Liputan6.com, Cilacap - Ulama kharismatik ahli Al-Qur’an asal Rembang, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menerangkan perihal perbedaan syafa’at Al-Qur’an dengan Rasulullah SAW.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Pengasuh Ponpes LP3IA, Rembang, Jawa Tengah ini bahwa Al-Qur’an bisa memberikan syafa’at kepada manusia dari azab Allah SWT di alam kubur termasuk di hari kiamat.
“Tentu masyhur sekali di antara yang difahami semua ulama, bahwa Qur’an itu bisa mensyafa’ati,” terang Gus Baha dikutip dari tayangan YouTube Sultan 313, Kamis (28/03/2024).
Ulama yang lekat dengan kemeja putih ini pun menerangkan perihal perbedaanya dengan syafaatnya Rasulullah SAW. Menurutnya syafaat Al-Qur’an memiliki fungsi preventif karena mampu menghindarkan manusia dari siksa Allah SWT.
Sementara selain Al-Qur’an sifatnya represif. Artinya, jikalau manusia terkena azab, maka syafaat selain Al-Qur’an sifatnya mengangkat manusia yang sudah terkena azab menjadi tidak.
“Bahkan syafaatnya Al-Qur’an ini bedanya dengan syafaatnya Nabi adalah syafa’atul Qur’an ini bisa menghalau atau menghadang orang biar tidak sampai kena azab,” tandas santri brilian Mbah Moen ini.
“Tapi kalau syafaatnya yang selain Qur’an itu yang sudah kena azab diambil dari azab itu,” imbuhnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Al-Qur’an Mampu Menyelamatkan Manusia dari Siksa Kubur
Gus yang memiliki ciri khas sikap sederhana ini mencontohkan perihal malaikat yang hendak menyiksa orang yang hafal salah satu surah Al-Qur’an, yakni surah Tabarak atau surah Al-Mulk yang merupakan surah ke 67 dalam susuna mushaf Al-Qur’an.
“Bahwa para malaikat ini terkena konstitusi hukum fiqih. Jadi kita sebagai manusia harus menghormati orang yang hafal Al-Qur’an, kita tidak boleh memukul orang yang hafal A-Qur’an, tidak boleh meludahi orang yang hafal Al-Qur’an, maka malaikat kena aturan yang sama,” terang Gus Baha.
“Karena dia, malaikat ini makhluk yang mukalaf, makhluk yang terkena tatanan Allah SWT,” sambungnya.
Oleh sebab dalam Al-Qur’an terdapat surah yang keutamaanya mampu menyelamatkan manusia dari siksa Allah SWT, yakni surah Tabarak, maka Rasulullah mengatakan kalau surah ini merupakan surah al-Munjiyat.
“Sehingga Rasulullah SAW bersabda, surat tabarok itu disebut al-Munjiyah, al-Waqiyah, surat yang bisa menyelamatkan manusia dari siksa kubur,” jelasnya.
Advertisement
Perdebatan Surah Al-Mulk dengan Malaikat
Gus Baha mengisahkan perdebatan surah Al-Mulk dengan malaikat yang hendak menyiksa seseorang karena perbuatan fasiknya, namun ia hafal surat tersebut.
“Singkat cerita ada orang yang fasik, layak disiksa, ketika akan disiksa malaikat surah Tabarak menjelma menjadi seseorang dan berkata: “kalau kamu menyiksa orang ini, berarti nyiksa saya.” Trus kata malaikat, anti min kalamillah? Kamu ini merupakan kalamullah, tentu saja aku tidak berani menyiksa kamu, “ kisahnya.
“Setelah berdebat cukup lama malaikat berkata, “ini orang tidak benar, ini orang fasik. Saya harus memukulnya,” sambungnya.
Sebab manusia fasik yang hafal surah Al-Mulk ini hendak disiksa, maka surah tersebut membela penghafalnya.
“Kata surat Tabarak, “sefasik-fasiknya, saya ini ada di dalam hatinya, kalau kamu menyiksanya sama saja dengan menyiksaku,” terangnya.
Selamat dari Azab Allah
Akhirnya karena perdebatan tidak kunjung menemukan solusinya, maka keduanya (malaikat dan surah Al-Mulk) ini menghadap kepada Allah SWT.
“Setelah lama berdebat, akhirnya malaikat berkata, “ya sudah kita laporkan kepada Allah SWT,” terang ulama asal Rembang ini.
“Akhirnya surat Tabarak ini cerita ke Allah, “ya Allah ini orang setiap kali datang ke saya, dari sekian banyak surah yang ada di Al-Qur’an orang ini milih saya, yang dipelajari ya saya, yang dihafalkan ya saya,” sambungnya.
Setelah bertemu Allah SWT, surah ini mengatakan pembelaanya kepada orang tersebut. Isi pembelaan sebagaimana diutarakan Gus Baha yakni perihal dirinya akan keluar sebagai salah satu surah dalam Al-Qur’an jika tidak mampu memberikan syafaat kepada penghafalnya.
“Ini kata surat Tabarak kepada Allah, jika orang ini hafal saya tidak ngefek ke dia untuk tidak disiksa, maka mending saya tidak masuk kitabika, tidak masuk Qur’an saja, sudah jadi bagian dari Qur’an kok tidak bisa nyafa’ati,” kata Gus Baha.
“Trus kata Allah, “Luh kok emosi.” “Ya harus emosi Gusti, masa sudah jadi Al-Qur’an kok tidak bisa nyafa’ati yang hafal.” Kata Allah,” sudah-sudah, aman-aman,” terang Gus Baha.
Makanya terus banyak orang yang menghafalkan surat Tabarak, nah ini sekaligus ijazah,” pungkasnya.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement