Sukses

Gus Baha: Ngerti Allah Tidak Butuh Kita, Sholat kok Jadi Kebanggan!

Gus Baha: Orang filsafat bangga karena Allah tak butuh ibadah manusia. Allah juga tidak butuh kita sholat, tapi kitalah yang butuh Allah SWT.

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mungkin gemas dengan cara berfikir orang filsafat yang menyebutkan kalau Allah tidak butuh manusia untuk sholat.

"Wong ngerti Allah ra butuh kita sholat saja kok jadi kebanggan!!," ujarnya saat pengajian, dalam sebuah video unggahan kanal Youtube @Fahmiarsyad_.

Menurutnya untuk urusan akhirat kita butuh guru. Butuh sanad.

"Urusan akhirat kita bergantung guru. Jadi semugih soko menungso, terbebas iku maknane urusan dunya, urusan akhirat kita butuh sanad, sanad kita Ila Rasulillah Sallallahu Alaihi Wasallam," ujar Gus Baha.

Bagi Gus Baha, sebagai manusia kita tidak boleh berfikir sendiri dalam beragama. Karena agama itu risalah. Kita juga tidak boleh mendekatkan diri ke Allah dengan caranya sendiri-sendiri.

"Ora oleh beragama berpikir sendiri, agama itu riwayat, ra oleh mendekatkan Allah dengan cara kamu sendiri koyo wong wong filsafat," kata GUs Baha.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Ini Ungkapan Orang Filsafat Menurut Gus Baha

"Saya ndak perlu sholat, Allah kan ndak butuh ibadah kita ngapain kita sholat," kata Gus baha menirukan ungkapan orang filsafat.

"Wong ngerti Allah ora butuh kita kok nggo kebanggaan. Mulai dhisik kiai yo ngerti Allah ora butuh kita, kita yang butuh Allah," tegas Gus baha.

Dan sholat merupakan implemantasi bahwa kita butuh Allah SWT.

"Lah mengekspresikan butuh kita kepada Allah kita sholat. Allah ya ora tau butuh itu, karena orang filsafat berpikir cara beragama dengan pikirannya sendiri," katanya.

Menurut Gus Baha, seorang muslim pasti tahu jika Allah tidak butuh manusia. "Kita tahu Allah gak butuh kita, kita tahu kenapa kita sholat, karena kita butuh Allah SWT," sebut Gus Baha.

"Nah butuh Allah itu implementasinya kita di ajarannya Rasulullah kita sholat," tandasnya.

3 dari 4 halaman

Hukum tentang Ibadah kepada Allah SWT

Menukil tanwir.id, salah satu perintah pertama yang Allah abadikan dalam al-Qur’an adalah perintah untuk menunaikan ibadah, coba kita buka kembali lembaran-lembaran Qur’anul Karim di sana kita akan menemukan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Qs Al-Baqarah ayat 21:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”

Walaupun Allah memerintahkan manusia untuk beribadah dan menciptakan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya. Itu bukan berarti bahwa Allah membutuhkan ibadah hamba-Nya. Namun melainkan, karena manusia lah yang butuh terhadap ibadah yang Allah perintahkan.

Diperkuat dengan sebuah Hadis Qudsi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

يا عبادي ! لو أن أولكم وآخركم وإنسكم وجنكم . كانوا على أتقى قلب رجل واحد منكم . ما زاد ذلك في ملكي شيئا . يا عبادي ! لو أن أولكم وآخركم . وإنسكم وجنكم . كانوا على أفجر قلب رجل واحد . ما نقص ذلك من ملكي شيئا

“Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari awal penciptaan sampai akhir penciptaan. Seluruhnya menjadi orang yang paling bertaqwa, hal itu sedikitpun tidak menambah kekuasaan-Ku. Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari awal penciptaan sampai akhir penciptaan. Seluruhnya menjadi orang yang paling bermaksiat, hal itu sedikitpun tidak mengurangi kekuasaan-Ku” (HR. Muslim, no.2577)

Dari hadis Qudsi ini kita bisa memahami bahwa, walaupun semua manusia dan jin pun memiliki akhlak yang baik, ibadahnya luar biasa rajin, ataupun mereka memiliki level ketaqwaan yang paling tinggi. Itu semua tidak akan menguntungkan sama sekali bagi Allah.

Begitu juga walaupun semua makhluk hidup yang ada di permukaan bumi ini, mereka tidak pernah beribadah, selalu membuat kerusakan di muka bumi ini, membuat permusuhan dan kebencian, ataupun memiliki level kejahatan/kedzaliman paling tinggi. Maka itu tidak akan merugikan Allah sedikitpun.

 

4 dari 4 halaman

Untuk Apa Kita Beribadah?

Bahkan jikalau kita meminta apapun kepada Allah, baik harta kekayaan, prestasi yang menjulang, jabatan yang terhormat, ataupun keturunan yang banyak. Itu semua hanya diumpamakan seperti mengambil air laut dengan jarum, kemudian diangkat.

Maka timbul pertanyaan “Jadi sebenarnya untuk apa kita beribadah?”. Dikutip dari Mohammed Arkoun, seorang filsuf Islam modern dari Aljazair berpendapat dalam bukunya Nalar Islami Nalar Modern (1994); Ibadah yang Allah perintahkan tidak ditujukan untuk menciptakan Muslim yang saleh secara ritual dan saleh terhadap Allah SWT semata.

Baginya, peribadatan seharusnya dilakukan seorang untuk menghasilkan kesalehan privat dan sosial, karena demikian itulah substansi peribadatan yang dimaksudkan dan diperintahkan Allah SWT. Dalam artian yang sama beribadah sebenarnya untuk kebutuhan dirinya sendiri, bukan untuk Allah.

Semua itu ternyata diperkuat dengan Firman Allah SWT:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (saja). Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh” (QS. Adz Dzariat: 56-58)

Dari sini kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa Allah tidak butuh ibadah kita melainkan sebaliknya, kitalah yang butuh!

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul