Sukses

Melihat Tanda Kiamat Bumi dari Serangga, Ini Efek Dahsyatnya

Tak bisa dibayangkan jika jumlah populasi serangga berkurang atau bahkan punah, tentu saja akan memiliki dampak yang besar bagi kehidupan manusia. Tentu saja, bukan mustahil kalau kiamat bumi ini akan terjadi.

Liputan6.com, Jakarta - Tidak semua serangga ini menyebabkan dampak yang merugikan bagi manusia, seperti menyebarkan penyakit dan menjadi hama tanaman. Sebagian dari mereka kehadirannya sangat menguntungkan manusia.

Sebagai contoh, serangga penyerbuk ini mampu meningkatkan hasil pertanian. Tanaman stroberi, buncis, tomat dan lain sebagainya akan mengalami peningkatan hasil yang cukup signifikan karena bantuan serangga penyerbuk.

Manfaat lain sebagaimana dikemukakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut, selain terlibat dalam penyerbukan secara langsung, beberapa serangga bermanfaat sebagai pengontrol hama, pengelola limbah, dan pengurai jasad.

Tak bisa dibayangkan jika jumlah populasi serangga berkurang atau bahkan punah, tentu saja akan memiliki dampak yang besar bagi kehidupan manusia. Tentu saja, bukan mustahil kalau kiamat bumi ini akan terjadi.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Penurunan Tajam Jumlah Serangga

Menukil CNBC Indonesia, dunia sedang menghadapi penurunan tajam jumlah serangga. Hal ini diketahui melalui publikasikan di Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN yang melansir riset LIPI.

Disebutkan, pada 2017, laporan Caspar Hallman dari Radboud University, Belanda menemukan bahwa populasi serangga terbang di cagar alam Jerman menurun lebih dari 75% selama 27 tahun terakhir. Bahkan Bayo dan Wyckhuys melaporkan penurunan serangga tetap terjadi meskipun di kawasan cagar alam yang masih belum terjamah.

Djunijanti Peggie, peneliti bidang Entomologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengatakan penurunan populasi serangga adalah alih fungsi lahan, perubahan iklim, penggunaan pestisida dan pupuk sintetis, serta adanya faktor biologis termasuk patogen dan spesies invasif.

"Status kiamat serangga saya setuju dan sangat mengkhawatirkan, "ungkap Peggie dikutip CNBC Indonesia, Kamis (11/6/2020). Namun di lain sisi, Peggie menekankan penurunan biomassa hingga 76 persen perlu dicermati secara detail. "Belum terlihat jenis serangga yang terancam sehingga belum dapat melakukan prioritas. Oleh karena itu perlu dilakukan pendataan terlebih dahulu."

Lantas, seberapa besar kontribusi serangga pada ekonomi dunia? Mengutip laporan Dana Moneter International (IMF), kumpulan makhluk kecil berbagai jenis ini bisa berkontribusi senilai mencapai ratusan miliar dolar Amerika Serikat (AS) dalam produksi pangan global.

"Dan dari dasar rantai makanan yang menghidupi burung, reptil, amfibi dan mamalia, beberapa (serangga) yang mendaur ulang benda mati seperti kayu dan dedaunan, sementara serangga karnivora menjaga hama pemakan tanaman tetap terkendali, dan (jenis) yang lain, seperti lebah, menyerbuki bunga dan tanaman lainnya, (semua aktivitas serangga ini) diperkirakan menyumbang US$ 200 miliar (Rp 2.800 triliun) untuk produksi pangan global," Kata IMF.

3 dari 4 halaman

Tanaman Tidak Akan Bisa Bereproduksi Bahkan Mati

Dalam laporan tersebut, IMF juga menyoroti jumlah serangga terus berkurang, bahkan diperkirakan beberapa jenis akan punah dalam waktu 100 tahun.

"Ilmuwan mengatakan 40% spesies serangga di ambang kepunahan, dan jika jumlah saat ini terus berkurang maka serangga dapat punah dalam waktu 100 tahun. Tanpa serangga, 75% tanaman kita tidak akan mampu melakukan reproduksi, dan akan mati pada akhirnya," jelas IMF.

"Yang sangat mengkhawatirkan adalah kita tidak tahu persis apa alasan populasi dapat menurun. Intensifikasi pertanian dan pestisida kemungkinan besar merupakan salah satu dari masalah (yang menyebabkan penurunan jumlah serangga), tetapi tentu saja lebih rumit dari itu, dan hilangnya habitat dan perubahan iklim juga dapat berperan (dalam proses kepunahan)m," tambahnya.

Untuk mencegah kepunahan serangga dan kekacauan dalam sistem pertanian yang pada akhirnya akan berdampak pada kehidupan manusia secara luas, IMF mengajak untuk melakukan berbagai perubahan seperti dalam pola gaya hidup.

"Saat aktivitas manusia semakin diluar kendali dalam hal keberagaman hidup di planet kita, hal ini menantang kita untuk mengubah cara kita hidup sebelum terlambat," tegasnya.

4 dari 4 halaman

Kerusakan Alam Pespektif Islam

Perihal berkurangnya jumlah serangga yang dapat mengancam kehidupan manusia secara luas, rupanya tiada lain karena ulah perbuatan manusia itu sendiri.

Menukil Islami Liputan6.com, kerusakan di muka bumi dan di lautan tidak lain terjadi karena buah tangan manusia. Dampak dari kerusakan ini kemudian berimbas kepada bukan hanya pelaku kerusakan, tetapi juga kepada seluruh semesta raya. Allah dalam Surat Ar-Rum/30 ayat 41, memperingatkan manusia:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Semoga mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Surat Ar-Rum/30: 41).

Ayat ini umumnya dijadikan sebagai pengingat bahwa pemiliharaan keseimbangan ekosistem adalah tanggungjawab manusia. Adapun sahabat Abu Bakar As-Shiddiq menafsirkan kerusakan di darat dan di laut sebagai kerusakan ucapan dan qalbu manusia. Kerusakan lisan dan qalbu melalui kemungkaran-kemungkaran itu diratapi manusia dan malaikat.

Berbagai macam bencana alam yang berupa erupa kerusakan di darat dan di laut merupakan ulah tangan-tangan manusia yang bodoh dan berdosa. Kekeringan, banjir, gunung meletus, badai, semua itu bukan hanya faktor bencana alam, tapi juga akibat dari kejahilan tangan-tangan manusia.

Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Ketika ada orang yang sering berbuat dosa itu mati, maka hamba-hamba Allah SWT, seperti manusia, bumi, pohon dan hewan-hewan merasa lega”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul