Liputan6.com, Islambad - Muhammad Bilal Orakzai yang berusia 22 tahun berdiri di depan barisan jemaah di dalam aula Masjid Faisal yang megah dan megah di ibu kota Pakistan, Islamabad, siap untuk memimpin salat tarawih.
Hal ini merupakan sebuah kehormatan besar yang hanya diberikan kepada segelintir orang setiap tahunnya, dan hal ini tidak diperoleh dengan mudah.
Baca Juga
Muhammad Bilal Orakzai adalah salah satu dari 14 pembaca Al-Qur'an, atau qari, yang dipilih dari seluruh Pakistan, Azad Kashmir dan Gilgit-Baltistan oleh kementerian agama negara itu untuk memimpin tarawih, salat malam khusus Ramadhan, di Masjid Faisal.
Advertisement
Ke-14 qari dipilih untuk berpartisipasi dalam acara tahunan "Mehfil-e-Shabeena" kementerian agama Pakistan di Masjid Faisal setelah kompetisi ketat selama tiga bulan. Mereka kemudian setiap malam membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang panjang di sana dan memimpin salat.
"Tidak ada keraguan tentang kehebatan Masjid Faisal, dan untuk mengaji di sini, kami mempersiapkan diri dengan keras sepanjang tahun,” kata Orakzai mengutip dari Arab News Sabtu (13/4/2024) dalam sebuah wawancara. "Dan ketika kita mendapatkan hasil kerja keras itu, rasanya sangat menyenangkan," tambahnya.
"Saat kami tarawih di sini, orang-orang antre untuk berjabat tangan dengan kami. Siapa kita ini? Kami hanyalah manusia, dan manusia itu lemah, tapi karena pembacaan Al-Qur’an ini (di Masjid Faisal), Tuhan telah memberkahi kami begitu banyak.”
Masjid Faisal
Masjid Faisal, dinamai dari nama Raja Arab Saudi, Faisal bin Abdul Aziz yang memberikan hibah sebesar $120 juta atau sekitar Rp1 miliar untuk pembangunannya, adalah salah satu landmark paling menonjol di Pakistan, dibangun di atas lahan seluas 54.000 meter persegi dengan kapasitas untuk menampung lebih dari 250.000 orang sekaligus.
Masjid ini adalah masjid terbesar di Pakistan dan terbesar kelima di dunia, yang mendobrak struktur Islam tradisional seperti kubah dan dibangun di sepanjang garis modern yang bersih menyerupai tenda yang digunakan oleh suku Badui Arab nomaden, dengan atap miring dan badan bersudut yang unik.
Memimpin Tarawih di Masjid Faisal adalah sebuah "kehormatan dan impian" bagi setiap qari Pakistan, kata Muhammad Bilal Orakzai.
"Menurut saya, siapa yang tidak ingin mengaji di Masjid Faisal?" dia menambahkan.
"Saya merasa sangat bangga."
Dia menggambarkan masjid itu sendiri sebagai sesuatu yang luar biasa.
"Memang, ini adalah salah satu masjid paling menakjubkan di seluruh dunia Muslim dan memiliki nilai tersendiri di hati umat Islam," ujarnya.
Advertisement
Perjalanan menuju Masjid Faisal
Perjalanan menuju Masjid Faisal merupakan perjalanan yang panjang bagi Orakzai, yang mulai berlatih membaca Al-Qur’an ketika ia baru berusia beberapa tahun, didorong oleh guru dan orang tuanya untuk mengikuti kompetisi.
Ia menghafal seluruh Al-Qur'an yang berjumlah 6.236 ayat pada usia sembilan tahun.
"Saya tertarik dengan kompetisi ini sejak kecil," kata Orakzai, yang menyelesaikan studi menengah di bidang sains dari sebuah perguruan tinggi di Islamabad.
“Dulu (guru saya) mengajak saya, dan Alhamdulillah saya menang. 2008, 2009, 2010, dalam tiga tahun berturut-turut saya menduduki puncak kompetisi Qirat (membaca Al-Qur'an) di seluruh Pakistan… Bahkan dua bulan yang lalu, saya mengamankan posisi pertama di seluruh Provinsi Punjab dan lolos ke final nasional, yang mana akan terjadi setelah Ramadhan," kata Orakzai.
Orakzai pertama kali mengikuti kompetisi mengaji di Masjid Faisal pada tahun 2018 dan terpilih pada upaya perdananya.
"Ini untuk kelima kalinya saya memimpin salat tarawih di Masjid Faisal dan dari Kementerian (agama), ini ketiga kalinya saya memimpin salat tarawih di sini," imbuhnya.
Hadiah Utama
Memenangkan kompetisi sekali, apalagi lima kali, bukanlah perkara mudah. Untuk mengesankan juri, seorang qari harus dibekali dengan berbagai keterampilan.
"Anda harus menguasai semua elemen, termasuk aksen dan penyampaian Anda, karena juri kompetisi ini adalah doktor PhD yang dengan cermat mengevaluasi setiap aspek untuk menentukan apakah Anda lulus atau gagal di setiap babak," jelas Orakzai.
Saat ini, selain fokus pada kemampuan mengaji, Orakzai juga mengajar di sebuah sekolah agama di Rawalpindi.
"Saya mengelola sebuah sekolah agama di Rawalpindi di mana saya mendapat berkah dari mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain," kata Orakzai. "Saya ingin tetap melekat pada Al-Qur’an sampai nafas terakhir saya."
Ke depannya, Orakzai mengincar hadiah utama:
"Saya berdoa kepada Allah agar memberkati saya, agar saya bisa pergi ke luar negeri dan mendapat kehormatan untiuk membaca Al-Qur’an di Haram Sharif di Makkah.”
Advertisement