Sukses

6 Perkara Penyebab Rusaknya Hati, Koreksi Diri Sebelum Terlambat!

Enam perkara yang menjadi penyebab rusaknya hati. Artinya hati menjadi gelap, keras dan sulit menerima kebenaran yang murni.

Liputan6.com, Jakarta - Setiap sikap dan perbuatan yang dilakukan oleh manusia semuanya bersumber dari hati. Hati adalah komponen inti baik atau buruknya perilaku. 

Jika hatinya baik maka baik pula zahirnya, begitupun sebaliknya. Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah SAW bersabda:

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599). 

Seseorang yang berperilaku jahat dan keji pertanda ia memiliki hati yang buruk dan busuk. Demikian pula bagi mereka yang berperilaku terpuji dan mulia pertanda ia memiliki hati yang baik dan suci. 

Dikutip dari laman NU Online, Diriwayatkan dalam kitab Nashoihul Ibad karya Syekh Imam Nawawi al-Bantani (1813-1897) Syekh Hasan Al-Bashri menyebutkan bahwa ada 6 penyebab rusaknya hati seseorang. Apa saja itu? Berikut uraiannya.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penyebab Rusaknya Hati

1. Sengaja berbuat dosa dengan harapan kelak taubatnya diterima

Pernyataan tersebut berarti sama saja meremehkan dosa, dan ketika kita meremehkan dosa, meskipun dosa yang ringan maka dosa tersebut menjadi besar di sisi Allah. Rasulullah saw bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: 

Dari Anas ra, ia berkata, sesungguhnya kalian melakukan suatu amalan dan menyangka bahwa itu lebih tipis dari rambut. Namun kami menganggapnya di masa Nabi saw sebagai sesuatu yang membinasakan (HR. Bukhari nomor 6492). 

Maka dari itu, apa yang kita anggap kecil bisa jadi besar di mata Allah, meski diperumpamakan dosa itu lebih tipis dari rambut. Karena dosa kecil juga diremehkan maka lama-lama juga menumpuk menjadi besar.

2. Mempelajari ilmu namun tidak mau mengamalkannya

Mencari ilmu merupakan kewajiban bagi setiap mukmin laki-laki dan perempuan, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari sahabat Anas bin Malik: 

Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim (HR. Ibnu Majah nomor 224). 

Akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah, banyak umat Muslim sudah menuntut ilmu namun tidak mau mengamalkannya. Sehingga ilmu tersebut hanya sekedar teori bukan praktek. Padahal ilmu yang tidak diamalkan, bagaikan pohon tidak berbuah.

3. Beramal tapi tidak ikhlas 

Beramal merupakan perbuatan yang baik, karena akan memberikan kebaikan bagi dirinya dan sekelilingnya, tetapi kadang juga beramal menjadi tidak bermakna dan berpahala ketika tidak dilandasi dari rasa ikhlas. Atau bahasa sekarang hanya sekedar pencitraan dan pansos semata.

Ketika seseorang tidak memiliki rasa ikhlas, maka hatinya akan bermasalah yakni mengidap penyakit hati bernama riya, ingin dipuji dan sombong. Andaikata tidak ada yang memujinya ia akan tersinggung dan malas beramal kembali. 

3 dari 3 halaman

Penyebab Rusaknya Hati

4. Memakan rezeki Allah namun tidak mensyukurinya

Rezeki merupakan karunia Allah swt yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya, jadi sudah sepantasnya kita semua untuk selalu mensyukuri dari setiap apapun yang diberikan kepada kita. 

Akan tetapi, jika kita yang telah diberikan nikmat oleh Allah swt melupakan nikmat-Nya dan enggan bersyukur, maka Allah akan memberinya azab yang berat. Sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an Surah Ibrahim ayat 7: 

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.

5. Tidak ridha (puas) dengan pemberian Allah 

Ridha dengan pemberian Allah merupakan sifat qanaah yang akan membuat hati seseorang merasa cukup dan merasa puas dengan rezeki yang dia miliki.

Ia juga tidak akan menuntut lebih terhadap apa yang sudah ada di tangannya. Karena bagi mereka harta dan segala yang diberikan Allah merupakan titipan semata. Diriwayatkan oleh Thabrani bahwa Rasulullah saw bersabda:  

Qanaah merupakan kekayaan yang tidak pernah musnah (dalam ath-Thabrani, al-mu'jam al-Ausath, 7/84). 

Hadis di atas menunjukkan sifat qanaah menjadi salah satu modal untuk menggapai kehidupan yang lebih lapang, nyaman, dan tentram. Sebaliknya, sifat tamak menjadi ladang kerugian dan juga kehinaan bagi manusia.

6. Mengubur jenazah namun enggan mengambil pelajaran dari kematian mereka

Kematian adalah takdir seluruh makhluk, manusia ataupun jin, hewan ataupun makhluk-makhluk lain, baik lelaki atau perempuan, tua ataupun muda, baik orang sehat ataupun sakit. 

Sebaik-baik manusia merupakan yang dapat mengambil hikmah dari peristiwa kematian, karena kematian bukan hanya sekedar takdir melainkan hikmah dan nasihat dari Tuhan untuk yang masih hidup. Karena dengan kematian manusia tidak terlalu bernafsu untuk mengejar kenikmatan dunia. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.