Sukses

Gus Baha Sebut Orang Indonesia yang Ngaku Suka Kiai Kurang Beretika, Ini Sebabnya

Gus Baha: Sowan kiai yang benar bukan dijemput, atau sowan ke ndalem, yang benar adalah sowan untuk ngaji.

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha ulama menyindir orang Indonesia dalam hal suka terhadap kiai. Bagi Gus Baha kebanyakan orang suka kiai itu tidak beretika.

Sebab, apabila seseorang atau sekelompok orang suka kiai, kiainya yang akan didatangkan.

"Orang Indonesia itu nggak sopan, kalau suka kiai itu didatangkan," kata Gus Baha seperti dalam unggahan TikTok akun @skincarepriaglowing.

Bagi Gus baha hal itu agak bermasalah. "Dalam etika itu bermasalah," katanya.

Hal yang sesuai etika, dan baik secara etika menurut Gus Baha saat seseorang suka pada kiai ya sowan ngaji.

"Jangan sowan di ndalem, itu ganggu. Sowan ngaji saja," ungkap santri kinasih Mbah Moen ini.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Sowan Dianjurkan Nabi Muhammad SAW

Sementara mengutip jabar.nuonline.com, sowan adalah tradisi santri berkunjung kepada kiai dengan harapan mendapatkan petunjuk atas sebuah permasalahan yang diajukannya, atau mengharapkan doa dari kiai atau sekedar bertatap muka silaturahim saja.

Seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW bahwa bersilaturrahim dapat menjadikan umur dan rezeki bertambah panjang. Sowan dapat dilakukan oleh santri secara individu atau bersama-sama. Bisanya seorang kiai akan menerima para tamu dengan lapang dada.

Bagi wali santri yang hendak menitipkan anaknya di pesantren, sowan kepada kiai sangat penting. Karena dalam kesempatan ini ia akan memasrahkan anaknya untuk dididik di pesantren oleh sang kiai.

Begitu pula dengan calon santri, inilah kali pertama ia melihat wajah kiainya yang akan menjadi panutan sepanjang hidupnya. Sowan tidak hanya dilakukan oleh santri yang masih belajar di pesantren. Banyak santri yang telah hidup bermasyarakat dan berkeluarga mengunjungi kiainya hanya sekedar ingin bersalaman semata. Atau sengaja datang membawa permasalahan yang hendak ditanyakan kepada kiai tentang berbagai masalah yang dihadapinya.

Hal ini menjadikan bahwa hubungan kiai santri tidak pernah mengenal kata putus. Kiai tetap menjadi guru dan santri tetap menjadi murid. Dalam dunia pesantren istilah alumni hanya menunjuk pada batasan waktu formal belaka, dimana seorang santri pernah belajar di sebuah pesantren tertentu.

 

3 dari 3 halaman

Hukum Cium Tangan dan Sowan Kiai

Tidak termasuk di dalamnya hubungan guru-murid. Meskipun telah menjadi alumni pesantren A, seseorang akan tetap menjadi santri atau murid kiai A. Di beberapa daerah tradisi sowan memiliki momentumnya ketika Idul Fitri tiba. Biasanya, seorang kiai sengaja mempersiapkan diri menerima banyak tamu yang sowan kepadanya.

Mereka yang sowan tidaklah sebatas para santri yang pernah berguru kepadanya, namun juga masyarakat, tetangga dan bahkan para pejabat tidak pernah berguru langsung kepadanya.

Mereka datang dengan harapan mendapatkan berkah dari kealiman seorang kiai. Karena barang siapa bergaul dengan penjual minyak wangi, pasti akan tertular semerbaknya bau wangi.

Bagi santri yang telah jauh berkelana mengarungi kehidupan, kembali ke pesantren dan mencium tangan kiai merupakan ‘isi ulang energi’ recharger untuk menghadapi perjalanan hidup ke depan.

Seolah setelah mencium tangan kiai dan bermuwajjahah dengannya semua permasalahan di depan pasti akan teratasi. Semua itu berlaku berkat doa orang tua dan kiai .

Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Imam Nawawi sebagai mana dinukil oleh Ibn Hajar al-Asqolani dalam Fathul Bari

قالَ الاِمَامْ النَّوَاوِيْ : تقبِيْلُ يَدِ الرَّجُلِ ِلزُهْدِهِ وَصَلاَحِهِ وَعِلْمِهِ اَوْ شرَفِهِ اَوْ نَحْوِ ذالِكَ مِنَ اْلاُمُوْرِ الدِّيْنِيَّةِ لاَ يُكْرَهُ بَل يُسْتَحَبُّ.

Artinya : Imam Nawawi berkata : mencium tangan seseorang karena zuhudnya, kebaikannya, ilmunya, atau karena kedudukannya dalam agama adalah perbuatan yang tidak dimakruhkan, bahkan hal yang demikian itu disunahkan.

Demikianlah tradisi sowan ini berlangsung hingga sekarang. Para santri meyakini benar bahwa seorang kiai yang alim dan zuhud jauh lebih dekat kepada Allah SWT dibandingkan manusia pada umumnya.

Karena itulah para santri sangat mengharapkan do’a dari para kyai. Karena doa itu niilainya lebih dari segudang harta. Inilah yang oleh orang awam banyak diistilahkan dengan tabarrukan, mengharapkan berkah dari do’a kyai yang mustajab karena kezuhudannya, kewiraiannya dan kealimannya.

Sowan model inilah yang dianjurkan oleh Rasulullah saw

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan” (H.R. Bukhari-Muslim).

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ قَالَ مَا لَهُ مَا لَهُ وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَبٌ مَا لَهُ تَعْبُدُ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ ” .رواه البخاري .

Dari Abu Ayyub Al-Anshori RA bahwa ada seorang berkata kepada Nabi SAW “Beritahukanlah kepadaku tentang satu amalan yang memasukkan aku ke surga. Seseorang berkata, “Ada apa dia? Ada apa dia?” Rasulullah SAW berkata, “Apakah dia ada keperluan? Beribadahlah kamu kepada Allah jangan kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, tegakkan sholat, tunaikan zakat, dan bersilaturahimlah.” (Bukhari).

Artinya hanya silaturrahim yang bernilai positiflah yang akan diganjar oleh Allah sebagaimana dijanjikan Rasulullah dalam kedua haditsnya. Bukan silaturrahim yang bernilai negatif yaitu silaturrahim yang melanggar aturan syariat Islam.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul