Liputan6.com, Cilacap - Ulama asal Rembang yang kini menjabat Rais Syuriyah PBNU, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha rupanya pernah membully salah seorang temannya yang juga menjadi seorang kiai.
Baca Juga
Advertisement
Perlu dicatat, bully dalam bahasa Gus Baha bukan berkonotasi negatif. Ini hanya semacam guyonan khas di kalangan santri dan kiai NU.
Gaya santai saat ceramah dengan bumbu-bumbu kocak saat ngaji, membuat Gus Baha menjadi magnet tersendiri bagi banyak kalangan.
Bahasa ceramah yang sangat membumi tanpa menghilangkan esensi ceramahnya yang memiliki kualitas tinggi membuat takjub kalangan awam dan para ulama lainnya. Termasuk gurunya, Mbah Moen juga merasa takjub akan kecerdasan muridnya ini.
Meski demikian alimnya, beliau tetap berpenampilan zuhud dan jauh sekali dari kesan hidup bermewah-mewahan. Padahal jikalau beliau mau, tentu saja bisa hidup mewah.
Simak Video Pilihan Ini:
Sebab Gus Baha Membully
Kisah lucu ini beliau sampaikan dalam salah satu kesempatan ceramahnya. Beliau mengisahkan perihal memiliki teman yang sudah menjadi kiai, namun ketika di pesantren ia tidak muthalaah atau belajar secara serius.
“Sampai sekarang yang sudah menjadi kiai, yang dulu tidak mutholaah (belajar), kalau dia kirim SMS bilang: “Gus, saya sudah jadi kiai, saya tanya cepat jawab, orang yang tanya sudah nunggu di rumah,” katanya dikutip dari tayangan YouTube @BisriChannel, Selasa (07/05/2024).
Menurut Gus Baha, karena tak belajar dengan baik ketika di pesantren, maka ketika ada pertanyaan dari seseorang, ia kesulitan menjawab. Padahal orang yang bertanya itu posisinya sedang di rumahnya dan menunggu jawabannya.
Karena kesulitan menjawab pertanyaan itu, maka ia berinisiatif menanyakan kepada Gus Baha sebab kalau terus terang tidak bisa jawab, maka tentu saja akan malu dengan julukannya sebagai seorang kiai.
“Yang bertanya sudah di rumah, tapi dia agak tidak bisa menjawab,” kisah Gus Baha.
“Karena kalau bilang tidak bisa kan malu,” sambungnya.
“Waduh kiai kok begini ini bagaimana,” tandasnya.
Terkadang ia juga membully temannya itu dengan tidak segera memberikan jawabannya. Bukannya tidak bisa langsung menjawab, tapi ia sengaja tidak selekasnya memberikan jawaban.
“Kadang ya saya bully: “Jawabannya besok,” katanya.
“Yang bertanya sudah di rumahku Gus. Yang bertanya sudah di rumah, tidak bisa jawab kan mriang,” imbuhnya.
Advertisement
Pentingnya Muthalaah Bagi Santri
Menukil NU Online, agar jiwa santri tetap tersambung dengan pesantren, jangan sampai lupa untuk menyempatkan muthalaah (mengulang-ulang) bacaan kitabnya yang pernah dipelajari ketika waktu mondok.
Sebelum muthalaah kitab, jangan lupa untuk selalu memberikan hadiah Fatihah kepada pengarang kitab dan guru yang pernah mengajarkan kitab tersebut.
Itulah caranya agar seorang santri tetaplah menjadi santri, yang selalu terhubung dengan pesantren dan kiainya (guru-gurunya).
Dan seorang santri yang sudah terjun di masyarakat, ketika ia mendapatkan masalah atau pertanyaan yang sulit, tidak bisa dipecahkan oleh dirinya sendiri, maka jangan gegabah mengambil keputusan. Datanglah ke pesantren (sowan), tanyakan kepada kiai. Karena pesantren adalah rumahmu dan kiai adalah orang tuamu.
Doa dan sowan merupakan cara yang ampuh untuk tetap terjalin hubungan (silaturahim) antara seorang santri dengan pesantren dan kiainya.
Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul