Liputan6.com, Cilacap - Mengunjungi seseorang, baik itu saudara, teman atau tetangga ketika akan berangkat ibadah haji atau umrah menjadi salah satu tradisi yang telah mengakar pada masyarakat muslim, khususnya di Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Tidak sedikit dari orang-orang yang berkunjung ke calon jemaah itu bertujuan menitipkan salam untuk disampaikan kepada Rasulullah ketika berada di makam Rasulullah SAW di Madinah.
Tradisi demikian ditujukan untuk mengekspresikan rasa cinta dan kerinduan yang mendalam kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Namun yang perlu diketahui ialah perihal etika-etika yang harus diperhatikan dalam menyampaikan salam dari kerabat, teman atau tetangga kita ini.
Lafal Menyampaikan Titipan Salam untuk Rasulullah SAW
Menukil NU Online, tidak sedikit sahabat dan kerabat yang menitip salamnya kepada jamaah haji atau umrah untuk Rasulullah SAW. Mereka menitipkan amanatnya untuk disampaikan oleh jamaah haji ketika berada di makam Rasulullah SAW, Madinah. Jamaah haji atau jamaah umrah yang mendapatkan amanat tersebut dapat menggunakan lafal berikut ini:
السَلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللهِ مِنْ فُلَانٍ بْنِ فُلَانٍ
As-salāmu ‘alayka yā rasūlallāh min fulān ibni fulān (sebut nama kerabat dan sahabat yang menitipkan salamnya).
Artinya, “Sejahtera atasmu wahai Rasulullah dari si fulan bin fulan (sebut nama kerabat dan sahabat yang menitipkan salamnya).”
Salam tersebut merupakan lafal alternatif yang disarankan oleh Syekh M Nawawi Banten sebagaimana keterangannya dalam Kitab Nihayatuz Zain. Jamaah haji dan umrah dapat menggunakan lafal lain dengan makna serupa, dan jamaah haji juga dapat menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerahnya dalam menyampaikan salam sahabat atau kerabatnya.
ثم إن كان أحد أوصاه بالسلام فليقل السلام عليك يا رسول الله من فلان بن فلان أو نحو هذا
Artinya, “Jika seseorang menitip salam kepada jamaah haji atau umrah, maka ia di makam Rasulullah mengucap, ‘As-salāmu ‘alayka yā rasūlallāh min fulān ibni fulān,’ atau lafal salam dengan makna serupa,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Bandung, Al-Ma’arif: tanpa catatan tahun], halaman 219).
Advertisement
Etika Menyampaikan Salam untuk Rasulullah
Lafal ini tentu saja dibaca setelah jamaah haji mengucapkan salamnya sendiri untuk Rasulullah. Lafal ini dibaca dengan konsentrasi ketika jamaah haji duduk sekira tiga hasta dari tembok sambil memandang penuh takzim makam Rasulullah lalu memejamkan mata jika memungkinkan posisi tersebut.
فإنه صلى الله عليه وسلم يسمع ويعلم وقوفك بين يديه
Artinya, “Rasulullah mendengar suaramu dan mengetahui keberadaanmu di dekatnya,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Bandung, Al-Ma’arif: tanpa catatan tahun], halaman 219).
Adapun salam jamaah haji, jamaah umrah, atau peziarah makam Rasulullah dapat mengucapkan lafal salam berikut ini:
السَلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللهِ
Assalāmu alaika yā Rasūlallāh
السَلَامُ عَلَيْكَ يَا نَبِيَّ اللهِ
Assalāmu alaika yā Nabiyyallāh
السَلَامُ عَلَيْكَ يَا حَبِيْبَ اللهِ
Assalāmu alaika yā Habīballāh
السَلَامُ عَلَيْكَ يَا صَفْوَةَ اللهِ
Assalāmu alaika yā Shafwatallāh
السَلَامُ عَلَيْكَ يَا سَيِّدَ المُرْسَلِيْنَ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ
Assalāmu alaika yā Sayyidal mursalīnat thayyibīnat thāhirīn
السَلَامُ عَلَيْكَ وَعَلَى أَزْوَاجِكَ الطَّاهِرَاتِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ
Assalāmu alaika wa ‘alā azwājikat thāhirāt ummahātil mukminīn
السَلَامُ عَلَيْكَ وَعَلَى أَصْحَابِكَ أَجْمَعِيْنَ
Assalāmu alaika wa ‘alā ashhābika ajma‘īni
السَلَامُ عَلَيْكَ وَعَلَى الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِيْنَ وَسَائِرِ عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
Assalāmu alaika wa ‘alal anbiyā’I wal mursalīn, wa sā’iri ‘ibādillāhis shālihīn
السَلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Assalāmu alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullāhi wa barakātuh.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul