Sukses

Gus Baha: Allah Tersinggung kalau Cinta tapi Jarang Meminta

Gus Baha jelaskan cara mencinbtai Allah danmencintai manusia, Allah suka kalau diminta, tapi kalau jarang diminta malah tersinggung, bed dengan keturunan Adam.

Liputan6.com, Jakarta - Gus Baha dalam sebuah pengajiannya menungkapkan, harus dibedakan mencintai manusia dan mencintai Allah SWT. Meskipun sama-sama mencintai namun beda caranya.

"Kalau mencintai Allah itu dengan mencintai manusia itu beda, aturannya juga beda," kata Gus baha dalam sebuah unggahan video pendek yang diunggah kalan Youtube @Fahmiarsyad_.

Menurut Gus Baha, jika Allah itu suka kalau dimintai. Allah akan tersinggung jika yang mencintai justru jarang memintanya.

"Kata para ulama kalau Allah itu suka kalau dimintai, kalau kamu mencintai seseorang justru kamu sering minta malah tersinggung," katanya.

"Allah malah tersinggung kalau jarang dimintai. Kalau Bani Adam, semakin sering dimintai malah tersinggung, malah capek. Padahal ini sama-sama kalimatnya, mencintai," tandas Gus Baha.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Arti Cinta dan Fitrah Manusia

Menukil Muhammadiyah.or.id, Syarah Hadis:

عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ

Dari Anas, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka.” (H.R. Bukhari Muslim)

قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُڪُمۡ وَإِخۡوَٲنُكُمۡ وَأَزۡوَٲجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٲلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَـٰرَةٌ۬ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَـٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡڪُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ۬ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِىَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦ‌ۗ وَٱللَّهُ لَا يَہۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَـٰسِقِينَ – ٢٤

Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA”. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (At-Taubah 9: 24)

Cinta adalah rasa sayang, empati, keinginan untuk memiliki dan dimiliki, yang di tanamkan Allah SWT di lubuk hati manusia. Rasa cinta adalah anugerah Allah tiada terhingga, baik cinta kepada lawan jenis (kekasih hati), cinta isteri kepada suami atau sebaliknya, cinta anak kepada orangtua atau sebaliknya, cinta manusia kepada harta benda yang dimilikinya, rasa cinta adik kepada kakaknya atau sebaliknya, cinta kepada sanak saudara, kepada sesama manusia, cinta kepada hewan (fauna) bahkan kepada alam tumbuh-tumbuhan (flora).

Fitrah manusia adalah mencintai dan dicintai. Manusia akan merasakan nikmat mencintai kekasihnya, orang tuanya, orang sekitarnya dan sesamanya.Manusia mencintai orang tua karena keduanya telah melahirkan, mendidik, dan membesarkannya. Manusia mencintai lawan jenis karena wajah, fisik, kekayaan, keturunan, pendidikan ataupunkarena nafsu.

3 dari 3 halaman

Ciri Utama Orang Beriman

Namun rasa cinta itu, sesungguhnya hal itu takkan pernah terjadi kalau bukan karena rahmat Allah SWT. Karena itu barangsiapa yang mencintai Allah dan Rasul-Nya serta berjihad dijalan Allah niscaya dia akan merasakan manisnya iman. Sabda Rasulullah

عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ

Dari Anas, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka.” (H.R. Bukhari Muslim)

Cinta kepada sesama manusia, harta benda dan alam semesta ini, sifatnya fana. Sewaktu-waktu Allah bisa mengambilnya dari genggaman manusia. Bila Allah ingin mencabut nyawa orang yang kita cintai, tidak ada manusia yang bisa menghalangi.

Diingatkan oleh Rasulullah SAW, bagi orang-orang yang beriman, rasa cinta kepada anak – isteri-suami, harta benda, dan alam semesta ini, tidaklah boleh melebihi kecintaan kepada Sang Khalik, Yang Maha Pencipta.

Dari Anas RA, Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Tidak sempurna keimanan seseorang diantara kalian hingga ia lebih mencintai aku daripada kedua orangtuanya, anaknya, dan manusia semuanya.”

Ciri utama orang beriman adalah mencintai Allah dan Rasulnya. Rasa cinta itu harus dibuktikan denga keteguhan iman dan ketabahan serta keikhlasan dalam menjalani segala ujian. Cinta kepada Allah harus dibuktikan dengan ketekunan melaksanakan ibadah, kerelaan berkorban harta benda bahkan kalau perlu jiwa.

Makin tinggi rasa cinta kepada Allah, makin berat pula ujiannya, terutama ujian dalam bentuk godaan tahta, harta dan wanita. Para Nabi Allah saja, harus menjalani berbagai ujian untuk membuktikan cinta mereka kepada Allah.

Bila seseorang sudah sempurna kecintaannya kepada Allah dan Rasululullah, disitulah manusia akan merasakan manisnya iman. Di saat itulah, orang-orang beriman tidak lagi menjadi hubuddunnia atau mencintai dunia melebih kecintaannya kepada Allah.

Cinta yang ekstrim, diperlihatkan oleh para sufi yang hidup mereka hanya untuk memuja dan beribadah Allah, mengabaikan duniawi. Rabi’ah al’Adawiyah contohnya, karena cintanya kepada Allah tidak mau berbagi, beliau tidak mau menikah, punya anak dan menolak godaan harta benda. Seluruh hidupnya hanya digunakan untuk beribadah, dzikir, bertasbih dan tahmid kepada Allah SWT.

Seseorang yang mencintai Allah, maka dia selalu ingat kepadaNya, kapanpun dan dimanapun, baik ketika sedang berdiri, sedang duduk, sedang berbaring atau ketika sedang melakukan apapun.

Mencintai Allah haruslah diwujudkan dengan iman yang tinggi, melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya. Cinta kepada Allah harus dibuktikan dengan melaksanakan secara murni dan konsekuen semua Rukun Iman, Rukun Islam dan seluruh syari’at Islam.

Betapa nikmatnya mencintai ‘Tuhan Yang Maha Hidup’ yang telah menghidupkan. Maka kecintaan kepada Allah sudah seharusnya menjadi cinta yang paling utama daripada kecintaan kepada duniawi. Cinta kepada Allah merupakan keabadian, tidak hanya ketika manusia hidup di muka bumi bahkan sampai mereka meninggal dunia sampai ke yaumil mahsyar, alam keabadian.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul