Sukses

Kisah KH Hasyim Asy'ari Digelari Hadratussyaikh

Sosok KH Hasyim Asy'ari adalah ulama yang dijuluki hadratussyaikh, sebuah gelar yang sangat terhormat. Mengapa Mbah Hasyim dapat julukan tersebut?

Liputan6.com, Jakarta - Pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari  sering disebut lengkap dengan gelar "Hadratussyaikh". Gelar ini bukan sembarang gelar, apa saja yang melatarbelakangi kakek Gus Dur ini mendapat gelar terhormat tersebut?

Gelar ini adalah penghormatan yang diberikan kepada tokoh-tokoh agama Islam yang dihormati dan dianggap memiliki pengetahuan, kedalaman spiritual, dan otoritas keagamaan yang tinggi.

"Hadratussyaikh" sendiri berasal dari bahasa Arab. Arti Hadratussyaikh adalah, "Hadrat" berarti "Yang Mulia" atau "Yang Terhormat", sedangkan "Syekh" adalah gelar yang diberikan kepada para ulama atau tokoh agama yang dihormati.

Jadi, ketika Kiai Hasyim Asy'ari dipanggil dengan gelar "Hadratussyaikh", itu adalah tanda penghormatan terhadap pengetahuannya dalam agama Islam, kedalaman spiritualnya, dan otoritasnya dalam masyarakat.

Lantas bagaimana kisah Kiai Hasyim Asy'ari digelari hadratusyaikh?

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Awal Mula Gelar Hadratussyaikh

Gelar ini mencerminkan pengakuan dan rasa hormat yang mendalam terhadap kontribusinya dalam menjaga dan mengembangkan ajaran Islam di Indonesia.

Menukil TebuirengOnline, laki-laki kelahiran Jombang, pada 14 Februari 1871 ini bukan hanya dikenal sebagai ulama, tetapi juga pahlawan nasional Indonesia.

Gelar Hadratussyaikh tidak diberikan kepada sembarang orang. Sebutan itu hanya diperuntukkan bagi ulama yang dinilai telah memiliki kualifikasi keilmuan yang tinggi terlebih ilmu hadis.

Beliau hafal kutubus sittah. Yakni cakupan kitab Hadis Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Tirmidzi, Abu Daud, Nasai, dan Ibnu Majah, baik secara matan maupun sanadnya.

Dalam ilmu hadis, gelar Al-Faqih hanya mensyaratkan seseorang hafal 2.000 hadis sahih. Sementara Asy-Syaikh mensyaratkan hafal kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.

Berbeda pula dengan titel Al-Alim, untuk meraih sebutan ini minimal mampu menghafal seperempat dari isi Al-Qur’an.

Sedangkan syarat mendapat gelar Al-Allamah adalah menghafal keseluruh ayat Al-Qur’an.

3 dari 3 halaman

Mengobarkan Perlawanan terhadap Belanda

Dalam buku berjudul Tradisi Pesantren (1982), cendekiawan Zamakhsyari Dhofier menyebutkan bahwa KH Hasyim Asy’ari muncul sebagai ulama yang paling dikagumi di Indonesia pada awal abad 20.

“Ulama Jawa dan Madura sangat menghormatinya hingga memberinya gelar Hadratussyaikh atau syekh yang agung,” tulis Zamakhsari.

KH Hasyim Asyari memang layak disebut Hadratussyaikh, bukan hanya karena memenuhi syarat, melainkan juga karena dia adalah tokoh umat Islam, paling tidak di Indonesia.

KH Hasyim Asy’ari adalah pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU) yang jumlah pengikutnya hampir mencapai 50 juta Muslim di Indonesia. Dalam sejarah kemedekaan pun, kakek Presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid ‘Gus Dur’ ini juga dinilai sangat berjasa.

Pada 23 Oktober 1945, KH Hasyim Asyari memfatwakan kewajiban berjihad melawan penjajah Belanda bagi seluruh umat Islam Indonesia. Pasalnya, Belanda diduga akan kembali menduduki Indonesia usai bumi pertiwi memproklamirkan kemerdekaannya.

Benar saja, fatwa Hadratussyaikh berhasil memengaruhi semangat rakyat. Perang terjadi begitu sengit di Surabaya. Sekitar 10ribu pejuang gugur dalam pertempuran yang berlangsung pada 10 November 1945 itu.

Tanggal ini kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan dan KH. Hasyim Asy’ari dianugerahi gelar pahlawan nasional.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul