Sukses

Kisah Banci Sholeh yang Disholati Wali Allah, Cerita Gus Baha

Gus Baha: Banci yang tak melakukan seks bebas, tetap dianggap sholeh. Begini kisah banci yang disholati Wali Allah

Liputan6.com, Jakarta - Istilah banci seringkali dicap negatif dalam masyarakat karena ketidakpahaman dan stereotip yang melekat padanya. Kata "banci" sering digunakan sebagai kata makian atau cemoohan untuk merendahkan individu yang memiliki identitas gender yang berbeda dari jenis kelamin biologis mereka.

Kali ini KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha ulama asal Rembang Jawa Tengah ini akan mengisahkan kisah banci yang saat meninggal dikucilkan orang.

Saat itu, tidak ada masyarakat yang mensholatinya, karena ia banci. Namun yang terjadi justru Allah memerintahkan wali abdal, yaitu wali Allah untuk mensholatkan jenazahnya.

Belakangan diketahui, ternyata banci tersebut adalah orang sholeh.

Kembali ke soal pandangan negatif ini sering kali didasarkan pada ketidaktahuan dan ketakutan terhadap apa yang dianggap sebagai "lain" atau "tidak normal" dalam konteks gender dan seksualitas.

Stereotip negatif tentang banci dapat mencakup pandangan bahwa mereka tidak sesuai dengan norma-norma gender yang dianggap "benar" dalam masyarakat, dan bahwa keberadaan mereka merupakan ancaman terhadap struktur sosial yang ada.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Gus Baha: Kelainan Seks Itu Haram, Tapi Jika Tak Menyimpang Sholeh

Selain itu, stigma terhadap banci juga dipengaruhi oleh asumsi-asumsi negatif tentang moralitas dan kehormatan mereka. Mereka sering dianggap sebagai individu yang tidak bermoral atau terlibat dalam perilaku yang dianggap tidak pantas oleh norma-norma sosial. Akibatnya, banci sering mengalami diskriminasi, pelecehan verbal, dan bahkan kekerasan fisik dalam masyarakat.

Dalam video unggahan Youtube channel @Santri gayeng, Gus Baha awalnya menceritakan mengenai kisah Nabi Luth dan kaumnya, sejurus kemudian mengisakan tentang banci.

"Masalah kelainan seks itu jelas haram, kalau yang sudah ditakdir kita tidak bisa ikut-ikutan, karena itu takdir.Tapi yang bisa ikhtiari bisa rubah diusahakan, bisa rubah itu dosa. Tetapi yang sudah ditakdir kelainan itu tidak," kata Gus Baha.

Menurutnya jika memiliki watak banci, misalnya laki-laki lemah gemulai namun tak melakukan hal menyimpang menurut norma dianggap orang soleh.

"Jika tidak melakukan itu, dianggap orang soleh. Makanya dikitab Ihya dan Arrialah Al Qusyairiyah ada cerita orang mukhonis (banci)," kata Gus Baha.

Mukhonis merupakan orang yang ditakdir Allah wataknya banci.

 

 

3 dari 4 halaman

Mulianya Banci Ini, Disholati Wali Abdal

"Dia didesain Pangeran (Allah) pokoknya banci, seneng wong lanang ora seneng wong wwedok, yakni suka sesama lelaki, dan tidak suka dengan perempuan," kata Gus Baha.

"Macake gaya-gaya wong wedok atau suka berpenampilan perempuan." tambahnya.

Menurutnya jika 'jibillah' atau diwatakkan seperti itu, itu tidak berdosa.

"Jika wataknya memang seperti itu dia tidak melanggar syara, misalnya tidak melakukan seks bebas,itu ndak boleh dikucilkan, dia sedpertiitu karena itu takdir Allah SWT," tegas Gus Baha.

Selanjutnya Gus Baha menceritakan, ada cerita mukhonis yang meninggal, masyarakatnya tidak mau mensholati.

"Karena dia banci dan akhirnya ibunya sendiri yang menguburkan," kisah Gus Baha.

"Lalu ada wali abdal (wali Allah) sosok ulama besar di sekitar tempat tersebut, dan dicerita kitab-kitab itu, wali abdal itu bisa mukasyafah dan diutus Allah untuk mensholati jenazah banci yang dikucilkan masyarakat tersebut," terangnya.

"Jenazah tiang wandu sing dikucilkan, disholati wali abdal niku," kata Gus Baha.

 

4 dari 4 halaman

Ada Mukhonis yang karena Keinginan Allah

Gus Baha menegaskan, harus dibedakan orang gay yang sebetulnya bisa normal, dan banci yang tidak melakukan kegiatan seks bebas.

Ia pun melanjutkan cerita pengalaman dirinya dengan banci, kadang dirinya kalau di lampu merah sering memberi uang kepada mukhonis atau banci, dan diprotes santrinya, katanya orang laki-laki menyerupai wanita itu dosa besar.

Gus Baha menjawab dengan tenang, itu kalau mereka yang menginginkan sendiri mnyerupai lawan jenisnya, tapi mereka tidak ingin kalau menyerupai. Tahu-tahu jadinya seperti itu.

"Itu berbeda, karena itu keinginan Allah," tandas Gus Baha.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul