Liputan6.com, Jakarta - Dalam khazanah Islam, riwayat Nabi Khidir AS merupakan salah satu kisah yang menarik dan penuh hikmah.
Nabi Khidir AS adalah seorang nabi yang disebutkan dalam Al-Quran dalam surah Al-Kahfi (Surah 18:65-82). Dia dianggap oleh sebagian ulama sebagai nabi yang hidup sebelum Nabi Musa AS.
Kisah Nabi Khidir AS banyak dipahami sebagai pembelajaran tentang hikmah dan kebijaksanaan Allah SWT yang tidak dapat dimengerti sepenuhnya oleh manusia.
Advertisement
Kisah Nabi Khidir AS mengajarkan kita tentang pentingnya bersikap tawakal dan percaya kepada Allah SWT, bahkan ketika kita tidak memahami alasan di balik ujian dan cobaan yang kita alami dalam hidup.
Ini juga mengingatkan kita tentang keterbatasan pengetahuan manusia dan kebijaksanaan Ilahi yang luar biasa.
Di balik sederet kisah Nabi Khidir AS yang ada, ternyata ada kisah yang unik dan terjadi di Indonesia, tepatnya di Magelang, Jawa Tengah.
Ternyata sandal Nabi Khidir pernah ketinggalan di Magelang. Begini kisah selengkapnya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Kejadian saat Gus Miek Nyantri di Mbah Dalhar
Menukil islam.co, cerita ini masyhur di kalangan pesantren maupun para pengikut KH Hamim Jazuli atau kesohor dengan nama Gus Miek. Ulama yang satu ini memang dikenal sebagai waliyullah yang mempunyai banyak karomah. Namun kehidupannya juga dikenal nyentrik dan hal yang nyeleneh lainnya.
Salah satunya cerita tentang sandal Nabi Khidir. Kisah ini terjadi ketika Gus Miek nyantri kepada KH Dalhar, Watucongol, Magelang. Kiai Dalhar adalah salah satu mursyid tarekat Syadziliyah dan sesepuh pesantren Darussalam.
Ketika menjadi murid KH Dalhar (Mbah Dalhar), Gus Miek mempunyai kebiasaan untuk membersihkan sandal gurunya tersebut. Hampir setiap hari hal tersebut dilakukan oleh pendiri Majlis Dzikrul Ghofilin itu.
Suatu saat Gus Miek kaget ketika di depan kamar KH Dalhar ketika akan membersihkan sendalnya. Di depan kamar ada dua pasang sendal yang sama persis bentuk dan ukurannya. Gus Miek menjadi bingung karena tidak bisa membedakan.
Tangkai penjepitnyapun juga sama. Di tengah kebingungannya itu Gus Miek akhirnya mengambil keputusan untuk membersihkan kedua pasang sandal itu.
Rasa penasaran menggelanyut dalam benaknya. Sandal kepunyaan siapa ini, kok persis dengan sendal milik guru? Gus Miek akhirnya mempunyai niat untuk menunggu pemilik sendal yang persis kepunyaan gurunya itu.
Dengan sabar Gus Miek menunggu tamu tersebut keluar. Namun lelah menunggu, Gus Miek akhirnya menjadi terkantuk-kantuk. Matanya pun terpejam sejenak. Namun ketika matanya terbuka kembali Gus Miek terkejut. Sendalnya tinggal satu pasang.
Lalu dengan rasa penasaran Gus Miek kemudian mengejar tamu yang memakai terompah itu. Dalam benaknya tamu tersebut belumlah jauh, karena dirinya hanya tidur sejenak. Dengan menelusuri pondok, Gus Miek mencari pemilik sendal yang membuat dirinya penasaran. Namun hasilnya nihil.
Advertisement
Gus Miek Sangat Penasaran Siapa Peilik Sandal Itu
Esok harinya, Gus Miek menemui KH Dalhar seusai sholat di masjid. Kemudian bertanya tentang siapa sesungguhnya pemilik sendal yang membuatnya penasaran.
“Maaf, Guru, tamu Guru tadi malam itu siapa?” tanya Gus Miek. Namun Kiai Dalhar tidak menjawabnya. Sikap diam itu membuat Gus Miek penasaran dan mengikuti Kiai Dalhar hingga depan kamarnya.
Hal itu sama dilakukan pula oleh Gus Miek ketika saat tiba waktu sholat Maghrib dan Isya. Gus Miek masih penasaran dengan pemilik sendal yang menjadi tamu Kiai Dalhar. Baru setelah sholat Isya Gus Miek mendapatkan jawaban.
Lewat pembantunya Kiai Dalhar mengatakan bahwa sendal tersebut adalah milik Nabi Khidir. Gus Miek pun puas dan berajanak dari depan kamar Kiai Dalhar.
Ya, sandal itu milik Nabi Khidir dan sempat ‘ketinggalan’ di Magelang.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul