Sukses

Buya Yahya Tegaskan Tak Akan Pernah Mau Mengisi Ceramah di Majelis Seperti Ini

Buya Yahya yang lama berguru kepada ulama-ulama Tarim ini dengan menceritakan perihal pertemuannya dengan pengurus masjid, di mana masjid tersebut kerap mengundang ustadz-ustadz terkenal

Liputan6.com, Cilacap - Pendakwah ternama asal Blitar, Jawa Timur yang merupakan pengasuh Lembaga Pendidikan Dakwah (LPD) Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma’arif Jamzuri atau akrab disapa Buya Yahya menegaskan dirinya tidak akan mau mengisi ceramah di majelis yang berharap keramaian namun alpa dengan hikmahnya.

Ulama kharismatik yang lama berguru kepada ulama-ulama Tarim ini menceritakan perihal pertemuannya dengan salah seorang pengurus masjid, di mana masjid tersebut kerap mengundang ustadz-ustadz terkenal.

Dengan penuh bangga, menurut Buya Yahya, mereka mengatakan kepadanya bahwa dengan cara mengundang ustadz-ustadz ternama, maka kondisi masjidnya menjadi ramai.

“Suatu ketika kita ketemu di sebuah masjid, masjid itu (pengurus masjid---pen) dengan penuh kebanggaannya bercerita begini: Buya kami berharap Buya bisa ngisi pengajian di sini. Kenapa? Karena pengajian di sini, Alhamdulillah bisa ramai memang kami undang ustadz-ustadz terkenal,” cerita Buya Yahya dikutip dari tayangan YouTube Al-Bahjah TV, Senin (22/04/2024).

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Buya Yahya Menolak Tegas

Buya Yahya berseloroh, mempertanyakan perihal dirinya terkategori sebagai ustadz yang terkenal.

“Cuma gak tahu kenapa dia manggil kami, apakah saya golongan ustadz terkenal, gak tahu mulai kapan saya jadi Ustadz terkenal, dia sambung sudah didaftar kita, dalam sebulan sudah didaftar gini,” katanya.

Atas dasar pertimbangan-pertimbangan itu, maka tentu saja membuat Buya Yahya marah besar. Bahkan dia tidak akan pernah bersedia untuk mengisi di sebuah majelis yang telah disetting acaranya yang seperti itu.

“Kami harap Buya di sini, oh begitu? Saya jawab, 'saya tidak akan mau mengisi di tempat sebuah majelis kalau di setting semacam ini',” tandasnya.

“Coba saja, di saat tidak ada ustadz terkenal, ustadz kampung ngaji enggak ada yang datang, betul enggak? Iya,” sambungnya.

Hal tersebut, menurut Buya Yahya dapat berakibat fatal. Pasalnya, dengan cara itu termasuk merendahkan ustadz-ustadz kampung dan merupakan bentuk kesombongan.

“Itu karena engkau telah merusak jemaah dengan gaya orang-orang terkenal, sama ustadz kampung menjadi merendahkan, kapan bisa selamat, enggak akan selamat orang dengan kesombongan,” terangnya.

3 dari 3 halaman

Ingatkan Jasa Kiai Kampung yang Hebat

Kebanggaan mengundang ustadz terkenal dengan melupakan peran besar kiai kampung adalah merupakan suatu kesalahan. Beliau mengungkap jasa hebat kiai kampung yang kerap dilupakan yakni perihal keikhlasannya merawat jenazah saudara-saudara kita. Bahkan ikhlas mendoakannya selama berhari-hari.

Bahkan pengetahuan dasar akan sholat, sehingga kita mampu melaksanakannya dengan benar dan baik, itu merupakan jasa kiai kampung.

"Akhirnya terkagum-kagum dengan ustadz terkenal, mohon maaf, kiai kampung kita, ustaz di kampung kita waktu mbah kita meninggal yang rawat mulai dari mandikannya sampai mengubur, doa berhari-hari beliau loh ya, yang ngajari salat adalah dia," katanya.

Buya Yahya menegaskan, bahwa bangga mengundang ustadz ternama dengan melupakan jasa besar kiai kampung merupakan bentuk kesombongan dalam mencari ilmu.

“Ini model sombong ngaji itu juga, ada, model sombong berguru berguru harus terkenal harus ustadz ini ini adalah problem-problem dalam menuntut ilmu,” tandasnya.

Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul