Liputan6.com, Jakarta - Dalam ajaran Islam, letak surga tidak dijelaskan secara fisik atau geografis seperti dalam konteks dunia ini. Islam lebih menekankan pada aspek spiritual dan metafisik dari surga. Konsep letak surga dalam Islam lebih bersifat transendental daripada terkait dengan koordinat geografis di dunia ini.
Surah Al-Anbiya (21:103) dalam Al-Qur'an menyatakan bahwa pada hari kiamat, bumi akan digulung dan langit akan digulung dalam tangan Tuhan, dan kemudian Tuhan akan menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru.
Oleh karena itu, surga dipahami sebagai dimensi yang terpisah dari dunia fana ini, tempat dimana kebahagiaan abadi dan kenikmatan tak terhingga diberikan kepada orang-orang yang bertakwa.
Advertisement
Meskipun tidak ada penjelasan khusus mengenai letak surga dalam dimensi ruang dan waktu yang kita kenal, dalam pengertian spiritual, surga dianggap sebagai keadaan di mana jiwa seseorang merasakan kedekatan dan kebahagiaan yang sempurna dengan Allah.
Oleh karena itu, letak surga lebih merupakan perwujudan dari hubungan spiritual dengan Sang Pencipta daripada suatu tempat yang dapat dijangkau secara fisik. Bagi umat Islam, surga adalah tujuan akhir yang memenuhi jiwa dengan kedamaian dan kebahagiaan yang abadi, melebihi segala yang bisa dibayangkan di dunia ini.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Surga Bersifat Spiritual
Menukil Suaramuhammadiyah.id. seorang sarjana Kristen, J Richard Middleton, mengklaim bahwa surga adalah bumi yang dipulihkan (earth restored). Dia berbicara dari sudut pandang iman seorang Kristen. Interpretasinya sangat dipengaruhi oleh Alkitab.Â
Dari sudut pandang Muslim, surga bukanlah bumi yang dipulihkan. Memang ada referensi dalam Al-Qur`an tentang bumi yang menjadi baru, tetapi ini tidak akan menjadi lokasi surga yang dijanjikan dalam Al-Qur`an.
Surga yang dijanjikan dalam Al-Qur`an bersifat spiritual, sesuatu yang di luar dunia ini dan merupakan pengalaman spiritual yang dijelaskan dalam terminologi fisik.
Al-Qur`an memberikan detail tentang makanan yang akan disantap, pakaian yang akan dikenakan, rumah yang akan ditempati yang sebetulnya lebih mirip istana, dan perhiasan yang akan dipakai, mutiara dan sebagainya. Semuanya dijelaskan dalam istilah fisik.
Advertisement
Harapan Berkumpul di Jannah Allah SWT
Saat ini kita semakin memahami bagaimana kenikmatan bisa diterima tanpa adanya lingkungan fisik yang sebenarnya. Seseorang, misalnya, dapat berada di dunia virtual dan menikmati beberapa kenikmatan dengan hanya berada di dunia virtual. Jadi, bagaimana keadaan surga tidak begitu jelas dan di luar kemampuan nalar dan imajinasi kita. Tetapi menyatakan bahwa surga kelak berlokasi di dunia ini bukanlah impian Muslim.
Ada kesulitan dengan pernyataan bahwa surga adalah dunia yang kita tempati hari ini kelak. Kita bisa membayangkan semua manusia dari zaman Adam hingga sekarang, mereka yang pernah ada dan sekarang telah meninggal.
Semuanya akan dibangkitkan dan hidup tepat di atas bumi ini. Sudah banyak diskusi tentang kelebihan penduduk di banyak tempat di muka bumi ini. Jika kita membangkitkan semua orang yang telah lama meninggal selama jutaan tahun, maka dunia akan menjadi tempat yang sangat kecil untuk semua orang.
Keyakinan Muslim bahwa kita akan menggalkan dunia ini dengan semua kesulitan dan keterbatasan fisiknya. Kita akan berada di Jannah di mana orang-orang bisa mengalami kenikmatan tanpa batas. Itulah yang kita doakan dan harapkan dari Allah; menuju tempat akhir yang bahagia.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul