Liputan6.com, Jakarta - Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Lathif atau lebih dikenal Mbah Kholil Bangkalan, adalah seorang ulama yang sangat dihormati dan dikenal di Indonesia.
Ia terkenal karena pengetahuannya dalam bidang agama Islam dan juga karena pengabdiannya kepada masyarakat. Sebagai seorang ulama tersohor, dia memiliki pengaruh besar dalam masyarakat setempat, memberikan nasehat agama, mengajar, dan berperan dalam membimbing umat.
Sering kita mendengar kisah karomahnya. Tidak sembarang orang mendapat karomah dari Allah SWT. Hanya orang-orang pilihan yang diberikan keistimewaan ini.
Advertisement
Biasanya orang dianugerahi karomah adalah orang yang berpangkat wali. Kedekatan orang yang memiliki karomah dengan Allah SWT sudah tidak diragukan lagi.
Di Indonesia banyak sekali wali Allah yang memiliki karomah. Ada yang terlihat secara kasat mata dan ada pula yang tidak disadari, padahal orang tersebut memiliki karomah.
Salah satu karomah yang masyhur adalah Mbah Kholil bisa membuat dua helai daun kelor beratnya sama dengan dua ekor sapi saat ditimbang.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Saat Tasyakuran, Mbah Kholil cuma Baca 'La Ilaha Illallah' 3 Kali
Menukil islami.co, satu keluarga sedang sibuk menyiapkan keperluan tasyakuran kelahiran putra mereka. Kebahagiaan tampak pada raut wajah anggota keluarga bukan hanya karena kelahiran si jabang bayi. Ada momen spesial pada kesempatan itu. KH Kholil Bangkalan dijadwalkan hadir mengisi acara Seorang alim-ulama yang menjadi mahaguru Ulama di Jawa dan Madura.
Undangan tasyakuran sudah tersebar sejak pagi hari. Ibu-ibu tetangga dan kerabat keluarga memasak aneka macam hidangan. Tak tanggung-tanggung, demi menyambut kedatangan Mbah Kholil, keluarga ini menyembelih dua ekor sapi.
Waktu menunjukan ba’da Isya. Para tamu undangan mulai berdatangan ke lokasi acara. Lambat laun rumah telah terisi penuh oleh tamu undangan. Dengan dikawal santrinya Mbah Kholil berjalan menuju rumah tuan rumah. Tanpa dikomando, seluruh tamu undangan berdiri seraya melekatkan kedua tangan di depan perut untuk hormat dan takdzim.
Perlahan, tuan rumah mendekati ulama itu dengan duduk bersimpuh, memberikan potongan kertas berisi list nama-nama keluarga yang telah meninggal dunia untuk didoakan.
Setelah diberi kode oleh tuan rumah, KH Kholil memulai doa tasyakuran. Bukan surat Al-Qur’an atau doa-doa panjang yang dibaca melainkan hanya kalimat tahlil (la Ilaha Illa allah) sebanyak tiga kali kemudian ditutup dengan doa.
Selesai Mbah Kholil menutup dengan bacaan doa, tuan rumah berkata dalam hati, “Persiapan mengadakan acara ini kurang lebih satu bulan, tamu undangan sekian banyaknya, aneka macam hidangan disiapkan, demi menyambut Mbah Kholil dua ekor sapi besar saya sedekahkan, namun doa yang dibaca hanya kalimat tahlil, tidak seperti acara-acara lainnya.”
Advertisement
Saat Sapi Ditimbang Dibandingkan dengan Daun Kelor
Sebelum hidangan dikeluarkan, Mbah Kholil memanggil tuan rumah.
“Apa di belakang rumah masih ada sapi?” tanya Mbah Kholil.
Tuan rumah terhenyak kaget mendengar pertanyaan tersebut sembari menjawab, “Masih sisa dua ekor kiai”.
“Taruh di depan rumah dan bawakan kepadaku dua helai daun kelor,” perintahnya.
Dua ekor sapi digelandang ke depan oleh dua orang, lalu diikat di batang pohon mangga besar.
“Ambilkan bambu besar yang sekiranya kuat untuk menimbang, mari sama-sama kita buktikan lebih berat mana antara dua helai daun kelor dengan dua ekor sapi,”
Beberapa tamu undangan ikut membantu apa yang diperintahkan Mbah Kholil. Semuanya telah siap. Mbah Kholil melangkah mengambil dua helai daun kelor kemudian ditiup dengan bacaan lafal tahlil.
Semua hadirin takjub melihat apa yang terjadi setelah keduanya diletakkan. Berat dua ekor sapi besar milik tuan rumah kalah dengan dua helai daun kelor yang dibacakan kalimat tahlil oleh Mbah Kholil.
“Lo ya, kelihatan kan, berat dua sapimu masih kalah dengan dua helai daun, padahal tadi aku baca kalimat tahlil itu bukan dua kali, tapi tiga kali,” tuturnya, sambil tersenyum.
Semua yang hadir di situ mengetahui betapa besar karomah dan keramatnya karomah seorang ulama asli Indonesia bernama KH Kholil Bangkalan itu.
Kisah ini disampaikan dalam ngaji kitab Nashoihul Ibad pada hari Jum at 11 Desember 2020 di Masjid Jami’ Baiturrahman Ds. Tulungagung Kec.Baureno Kab. Bojonegoro. Pak kiai Ali Muntaha menceritakan betapa keramatnya KH Kholil Bangkalan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul