Sukses

Gus Baha Enggan Ngaji di Podium atau di Kursi, Alasannya Menohok Banget!

Gus Baha tak mau duduk di kursi atau podium saat ceramah, begini alasannya

Liputan6.com, Jakarta - Ulama kebanggaan Nahdlatul Ulama (NU) Gus Baha, atau KH Bahauddin Nursalim, terus menjadi magnet bagi beragam kalangan hingga saat ini. Dakwah dari ulama Nahdlatul Ulama (NU) asal Rembang, Jawa Tengah ini telah menambah nuansa yang berbeda dalam wacana keagamaan.

Selain menyajikan materi yang renyah dan mudah dipahami, penampilan khas dan sederhana Gus Baha juga menjadi daya tarik tersendiri.

Ia selalu terlihat mengenakan baju putih, sarung, dan kopiah yang kadang terpasang miring. Namun, yang menarik adalah ketidakbiasaannya dalam berdiri di podium saat memberikan ceramah.

Dalam pengajian Gus Baha jarang terlihat di atas podium, bahkan duduk di kursi pun merupakan pemandangan langka untuk Gus Baha. Meski terkadang ada tekanan atau permintaan agar ia duduk di kursi, Gus Baha tetap memilih untuk duduk tidak lebih tinggi dari jamaahnya.

Alasan di balik keputusannya ini adalah karena Gus Baha ingin berada sejajar dengan jamaah atau pendengar yang ingin menimba ilmu dari dirinya. Baginya, mereka adalah umat Nabi Muhammad, dan ia ingin berada dalam posisi yang sama dengan mereka di hadapan Allah SWT.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Alasannya Sederhana tapi Menohok

"Ya saya senang ketika ada kiai yang di atas, karena itu adalah ciri khas ulama yang ada di atas kursi. Tapi (untuk) saya sendiri, yang mengaji ke saya itu umatnya Nabi Muhammad. Satu kelas saja. Mereka sanadnya sampai ke Nabi, saya juga, itu kan satu kelas"," ujarnya, seperti dalam tayangan Youtube channel Santri Gayeng.

Gus Baha tidak memandang rendah kiai atau ulama yang duduk lebih tinggi dari jamaahnya. Baginya, hal itu adalah salah satu ciri khas ulama yang patut dihormati.

Namun, sebagai pengingat bagi dirinya sendiri, Gus Baha memilih untuk tidak duduk lebih tinggi dari umat Nabi Muhammad yang berusaha menimba ilmu darinya.

"Sebagai pengingat bahwa kami ini sederajat, maka saya tidak perlu duduk lebih tinggi dari mereka," terangnya.

Sikap ini selalu dipegang teguh oleh Gus Baha sebagai pengingat dirinya. Baginya, tidak perlu berada di posisi yang lebih tinggi untuk menyampaikan ilmu kepada umat Nabi Muhammad yang sudah berusaha menimba ilmu.

Dengan alasan tersebut, pihak yang mengundang Gus Baha akhirnya memahami ketika ia meminta untuk tidak menggunakan kursi atau podium di lokasi pengajian. Mereka memahami bahwa yang terpenting adalah kehadiran beliau dalam menyampaikan ilmu, bukanlah kursi atau podium yang digunakan.

3 dari 3 halaman

Tak Ingin Menunjukkan Superioritas

Reaksi Gus Baha terhadap permintaan untuk duduk di kursi atau podium saat mengisi pengajian menjadi sorotan tersendiri dalam kesehariannya. Melalui tindakannya, ia tidak hanya menyampaikan pesan tentang kesetaraan di antara umat Islam, tetapi juga mengingatkan dirinya sendiri dan orang lain tentang pentingnya sikap rendah hati dalam beribadah.

Menyikapi pertanyaan terkait keputusannya ini, Gus Baha dengan tegas menjelaskan bahwa tujuannya bukanlah untuk menunjukkan superioritas atau otoritas atas pendengarnya. Sebaliknya, ia ingin menciptakan ruang yang setara di antara dirinya sebagai pembicara dan para pendengarnya sebagai pencari ilmu.

Selain menjadi contoh sikap rendah hati, keputusan Gus Baha untuk tidak duduk di kursi atau podium juga menjadi bentuk penghormatan kepada umat Islam yang hadir dalam pengajiannya. Dengan sikap ini, ia mengajarkan bahwa kekuasaan ilmu tidak membuat seseorang menjadi lebih tinggi dari yang lain, melainkan menyamakan posisi di hadapan Allah.

Sikap rendah hati dan keinginan untuk berada sejajar dengan jamaahnya juga tercermin dalam sikap Gus Baha di luar panggung pengajian. Ia dikenal sebagai sosok yang mudah diakses dan bersahaja, siap membantu siapa pun yang membutuhkan, tanpa memandang status sosial atau latar belakang.

Dengan kharisma dan ajaran yang ia sampaikan, Gus Baha terus menjadi sosok yang disegani dan dicintai oleh banyak orang. Keputusannya untuk tidak duduk di kursi atau podium, meskipun sederhana, memberikan dampak yang besar dalam memperkuat ikatan kebersamaan dan kepedulian di antara umat Islam.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul