Sukses

Benarkah Penghafal Al-Quran Tidak akan Masuk Neraka?

Istimewanya penghafal Al-Qur'an, selain mendapatkan penghargaan dan penghormatan, penghafal Al-Qur'an juga diyakini memiliki kedudukan yang istimewa di mata Allah SWT.

Liputan6.com, Jakarta - Penghafal Al-Qur'an atau "Hafidz" memiliki kedudukan yang istimewa dalam masyarakat Muslim. Mereka dihormati sebagai penjaga dan pemelihara Al-Qur'an karena mampu menyimpan dan memelihara teks suci ini dalam ingatan mereka dengan sempurna.

Kemampuan mereka untuk mengingat setiap ayat dan kata-kata Al-Qur'an secara akurat merupakan bentuk dedikasi yang luar biasa terhadap agama dan kitab suci Islam.

Di mata masyarakat, penghafal Al-Qur'an sering kali menjadi pusat perhatian dan penghargaan. Mereka sering diundang untuk memimpin sholat di masjid-masjid, acara keagamaan, serta berbagai upacara penting dalam kehidupan Muslim.

Kehadiran mereka dalam berbagai acara keagamaan memberikan inspirasi dan kekaguman atas keteguhan dan ketelitian mereka dalam menjaga warisan agama yang suci.

Selain mendapatkan penghargaan dan penghormatan, penghafal Al-Qur'an juga diyakini memiliki kedudukan yang istimewa di mata Allah SWT. Kemampuan mereka untuk menyimpan dan menghafal Al-Qur'an dianggap sebagai bukti kesetiaan dan ketakwaan kepada-Nya. Sebagai hasilnya, doa-doa mereka sering dianggap lebih mungkin dikabulkan oleh Allah SWT, karena kedekatan mereka dengan kitab suci.

Dengan keistimewaan tersebut, lantas apakah mereka tidak akan masuk neraka?

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Al-Qur'an akan Datang Sebagai Hujjah

Mengutip Muslim.or.id, bagi yang menghafal Al-Qur’an 30 juz atau hanya sebagiannya, maka Al-Qur’an akan datang sebagai hujjah untuknya (yang membela dirinya) atau sebaliknya, (menjadi) hujjah atas dirinya.

Al-Qur’an akan datang menjadi hujjah baginya itu tidak terhadap semua penghafal Al-Qur’an. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

القرآن حجة لك أو عليك

“Al-Qur’an adalah hujjah untukmu atau hujjah atasmu.”

Hujjah atau hujjat (Arab: الحجة, translit: al-ḥujjah ) adalah istilah yang banyak digunakan di dalam Al-Qur'an dan literatur Islam yang bermakna "tanda, bukti, dalil, alasan," atau "argumentasi". Sehingga kata kerja berhujjah diartikan sebagai "memberikan alasan-alasan".

Maka, jika seseorang beramal dengan Al-Qur’an, membenarkan beritanya, dan menerima hukum-hukumnya, maka Al-Qur’an akan menjadi hujjah baginya. Namun, jika seseorang berpaling dan menjauh darinya, maka Al-Qur’an akan datang menjadi hujjah atas dirinya.

Allah Ta’ala berfirman,

فَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى ەۙ فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقٰى وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِيْٓ اَعْمٰى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيْرًا قَالَ كَذٰلِكَ اَتَتْكَ اٰيٰتُنَا فَنَسِيْتَهَاۚ وَكَذٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسٰى وَكَذٰلِكَ نَجْزِيْ مَنْ اَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْۢ بِاٰيٰتِ رَبِّهٖۗ وَلَعَذَابُ الْاٰخِرَةِ اَشَدُّ وَاَبْقٰى

“Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan tersesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Dia berkata, ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?’ Dia (Allah) berfirman, ‘Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan.’ Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Sungguh, azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.” (QS. Thoha: 123-127)

3 dari 3 halaman

Setiap Hurufnya Mengandung Kebaikan

Muslim, baik laki-laki maupun perempuan, untuk menghafal kitabullah. Karena kitabullah tabaraka wa ta’ala adalah harta simpanan dan ghanimah. Jika seseorang menghafalnya, maka dia dapat membacanya di setiap waktu, di setiap tempat, kecuali di waktu dan tempat yang terlarang membacanya.

Dia dapat membacanya saat berbaring di atas tempat tidur, di pasar, saat jalan ke masjid, atau saat perjalanan ke sekolah, atau saat berjalan ke majelis zikir, atau saat akan pergi berdagang.

Dan Al-Qur’an itu tidak sama seperti hal yang lain. Al-Qur’an yang mulia itu setiap hurufnya mengandung kebaikan. Setiap kebaikannya diganjar dengan 10 kali lipat hingga 700 kali lipat, dan dengan ganjaran yang berlipat-lipat.

Seorang yang senantiasa men-tadaburi (merenungkan makna) Al-Qur’an akan menambah kecintaannya pada Allah Ta’ala, dan bertambah (pula) pengagungannya. Sehingga Al-Qur’an menjadi teman baginya yang senantiasa dibacanya, sebaliknya dia akan sedih dengan jauh darinya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul