Sukses

Kisah Perjodohan Imam Al-Ghazali, Temui Nabi Khidir AS di Dalam Lautan

Kisah perjodohan Imam al-Ghazali yang terjadi atas petunjuk Nabi Khidir AS, begini kisahnya.

Liputan6.com, Jakarta - Persoalan perjodohan tak selamanya berujung buruk, mungkin hanya kebetulan saja. Konsep jodoh dalam Islam sering kali dihubungkan dengan keyakinan bahwa Allah SWT adalah Yang Maha Mengetahui dan Yang Maha Bijaksana.

Dalam keyakinan tersebut, dijodohkan oleh Allah atau dijodohkan oleh seseorang yang memiliki wewenang agama, seperti seorang nabi, bisa menjadi tanda rahmat dan petunjuk dari-Nya.

Jadi, bisa dikatakan bahwa dijodohkan oleh sekelas nabi bisa dianggap sebagai suatu berkah, karena diyakini bahwa nabi adalah utusan Allah yang membawa petunjuk dan kebaikan bagi umat manusia.

Imam Al-Ghazali, salah satu ulama besar dalam sejarah Islam, dipercaya oleh beberapa tradisi Islam bahwa ia dijodohkan oleh Nabi Khidir AS.

Nabi Khidhir AS adalah nabi yang sampai sekarang penuh dengan misteri. Nabi Khidir dianggap oleh beberapa ulama sebagai figur yang hidup abadi yang bertemu dengan individu yang dipilih oleh Allah untuk menerima bimbingan dan petunjuk khusus.

Dalam konteks ini, jika Al-Ghazali dijodohkan oleh Nabi Khidir, hal itu mungkin dipandang sebagai suatu berkah yang besar, karena Nabi Khidir dianggap sebagai figur yang memiliki pemahaman spiritual yang mendalam dan kebijaksanaan yang luar biasa.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Kisah Imam al Ghazali Masuk ke Dalam lautan Mencari Nabi Khidir AS

Menukil islami.co, banyak sekali ulama maupun para wali menceritakan sosoknya. Tidak sedikit juga yang berkisah bahwa mereka pernah berjumpa dengannya. Salah satunya adalah Imam al-Ghazali. Ulama masyhur ini pernah berkisah tentang nabi misterius tersebut, bahkan menceritakan ciri-cirinya.

Dinukil dari buku Kisah-Kisah Ajaib Imam al-Ghazali karya Mukti Ali, disebutkan bahwa pernikahan Imam al-Ghazali ternyata atas petunjuk Nabi Khidir.

Suatu hari, Imam Ghazali berkunjung ke desanya. Ia kemudian mampir ke tempat madrasah, tempatnya pernah menimba ilmu. Sesampainya di madrasah tersebut, Imam al-Ghazali langsung disambut oleh gurunya. Selanjutnya mereka kemudian bercengkerama dan berkisah satu sama lainnya.

Namun tiba-tiba datanglah angin besar yang memorak-porandakan madrasah itu. Tentu hal ini membuat keduanya kaget. Ada apa gerangan yang menyebabkan peristiwa menyedihkan itu terjadi?

Terbayang dalam diri Imam al-Ghazali tentang madrasah yang menjadi tempatnya banyak menerima ilmu.

Atas peristiwa ini gurunya kemudian melakukan muhasabah. “Dosa apakah aku sehingga muncul malapetakan seperti ini?” gumam guru Imam al-Ghazali.

Tak lama kemudian gurunya menyuruh Imam al-Ghazali untuk menemui Nabi Khidhir AS dan bertanya dosa apa yang membuat madrasah roboh diterjang angin yang besar. Gurunya memberikan isyarat cara menemui Nabi Khidir, yaitu dengan menuju arah pesisir laut dan bertanya kepada seorang nelayan yang dijumpainya.

Imam Ghazali taat pada perintah guru dan kemudian pergi berjalan sesuai petunjuknya. Sampai di pinggir pantai al- Ghazali melihat seorang yang sedang sibuk dan kemudian menyapanya, “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Walaikum salam. Hendak mencari apa tuan hingga sampai ke pesisir pantai ini?” tanya nelayan tadi.

“Saya ingin bertanya. Apakah tahu di mana kediaman Nabi Khidir AS?” tanya Imam Ghazali.

“Saya tahu Tuan, rumah dan masjidnya ada di dalam lautan sana,” jawabnya sambil menujukkan jari telunjuknya kearah tengah laut.

Tanpa pikir panjang Imam al-Ghazali langung terjun ke laut menuju tempat yang ditunjuk nelayan tadi. Tidak ada rasa takut sedikitpun. Yang ada hanyalah memenuhi perintah gurunya. Kemudian terjadilah keajaiban.

3 dari 3 halaman

Pertemuan Imam al Ghazali dan Nabi Khidir AS

Pakaian dan tubuhnya tidak basah sedikitpun dan berjalan seperti di daratan. Maka sampailah al-Ghazali di masjid Nabi Khidir dan melihatnya.

Assalamualikum warahmatuhi wabarakatuh?” sapa Imam al- Ghazali

Walaikumsalam,” jawab nabi Khidir.

Kemudian Imam Ghazali menyampaikan maksud dan tujuannya, yaitu menanyakan mengapa madrasah gurunya itu porak poranda. Dosa apa yang dilakukan gurunya itu sehingga tertimpa masalah yang berat.

Pertanyaan tersebut kemudian dijawab oleh Nabi Khidir. Guru al-Ghazali mempunyai seorang putri yang sudah waktunya menikah tetapi tidak dicarikan suami. Allah SWT mengirimkan angin besar sebagai sebuah peringatan untuknya.

Jawaban Nabi Khidir itu kemudian menggelitik hati Imam Ghazali dan kemudian bertanya,” Wahai Nabi Khidir, siapakah lelaki yang berjodoh dengan putri guru kami?”

“Engkaulah yang menjadi jodohnya wahai al-Ghazali,” jawab Nabi Khidir.

Setelah mendengar jawaban tersebut al-Ghazali bergegas pulang menemui gurunya. Sesampainya di tempat gurunya, Imam Ghazali menceritakan apa yang dialaminya. Akhirnya Imam al-Ghazali dijodohkan dengan putri gurunya itu. Wallahu a’lam.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul