Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha dalam sebuah ceramahnya meminta agar kita tidak menghabiskan waktu sholat di masjid.
Dalam arti, seluruh sholat dilakukan di masjid. Fardhu juga sunnahnya.
Jika semua sholat dilakukan di masjid, ia mengibaratkan rumah layaknya kuburan.
Advertisement
Apa yang diungkapkan Gus Baha bersandar pada kisah Nabi Muhammad SAW dengan para sahabatnya. Menurut Gus Baha, Rasulullah SAW pernah meminta kepada para sahabat untuk jangan menjadikan rumah sebagai kuburan.
Gus Baha menjelaskan, sabda Rasulullah tersebut muncul setelah Nabi melihat para sahabat sholat sunnah baik qobliyah maupun bakdiyah di masjid.
"Sholat sunnahnya di masjid, bakdiyahnya di masjid, pulang-pulang tanya makannya di mana, terus marah-marah karena makannya kurang disediakan," ujar Gus Baha.
"Kan lucu kan, di masjid qobliyah ba'diyah, pulang tanya makanan, tersinggung lagi kalau belum disediakan," katanya.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Gus Baha: Kasih Jatah Sholat di Rumah
Hal itu disampaikan Gus Baha dalam sebuah pengajian yang diunggah akun Youtube channel @ALIF CHANNEL.
Ternyata jika semua sholat dilakukan di masjid, dan pulang hanya tanya makan. Efeknya, bisa bisa termemori oleh anak-anaknya, jika bapaknya kalau pulang hanya tanya makanan, dan marah kalau tidak ada makanan.
Akan berbeda ketika seseorang pulang dari masjid justru sholat, ingatan pada anak setidaknya bapak kalau datang setelah pergi itu sholat.
Dengan adanya hal tersebut, menurut Gus Baha, Rasulullah meminta agar jangan menjadikan rumah seperti kuburan. "Kasih jatah sholat di rumah," ujarnya.
Sehingga para ulama mengatakan jika berjamaah paling baik adalah di masjid itu untuk sholat wajib. Sementara untuk beberapa sholat sunnah ada yang lebih baik dilakukan di rumah.
"Nabi awal bersabda bahwa semua tanah Allah hakekatnya masjid, apalagi ini rumah kita, anak kita biar menyaksikan saat kita sujud, saat kita baca Qur'an, saat kita ngaji," ucap Gus Baha.
"Makanya Nabi membahasakan jangan menjadikan rumahmu seperti kuburan. Apalagi ada pepatah ibu adalah madrasah pertama," kata Gus Baha.
Advertisement
Kenangan Aisyah RA tentang
"Coba kalau kita ngajari quran di rumah, ya masjid tetap ada kegiatan, tapi jangan sampai mematikan rumah," ungkapnya.
Gus Baha sebagai kiai mengaku dirinya merasa senang jika ada masjid yang ramai, namun jika sepi pun tidak apa-apa.
"Asal efeknya menyebar ke masyarakat. Jadi ramainya masjid ya baik, tidak ramai kalau yang ramai ibadah di rumah-rumah juga baik," jelasnya.
Ia menambahkan, zaman Nabi Musa disebutkan jadikan rumahmu sebagai kiblat dan tempat ibadah.
"Coba kenangannya Nabi kalau sholat malam itu di rumah apa di masjid? Di rumah, sehingga Aisyah punya kenangan sampai kakinya Nabi bengkak," terang Gus Baha.
"Dan Nabi sholat alami saja, kamu kira Nabi sholat punya kayak anak-anak sekarang punya ruang sholat, ternyata hanya dipasangi tasbih dan sajadah tapi gak pernah dipake," katanya.
Gus Baha menjelaskan jika yang digunakan Aisyah itu adalah tempat sholat, sehingga Aisyah mengatakan Nabi sholat di tempat tidurnya.
"Kalau Nabi sedang berdiri, kakiku tak selonjorkan, kalau Nabi sujud kakiku tak ingkerkan, ya di tempat sayyidah Aisyah tidur itu," jelas Gus Baha.
"Kenangan Aisyah sebagai istri itu doa-doa tahajjud, coba kalau Nabi sholat malamnya di masjid, Aisyah gak punya kenangan doa-doa sholat malam," tandasnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul