Sukses

Sejumlah Warga AS Termasuk Pendeta Gelar Iftar Solidaritas Bagi Gaza di Depan Gedung Putih

Tuntutan bagi perdamaian di Gaza mewarnai sejumlah kegiatan iftar sejak awal Ramadan di AS, termasuk kegiatan iftar solidaritas yang berlangsung di depan Gedung Putih. Di luar salat dan buka puasa, sejumlah Muslim AS yang hadir kembali menyerukan gencatan senjata.

Liputan6.com, Washington D.C - Warga Gaza menjadi sorotan saat Ramadan tiba.

Keprihatinan atas konflik Israel dan Hamas mengiringi datangnya bulan suci Ramadhan tahun ini. Pasalnya, warga Palestina di Jalur Gaza mengalami kesulitan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.

Mereka kekurangan bahan pangan untuk sahur dan berbuka, serta merasa tidak aman untuk sekadar melaksanakan salat berjamaah.

Situasi itu membuat warga Muslim di Amerika Serikat mendesak pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendorong terwujudnya gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

Mengutip VOA Indonesia, Senin (25/3/2024), sejumlah aksi unjuk rasa dilakukan, termasuk di antaranya menggelar buka puasa bersama di depan Gedung Putih. Tidak hanya warga Muslim, kegiatan buka puasa bersama pada hari pertama Ramadhan di Amerika Serikat ini juga dihadiri sejumlah warga nonmuslim.

Osama Abu Irshad, perwakilan dari kelompok American Muslims for Palestine dan Justice for Palestine Action mangatakan kepada VOA bahwa kegiatan iftar solidaritas untuk Gaza yang diselenggarakan ini bertujuan mendesak pemerintah AS agar segera menghentikan dukungannya bagi Israel.

“Negara ini telah berinvestasi ke Israel selama 35 tahun terakhir, dengan angka lebih dari 245 miliar dolar AS jika termasuk rasio inflasi. Oleh karena keraguan dan keterlibatan penuh presiden, tidak ada yang tahu akhirnya akan seperti apa. Tetapi kita tahu bahwa Israel telah melakukan kejahatan yang sangat besar terhadap kemanusiaan, dibantu dan didukung oleh presiden (Joe Biden) ini,” ujar Irshad.

 

2 dari 2 halaman

Pendeta Ikut Serta

Sementara seorang pendeta sekaligus aktivis perdamaian, Graylan Scott Hagler, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut, menyoroti perpecahan antara Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

“Ada ketegangan (antara keduanya). Ketegangan itu akan terus tumbuh dan meluas. Populasi di Amerika akan terus menantang ini. Jika Anda melihat polling hari ini, Anda akan lihat bahwa mayoritas warga Amerika menginginkan gencatan senjata – dan mereka (politikus) yang setuju akan gencatan senjata akan lebih mudah dipilih (oleh masyarakat),” ujar Hagler kepada VOA.

Sebelumnya, pada hari Minggu (10/3) lalu, bersamaan dimulainya salat tarawih pertama di Amerika, Presiden Joe Biden mengeluarkan pernyataan tertulis yang mengungkapkan penghargaannya kepada muslim Amerika sebagai bagian dari rakyat Amerika Serikat.

Seperti halnya Muslim di Amerika yang memikirkan nasib warga Palestina di Gaza, Biden menyebut hal itu juga menjadi salah satu fokus perhatiannya saat ini.