Liputan6.com, Jakarta - Sering di antara kita mendengar istilah ‘takwa’ dan ‘syukur’. Kedua kata tersebut akrab terdengar di telinga kita.
Namun ketika kita disuguhi pertanyaan, tinggi mana antara takwa dan syukur. Agak sulit menjawabnya.
Mengutip kanal YouTube @nyantribarengofficial, ulama kharismatik asal Rembang Jawa Tengah, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menerangkan perihal derajat takwa dan syukur. Menurut Gus Baha, syukur itu lebih tinggi dibanding takwa.
Advertisement
Takwa adalah kesadaran dan ketaatan kepada Allah, sementara syukur adalah sikap bersyukur atas nikmat-nikmat Allah.
"Makanya saya mohon sekali jadi hubungan dengan Allah itu nomor satu itu syukur," kata Gus Baha.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Gus Baha Pernah Cek Tukang Dugem
"Syukur tuh di atas takwa, di Quran itu ada penjelasannya," tambahnya.
"Saya pernah ngecek orang yang sekarang dugem menikmati maksiat, dengan orang yang takwa," katanya.
"Mensyukuri tidak maksiat, itu nikmatnya masih tinggi nikmatnya orang yang syukur karena berhasil meninggalkan maksiat," terang Gus Baha.
"Makanya kamu yang syukur malam-malam ra due nduit, udud neng kamar, bar kui ngalamun, turu terus ngerti-ngerti isuk," sebutnya.
"Alhamdulillah gak maksiat, tidak usah bayangkan tahajud, qiyamul lail, kui bagiane ulama, habaib, koe durung maqome," tandas Gus Baha.
Advertisement
Syukur dan Takwa Ada dalam Surat Ini
Untuk memperkuat pendapatnya, Gus Baha mengutip Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 123 yang menerangkan perihal derajat syukur yang lebih tinggi dari takwa.
فَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Maka bertakwalah kepada Allah, agar kamu mensyukuri-Nya.”
Maksud ayat tersebut, menurut Gus Baha, manusia diperintahkan untuk bertakwa agar memperoleh derajat orang-orang yang bersyukur. Atas dasar pemahaman terhadap teks ayat tersebut maka dapat dipahami bahwa derajat syukur lebih tinggi dibanding takwa.
Mengutip NU Online, menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib takwa dimaknai sebagai takut kepada Allah yang bersifat Jalal, dan beramal dengan dasar Al-Qur’an (At-tanzil) dan menerima (qona’ah) terhadap yang sedikit, dan bersiap-siap menghadapi hari hari akhir.
Imam al-Ghazali menerangkan pengertian takwa dalam kitab Minhajul ‘Abidin sebagaimana dikutip dari tafsiralquran.id meliputi tiga pengertian. Pertama, taqwa yang bermakna takut serta tunduk. Kedua, taqwa yang bermakna mentaati dan beribadah. Ketiga, taqwa yang bermakna membersihkan hati dari berbagai dosa.
Sementara itu al Qusyairi hakikat syukur menurut ahli hakikat adalah pengakuan atas nikmat Allah, Zat pemberi nikmat, dengan jalan ketundukan.
Senada dengan pendapat al Qusyairi, al Junaid mengatakan bahwa syukur itu adalah kau tidak bermaksiat kepada Allah dengan nikmat-Nya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul