Sukses

Inilah Cara Nabi Muhammad SAW Mengenali Umatnya di Hari Kiamat

Aku akan menanti umatku di pinggir telagaku di Alam Mahsyar. Dan ketahuilah bahwa akan ada dari umatku yang diusir oleh Malaikat, sebagaimana seekor unta yang tersesat

Liputan6.com, Jakarta - Bagi Muslim, kebahagiaan bersama Rasulullah SAW di akhirat merupakan cita-cita tertinggi dan impian yang mendalam.

Rasulullah SAW adalah utusan Allah SWT yang diutus untuk membawa petunjuk dan rahmat bagi seluruh umat manusia.

Kehadirannya telah memberikan inspirasi dan pedoman bagi umat Islam selama berabad-abad, sehingga berakhirnya perjalanan hidup di dunia dengan bertemu beliau di akhirat merupakan kebahagiaan yang tak terlukiskan.

Bersama Rasulullah SAW di akhirat berarti berada di bawah naungan rahmat dan kasih sayang Allah SWT. Beliau adalah sosok yang penuh dengan kelembutan, keadilan, dan kasih sayang, sehingga keberadaannya di sisi umat Muslim di akhirat menjadi sumber kebahagiaan yang tiada tara.

Rasulullah SAW akan menjadi penengah bagi umatnya di hadapan Allah SWT, membimbing mereka menuju surga dan mendoakan keselamatan serta kebahagiaan abadi.

Kebahagiaan bersama Rasulullah SAW di akhirat juga mencakup pengalaman mendalam dalam berinteraksi dan mengenal beliau secara langsung.

Lalu, bagaimanakah nabi Muhammad SAW kelak akan mengenal kita, lalu mengajak kita bersamanya di hari kiamat? Padahal kita terlahir jauh setelah Nabi SAW wafat.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Inilah Saudara Nabi Muhammad Kelak

Menukil Muslim.or.id Sahabat Abu Hurairah RA mengisahkan: pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi kuburan, lalu beliau mengucapkan salam:

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ

“Semoga keselamatan senantiasa menyertai kalian wahai penghuni kuburan dari kaum mukminin, dan kami insya Allah pasti akan menyusul kalian“.

Selanjutnya beliau bersabda: “aku sangat berharap untuk dapat melihat saudara-saudaraku“.

Mendengar ucapan ini, para sahabat keheranan, sehingga mereka bertanya: “bukankah kami adalah saudara-saudaramu wahai Rasulullah?”. Rasulullah menjawab :

أَنْتُمْ أَصْحَابِي وَإِخْوَانُنَا الَّذِينَ لَمْ يَأْتُوا بَعْدُ

“Kalian adalah sahabat-sahabatku, sedangkan saudara-saudaraku adalah ummatku yang akan datang kelak“.

Kembali para sahabat bertanya: “wahai rasulullah, bagaimana engkau dapat mengenali ummatmu yang sampai saat ini belum terlahir?“. Beliau menjawab:

أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا لَهُ خَيْلٌ غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ بَيْنَ ظَهْرَيْ خَيْلٍ دُهْمٍ بُهْمٍ أَلَا يَعْرِفُ خَيْلَهُ

“Menurut pendapat kalian, andai ada orang yang memiliki kuda yang di dahi dan ujung-ujung kakinya berwarna putih dan kuda itu berada di tengah-tengah kuda-kuda lainnya yang berwarna hitam legam, tidakkah orang itu dapat mengenali kudanya?”

Para sahabat menjawab : “tentu saja orang itu dengan mudah mengenali kudanya“.

3 dari 3 halaman

Beginilah Cara Rasulullah Mengenali Umatnya

Maka Rasulullah menimpali jawaban mereka dengan bersabda:

فَإِنَّهُمْ يَأْتُونَ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنَ الْوُضُوءِ، وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ أَلَا لَيُذَادَنَّ رِجَالٌ عَنْ حَوْضِي كَمَا يُذَادُ الْبَعِيرُ الضَّالُّ

“Sejatinya ummatku pada hari kiamat akan datang dalam kondisi wajah dan ujung-ujung tangan dan kakinya bersinar pertanda mereka berwudlu semasa hidupnya di dunia“.

Aku akan menanti ummatku di pinggir telagaku di alam mahsyar. Dan ketahuilah bahwa akan ada dari ummatku yang diusir oleh Malaikat, sebagaimana seekor unta yang tersesat dari pemiliknya dan mendatangi tempat minum milik orang lain, sehingga iapun diusir. Melihat sebagian orang yang memiliki tanda-tanda pernah berwudlu, maka aku memanggil mereka: “kemarilah“. Namun para Malaikat yang mengusir mereka berkata:

فَيُقَالُ: إِنَّهُمْ قَدْ بَدَّلُوا بَعْدَكَ

“sejatinya mereka sepeninggalmu telah mengubah-ubah ajaranmu“.

Mendapat penjelasan semacam ini, maka aku (Rasulullah) berkata :

سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِي

“menjauhlah, menjauhlah wahai orang-orang yang sepeninggalku mengubah-ubah ajaranku” (diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim).

Anda tidak ingin bernasib seperti mereka? Tentu jawabannya: tidak.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul