya sebagai Imam, Pendeta, dan Bhiksu.
Malaikat penjaga surga tampaknya tidak mau memutuskan siapa yang boleh masuk duluan sebelum clear dan karenanya membiarkan ketiganya berdebat.
Tiba-tiba menyelononglah seorang yang compang-camping dan tidak terlalu gagah mendekati pintu surga untuk minta masuk.
Labtas, malaikat mengecek sebentar buku daftarnya, lalu mempersilahkan orang tersebut masuk, tanpa ba atau bu.
Advertisement
Sopir Mikrolet Bikin Iri Pemuka Agama
Spontan saja ketiga pemimipin agama tadi berhenti berdebat dan menyatukan tekad untuk protes terhadap sang Malaikat. Maka ditunjuklah si Imam untuk menjadi jubir dan menanyai Malaikat:
“Pak Malaikat, itu tadi siapa kok langsung nyelonong masuk surga?” tanya jubir.
“Itu si Hotpintor Sinaga, orang Toba,” kata Malaikat.
“Emang dia kelebihannya apa dibanding kita kok gak ditanya?”
“Dia sopir mikrolet jurusan Senen-Cakung,” jawab Jubir.
“Lho, lha kita bertiga pemimipn agama!”
”Ya tapi Hotpintor tukang mabuk,”
Jubir (dan kedua temannya bingung), “Gimana sih, Kat! Kan jelas kita lebih berhak duluan dari sopir pemabuk itu. Malahan mestinya dia masuk ke tempat lain, bukan di sini!”.
Jawaban Malaikat dan Hikmahnya
“Ah sampeyan ini bertiga ini gimana. Justru karena si Hot tadi sering mabok waktu nyopir, para penumpang mikroletnya selalu takzim berdoa kepada Gusti Allah supaya gak kecelakaan. Sampean bertiga sebaliknya. Kalau khotbah bikin jemaat bosen dan ngantuk semua, boro-boro khidmat dan berdoa sama Gusti Allah. Sampen bertiga malah bikin jemaat makin lama makin berkurang jumlahnya… Coba sampeyan pikir mana yang lebih disukai Gusti Allah. Lihat ini ada catatan khusus: Hotpintor langsung masuk!”
Hikmahnya, beragama bukanlah untuk pencarian keselamatan pribadi belaka, tetapi juga mesti bisa bermanfaat bagi orang lain. Beragama mestinya bukan cuma gagah-gagahan di luaran (formalisme), tetapi juga membuat Tuhan tersenyum karena ummat manusia ikut bahagia. Hotpintor bukan pemuka agama, tetapi tanpa dia polas-poles, sesungguhnya cara dia beragama malah lebih “genuine.”
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul
Advertisement