Sukses

Apabila Selera Ulama Seperti Ini, Kebenaran Bisa Hancur Menurut Gus Baha

Gus Baha sebut jika orang alim mengikuti selera orang awan pasti kebenaran akan hancur.

Liputan6.com, Cilacap - Ulama kondang asal Rembang, Jawa Tengah KH Ahmad Bahauddin Nursalilm atau populer dengan sapaan Gus Baha melarang ulama atau kiai yang mengikuti seleranya orang awam.

Sebab, jikalau ulama atau kiai sampai mengikuti selera atau keinginan orang awam maka kebenaran akan hancur. Mengupas hal ini, Gus Baha menukil kisah Lukman Al-Hakim yang merupakan kisah yang sangat masyhur di kalangan umat Islam.

“Diingat-ingat ya, ini pegangannya orang alim kiai-kiai Tasawuf yang ikhlas, kiai-kiai alim, jangan menjadi ulama itu mengikuti seleranya orang awam, sebab kalau mengikuti seleranya orang banyak itu kebenaran menjadi hancur,” kata santri Mbah Moen ini sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Rizaleffendi1335, Sabtu (01/06/2024).

“Zaman Lukman Al Hakim itu pertama mendidik anaknya begini, nak kalau kamu yakin kebenaran, lakukan saja dan jangan peduli dengan omongannya orang,” imbuh ulama yang dijuluki manusia Al-Qur’an ini.

“Omongannya orang seperti apa ya ayah?” tanya anak Lukman Al Hakim sebagaimana dituturkan Gus Baha.

“Ayuh ikut aku, ini masyhur cerita ini,” kata Gus Baha mengatakan jawaban Lukman Hakim kepada ayahnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Kisah Serba Salah Lukman Hakim dan Anaknya

Gus Baha lantas mengisahkan Lukman Hakim dan anaknya. Tatkala Lukman Hakim naik keledai besama anaknya ke pasar, semua orang mengatakan kalau mereka tidak punya belas kasihan kepada keledainya sebab dinaiki 2 orang.

Sebab Lukman Hakim orang bijak, maka karena kasihan dengan keledainya, maka ia pun memerintahkan anaknya untuk turun.

Setelah anaknya turun, juga masih mendapatkan olok-olokan orang-orang di pasar, sebab dianggap ayah yang tidak kasihan kepada anaknya.

3 dari 3 halaman

Tetap Menuai Cibiran

Merespons cibiran orang-orang, Lukman Hakim pun turun dan menyuruh anaknya naik keledai. Namun tetap saja, hal ini tidak menyelamatkannya dari gunjingan dan hujatan banyak orang.

Sebab dinilai anaknya tidak memiliki sopan santun kepada orang tuanya.

Menanggapi cibiran ini, akhirnya anaknya pun turun. Keduanya terlihat tidak lagi naik keledai. Namun tetap saja orang-orang yang melihat semakin menambah caciannya.

Sebab keduanya dinilai tidak mensyukuri nikmat memiliki keledai yang merupakan hewan tunggangan.

Akhirnya anaknya pun berkata kepada Lukman Hakim, ternyata menuruti omongan orang itu serba salah atau selalu saja salah.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul