Liputan6.com, Cilacap - Ghibah merupakan perbuatan tercela yang sangat dibenci Allah SWT. Ghibah merupakan perbuatan membicarakan aib atau kejelekan orang lain, sementara orang yang dibicarakan tersebut tidak hadir.
Azab pelaku ghibah di hari kiamat sangat pedih.
Advertisement
Baca Juga
Perbuatan ghibah ini kerap dilakukan orang, bahkan parahnya lagi si pelaku tidak menyadari kalau perbuatannya ini termasuk ghibah yang memiliki konsekuensi berat di akhirat.
Akibat dari pelaku ghibah ini dapat memunculkan dampak negatif lainnya seperti cemarnya nama baik orang yang dibicarakan. Tidak jarang sikap ini bisa menimbulkan permusuhan di tengah-tengah masyarakat.
Terdapat hadis Rasulullah SAW yang menerangkan perihal dosa ghibah ini ternyata lebih berat dari zina. Oleh sebab sisi-negatif dan dosa besar yang ditimbulkan dari sikap ini, maka secepatnya dan sekuat tenaga menahan diri untuk tidak melakukannya.
Simak Video Pilihan Ini:
Lebih Berat dari Dosa Zina
Menukil NU Online, berat ancaman dan dosa bagi orang-orang yang suka berbuat ghibah atau menggunjing? Surat Al-Hujurat ayat 12 menyatakan bahwa ghibah (membicarakan keburukan atau aib orang lain) sama saja dengan memakan daging bangkai saudara kita sendiri.
Adakah seorang di antara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya, (Surat Al-Hujurat ayat 12). Diriwayatkan, pada zaman Rasulullah SAW bila ada orang yang berbuat ghibah, maka siksanya langsung diperlihatkan, sebagaimana yang terjadi pada dua orang wanita yang diperintah olehnya untuk memuntahkan darah kental dari mulutnya setelah menggunjing saudaranya.
Seiring banyaknya orang menggunjing, seperti sekarang ini, siksaan itu pun tak lagi diperlihatkan. Terlebih dosa besar itu sudah dianggap sebagai hal biasa dan lumrah terjadi. Padahal, Rasulullah SAW sudah menyatakan bahwa dosa ghibah berat dari dosa zina:
الْغِيبَةُ أَشَدُّ مِنَ الزِّنَا . قِيلَ: وَكَيْفَ؟ قَالَ: الرَّجُلُ يَزْنِي ثُمَّ يَتُوبُ، فَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِ، وَإِنَّ صَاحِبَ الْغِيبَةِ لَا يُغْفَرُ لَهُ حَتَّى يَغْفِرَ لَهُ صَاحِبُهُ
Artinya, “’Ghibah itu lebih berat dari zina.’” Seorang sahabat bertanya, ‘Bagaimana bisa?’ Rasulullah SAW menjelaskan, ‘Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat, maka Allah bisa langsung menerima tobatnya. Namun pelaku ghibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahnya,’” (HR At-Thabrani).
Advertisement
Azab Pedih di Hari Kiamat
Tak hanya itu, diriwayatkan bahwa Allah pernah berfirman kepada Nabi Musa AS, “Siapa saja yang meninggal dunia dalam keadaan bertobat dari perbuatan ghibah, maka dia adalah orang terakhir masuk surga. Dan siapa saja yang meninggal dalam keadaan terbiasa berbuat ghibah, maka dia adalah orang yang paling awal masuk neraka.”
Lebih bahaya lagi, kelak di akhirat orang yang suka ghibah akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah oleh orang yang dighibahnya. Amal kebaikannya dibayarkan kepada orang-orang yang pernah dizaliminya, termasuk kepada orang yang telah dighibahnya.
Setelah amal kebaikannya habis, amal keburukan orang-orang yang dizaliminya ditimpakan kepada dirinya. Akibatnya, dia akan menjadi orang yang bangkrut, sebagaimana yang digambarkan Rasulullah SAW dalam hadits berikut ini.
Suatu hari, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat, “Apakah kalian tahu siapakah orang yang bangkrut?” Mereka menjawab, “Orang yang bangkrut di tengah kami adalah orang yang sudah tidak memiliki dirham dan harta benda lain.”
Ia menjelaskan, “Orang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari Kiamat membawa amal shalat, amal zakat, amal puasa, namun dia pernah mencaci si ini, menuduh si ini, makan harta si sini, menumpahkan darah si ini, memukul si ini sehingga yang ini dibayar dengan kebaikannya dan yang ini dibayar dengan kebaikannya. Setelah kebaikan-kebaikannya habis sebelum semua kezaliman terbayar, maka diambillah keburukan-keburukan mereka yang pernah dizaliminya lalu ditimpakan kepada dirinya.
Akibatnya, dia dilemparkan ke dalam neraka.” Demikianlah bahaya perbuatan ghibah yang selama ini kita anggap enteng. Mudah-mudahan, berkat uraian ini, kita semakin waspada terhadap segala bentuk perbuatan yang dapat menghapus amal kita, termasuk perbuatan ghibah. Harapannya, agar amal kita selamat tidak ada yang menggerogoti dan diterima di sisi Allah SWT. Amin. Wallahu ‘alam.
Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul