Liputan6.com, Jakarta - Ada kalanya, ada seseorang yang berani memastikan serta klaim dirinya masuk surga. Dalam Islam, klaim seperti ini merupakan suatu pernyataan yang sangat berbahaya dan tidak sesuai dengan ajaran agama.
Hanya Allah SWT yang memiliki otoritas untuk menentukan siapa yang akan masuk surga dan siapa yang akan masuk neraka. Tidak seorang pun, termasuk walaupun itu tokoh agama, memiliki kepastian mutlak mengenai nasib akhir seseorang di akhirat.
Dalam Islam, keyakinan bahwa masuk surga atau neraka tergantung pada amal kebaikan dan ketakwaan seseorang sepanjang hidupnya. Seorang Muslim harus berusaha keras untuk melakukan amal kebaikan, menjauhi dosa, dan mematuhi perintah Allah SWT serta mengikuti ajaran Rasulullah SAW.
Advertisement
Namun, bahkan dengan usaha terbaik, seseorang tidak boleh memandang rendah kebesaran dan keadilan Allah SWT. Hanya Dia yang mengetahui dengan pasti siapa yang layak masuk surga.
Fenomena di mana seseorang mengklaim pasti masuk surga dapat berasal dari pemahaman yang salah tentang ajaran agama atau bahkan dari kesombongan dan keangkuhan.
Dalam Islam, kesombongan adalah sifat yang sangat dilarang dan dikecam, karena menyebabkan seseorang merasa lebih tinggi dari yang seharusnya dan menganggap dirinya lebih baik dari orang lain.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Muslim Wajib Menjaga Kehati-hatian
Sebagai umat Islam, penting untuk menjaga hati-hati terhadap klaim semacam itu dan tidak terpedaya olehnya. Kita harus tetap rendah hati, terus berusaha untuk meningkatkan kualitas iman dan amal kebaikan kita, serta selalu berdoa kepada Allah SWT agar diberi hidayah, ampunan, dan rahmat-Nya di dunia dan di akhirat.
Mengutip Muslim.or.id, Allah subhanahu wata’ala berfirman,
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمْ خَيْرُ ٱلْبَرِيَّةِ جَزَآؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۖ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِىَ رَبَّهُۥ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik- baik makhluk. Balasan mereka di sisi Rabb mereka adalah surga ‘Adn yang sungai-sungai mengalir di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Yang demikian itu adalah balasan bagi orang yang takut kepada Rabb-nya.” (QS. Al-Bayyinah: 7-8)
Demikian pula, tentang orang kafir itu di neraka, Allah subhanahu wata’ala berfirman,
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ وَٱلْمُشْرِكِينَ فِى نَارِ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمْ شَرُّ ٱلْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari ahli kitab dan orang-orang yang musyrik itu di neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al-Bayyinah: 6)
Advertisement
Jika Tak Ada Dalilnya, Jangan Berani Klaim
Adapun meyakini atau mengatakan bahwa individu tertentu itu di surga atau neraka, maka hal ini tidak boleh kita lakukan, kecuali jika memang ada dalilnya bahwa dia masuk surga atau masuk neraka. Ini karena hanya Allah subhanahu wata’ala yang mengetahui perkara yang batin dan tersembunyi. Bahkan, walaupun orang tersebut adalah orang mukmin asli atau orang kafir asli, maka tidak boleh bagi kita untuk mengatakan semisal “Si Fulan di surga”, atau “Si Fulan di neraka”.
Yang bisa kita lakukan adalah mengharapkan dan mendoakan seseorang untuk masuk surga, jika zahirnya selama ini di dunia dia adalah orang yang beriman. Atau, kita juga bisa mengatakan, “Si Fulan adalah muslim, dan jika dia meninggal di atas keimanannya, maka dia akan masuk surga.” Atau mengatakan, “Si Fulan adalah kafir, dan jika dia mati di atas kekufurannya, maka dia akan masuk neraka.”
Dengan kata lain, kita mengembalikan kepada hukum umum. Jika seseorang itu memang adalah orang yang beriman, maka dia masuk surga. Akan tetapi, jika dia adalah orang yang kafir, maka dia masuk neraka.
Adapun jika ada dalil yang menetapkan bahwa individu tertentu itu masuk surga, maka kita harus meyakini bahwa individu tersebut masuk surga. Misalnya, sepuluh sahabat yang dijanjikan masuk surga dalam hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
أبو بكر في الجنة، وعمر في الجنة، وعثمان في الجنة، وعلي في الجنة، وطلحة في الجنة، والزبير في الجنة، وعبد الرحمن بن عوف في الجنة، وسعد بن أبي وقاص في الجنة، وسعيد بن زيد في الجنة، وأبو عبيدة بن الجراح في الجنة.
“Abu Bakr di surga, ‘Umar (ibn al-Khaththab) di surga, ‘Utsman (ibn ‘Affan) di surga, ‘Ali (ibn Abi Thalib) di surga, Thalhah (ibn ‘Ubaidillah) di surga, Az-Zubair (ibn Al-’Awwam) di surga, ‘Abdurrahman ibn ‘Auf di surga, Sa’id ibn Abi Waqqash di surga, Sa’id ibn Zaid di surga, dan Abu ‘Ubaidah ibn Al-Jarrah di surga.”
Demikian pula, jika ada dalil yang menetapkan bahwa individu tertentu itu masuk neraka, maka kita harus meyakini bahwa individu tersebut masuk neraka. Misalnya, Abu Lahab dan istrinya. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
تَبَّتْ يَدَآ أَبِى لَهَبٍ وَتَبَّ * مَآ أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُۥ وَمَا كَسَبَ * سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ * وَٱمْرَأَتُهُۥ حَمَّالَةَ ٱلْحَطَبِ * فِى جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدِۭ
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah bermanfaat kepadanya harta bendanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan begitu pula istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.” (QS. al-Masad: 1-5). Wallahu A'lam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul