Sukses

Gus Baha Kisahkan Orang yang Bisa Khatam Al-Qur'an 4.000 Kali Sehari, Bagaimana Bisa?

Kali ini, Gus Baha mengisahkan seseorang yang khatam Al-Qur’an sebanyak 4.000 kali dalam sehari. Itu yang disebut orang mengalami thayyul waqti. Apa itu?

Liputan6.com, Cilacap - Rais Syuriyah PBNU, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha dikenal sebagai ulama yang sangat cerdas. Uraiannya dalam menjelaskan suatu permasalahan begitu mudah dicerna.

Banyak kisah unik, lucu dan ajaib yang muncul dalam ceramah-ceramah Gus Baha, yang terkadang atau bahkan sama sekali belum pernah kita dengar sebelumnya.

Keluasan dan pengetahuannya yang mendalam akan ilmu agama ini membuat banyak orang mengira bahwa Gus Baha tidak hanya menimba ilmu dari para kiai dan ulama tanah air saja.

Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu guru beliau adalah KH Maemoen Zubair atau Mbah Moen pengasuh Ponpes Al-Anwar Sarang, Rembang, yang merupakan ulama asal Indonesia.

Kali ini, Gus Baha mengisahkan seseorang yang khatam Al-Qur’an sebanyak 4.000 kali dalam sehari. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Tenyata Mengalami Hal Ini

Gus Baha mengatakan bahwa orang yang mampu menghatamkan Al-Qur'an 4.000 kali sehari merupakan hal yang sangat sulit dicerna oleh nalar.

Meski demikian, kejadian ini benar-benar ada yang mengalami. Seseorang yang mmapu menghatamkan Al-Qur'an dalam sehari dalam jumlah yang sangat banyak ini karena dirinya sedang mengalami hal yang disebut sebagai thayyul waqti.

Orang tang mengalami hal ini tidak akan lagi terikat oleh ruang dan waktu sebagaimana yang dialami oleh manusia pada umumnya.

“Ada orang yang khatam Al-Quran sehari 4 kali, ada orang yang sehari itu khatam Al-Qur’an 4.000 kali, itu di luar nalar,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @Pati_Unus, Senin (13/05/2024).

“Itu yang disebut orang mengalami thayyul waqti. Thayyul waqti itu orang yang sudah terbebas dari ruang dan waktu,” sambungnya.

3 dari 3 halaman

Analogi Gus Baha tentang Thayyul Waqti

Menjelaskan kondisi yang tak masuk akal ini, Gus Baha menggunakan analogi kecanggihan teknologi yang mampu membaca dan menulis tulisan dalam waktu yang sangat cepat.

Sebagai contoh adalah mesin foto copy yang mampu membaca tulisan dengan kemampuan scan yang sangat cepat. Demikian halnya, dengan kecanggihan HP atau alat semisalnya yang mampu membaca tulisan dengan sangat cepat.

“Ya Ibaratnya begini, dulu Anda membayangkan menulis 1 lembar itu lama, menulis 1 lembar itu membutuhkan waktu lama,” terangnya.

“Dulu kita tidak terbayang teknologi yang namanya foto copy. Suatu saat foto copy juga masih kalah cepat dengan HP atau apa,” sambungnya.

“Nah kira-kira seperti itulah orang-orang yang thayyul waqti, itu terakhir yang dialami oleh Syaikh Mahfudz At-Tirmasi,” pungkasnya.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul