Sukses

Peringatan Gus Baha: Bahaya jika Beragama Semau Gue, Beda Tradisi Pesantren dan Kampus

Bagi Gus Baha, beragama harus ikut guru, bukan ikut keinginan sendiri apalagiu semau gue.

Liputan6.com, Jakarta - Gus Baha atau KH Ahmad Bahauddin Nursalim memandang saat ini banyak beredar pendapat bahwa dalam beragama bisa dilakukan semaunya alias 'semau gue'. Salah satunya tidak mengikuti guru, jika mengikuti guru dianggap plagiat.

Dengan adanya hal itu, maka banyak yang memaksakan, adanya pembaruan, serta memaksakan pendapat berupa yang penting beda.

"Kalau tradisi kita itu muttabi, muttabi itu ikut guru," kata Gus Baha, saat pengajian, dan diunggah di Kanal Youtube Short @Pati_Unus.

"Nah problemnya sekarang banyak orang beragama kemudian kalau niru guru atau orang sebelumnya dianggap plagiat," katanya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Ada Pakar Paksakan Pendapat, yang Penting Beda

"Akhirnya banyak pakar Islam sekarang yang memaksakan punya pendapat yang penting beda, memang aturannya kalau ikut malah salah, dianggap plagiat," ujarnya.

Sementara, lanjutnya, di pesantren ilmu itu harus anut (ikut) guru, "Lah ini terus repot kita," tambahnya.

Gus Baha mengaku sering kumpul orang kampus, dan dirinya merasa bingung, lantaran di kampus inginnya pembaruan, berbeda dengan kalangan pesantren yang ikut guru (muttabi).

"Saya kan sering kumpul orang kampus, itu menjelaskan ke orang kampus itu bingung, karena mereka inginnya di Islam itu ada pembaharuan. Sementara kita inginnya itu mutabbi atau ikut guru," ujarnya.

Ia menyatakan, jika ikut orang kampus akan berbahaya. "Karena kalau kita membiarkan adat kampus dalam konteks agama, mereka boleh kreasi ijtihad kayak apa bahayanya agama ini," katanya.

3 dari 3 halaman

Beragama Penting Mengikuti Guru

"Mereka itu siapa? Kan Ini hukmullah Wa rasulih bukan 'semau gue', bukan mengikuti hawa nafsu," tandas Gus Baha.

Dalam Islam, prinsip "beragama jangan semau gue" mencerminkan pentingnya memahami dan mengikuti ajaran agama dengan mengacu pada guru yang benar-benar terkualifikasi.

Ini berarti bahwa dalam memahami dan menjalankan ajaran Islam, penting untuk memiliki guru atau otoritas keagamaan yang kompeten dan terpercaya.

Konsep ini diilhami oleh prinsip bahwa Islam bukanlah agama individu, tetapi sebuah komunitas yang didasarkan pada pengajaran dan bimbingan dari para ulama dan cendekiawan yang berpengetahuan luas tentang ajaran agama.

Dalam Islam, mengikuti guru yang terkualifikasi bukanlah sekadar sebuah saran, tetapi merupakan tuntutan agama yang diakui secara luas. Guru atau ulama dalam Islam adalah individu yang telah mempelajari ajaran agama dengan mendalam, memiliki pengetahuan yang luas tentang Al-Qur'an, hadis, dan ilmu agama lainnya.

Mengikuti ajaran mereka tidak hanya membantu umat Islam untuk memahami ajaran agama secara lebih baik, tetapi juga melindungi dari penafsiran yang salah atau kesalahan dalam praktik keagamaan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul