Liputan6.com, Jakarta - Setiap mukmin wajib mengimani datangnya hari kiamat sebagaimana menjadi salah satu Rukun Iman. Pada intinya, maksud dari iman kepada hari akhir adalah percaya bahwa hari kiamat itu akan datang, cepat atau lambat.
Hari kiamat akan menjadi tanda berakhirnya kehidupan manusia di dunia. Setelah alam semesta beserta isinya hancur, seluruh manusia sejak zaman Nabi Adam ‘alaihissalam hingga yang terakhir akan dibangkitkan.
Selanjutnya manusia akan menghadapi beberapa fase. Amal ibadah dan perbuatan selama didunia akan ditimbang dan dihisab. Manusia akan mendapat balasan sesuai amal dan perbuatan yang dilakukan di dunia pada Yaumul Jaza.
Advertisement
Baca Juga
Gambaran tentang hari kiamat dan fase-fase setelahnya banyak diterangkan dalam Al-Qur’an dan hadis nabi. Namun, yang masih menjadi misteri adalah soal waktu terjadinya kiamat.
Pernah suatu ketika Malaikat Jibril bertanya tentang waktu terjadinya kiamat kepada Rasulullah SAW. Lantas apa jawaban nabi? Apakah Nabi Muhammad SAW mengetahui kapan waktu pastinya kiamat?
Simak Video Pilihan Ini:
Berawal dari Pertanyaan tentang Islam
Pertanyaan Malaikat Jibril itu datang ketika para Sahabat Nabi seperti Sayyidina Umar bin Khattab dan lainnya berkumpul dengan Rasulullah SAW. Kala itu, Malaikat Jibril datang dengan menyamar menjadi seorang laki-laki dengan mengenakan pakaian putih dan berambut hitam.
Awalnya, Malaikat Jibril yang menyamar jadi manusia itu bertanya seputar Islam. “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah SAW menjawab, ”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya.”
Lelaki itu berkata,”Engkau benar.” Jawaban tersebut sempat membuat para sahabat heran. Sebab, ia yang bertanya dan ia pula yang membenarkannya.
Kemudian lelaki itu bertanya lagi. “Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Nabi menjawab, ”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikat-Nya; kitab-kitab-Nya; para Rasul-Nya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk.
“Engkau benar,” singkat lelaki itu.
Dia bertanya lagi. “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”. Nabi SAW menjawab, ”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Advertisement
Malaikat Jibril Bertanya, Kapan Hari Kiamat?
Kemudian lelaki itu bertanya tentang hari akhir. “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?” Nabi menjawab, ”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.”
Lelaki itu kemudian meminta Nabi SAW menjelaskan tanda-tanda kiamat. Nabi membeberkan beberapa tanda kiamat. “Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya, jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.”
Lelaki itu segera pergi, dan Sayyidina Umar yang mendengar percakapan tersebut pun terdiam. Ia kemudian ditanya oleh Nabi SAW.
“Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?”
Umar menjawab,”Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
Nabi SAW bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim, no.8]
Dapat disimpulkan bahwa Rasulullah SAW pun tidak mengetahui kapan waktu pasti terjadinya kiamat. Hanya Allah SWT yang mengetahui waktu terjadinya hari kiamat. Ketika ditanya oleh Malaikat Jibril pun, Nabi SAW hanya menjelaskan tanda-tanda mendekati kiamat.
Tentang Hadis
Mengutip almanhaj.or.id, hadis tentang pertanyaan Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW soal kapan hari kiamat secara lengkap diriwayatkan oleh Imam Muslim no. 8, dan diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad (I/27,28,51,52), Abu Dawud (no. 4695), at Tirmidzi (no.2610), an Nasaa-i (VIII/97), Ibnu Majah (no. 63), Ibnu Mandah dalam al Iman (1,14), ath Thoyalisi (no. 21), Ibnu Hibban (168,173).
Al Aajurri dalam asy Syari’ah (II/no.205, 206, 207, 208), Abu Ya’la (242), al Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no.2), al Marwazi dalam Ta’zhim Qadris Shalat (no.363-367), ‘Abdullah bin Ahmad dalam as Sunnah (no.901,908), al Bukhari dalam Khalqu Af’aalil ‘Ibaad (190), Ibnu Khuzaimah (no.2504) dari sahabat Ibnu ‘Umar dari bapaknya ‘Umar bin Khaththab.
Hadis ini mempunyai syawahid (penguat) dari lima orang sahabat. Mereka disebutkan oleh al Hafizh Ibnu Hajar al ‘Asqalani dalam Fathul Baari (I/115-116), yaitu:
- Abu Dzar al Ghifari (HR Abu Dawud dan Nasaa-i)
- Ibnu ‘Umar (HR Ahmad, Thabrani, Abu Nu’aim)
- Anas (HR Bukhari dalam kitab Khalqu Af’aalil Ibaad)
- Jarir bin ‘Abdullah al Bajali (HR Abu ‘Awanah)
- Ibnu ‘Abbas dan Abu Amir al ‘Asy’ari (HR Ahmad, sanadnya hasan)
Wallahu a’lam.
Advertisement