Liputan6.com, Cilacap - Ulama ahli Tafsir asal Rembang, Jawa Tengah, yang kini menjadi Rais Syuriah PBNU, KH Ahmad Bahauddin Nursalilm atau Gus Baha membeberkan fakta perbedaan Nabi Nuh AS dan Rasulullah Muhammad SAW dalam menyikapi orang-orang nakal atau jahat.
Baca Juga
Advertisement
Menurut santri Mbah Moen ini, Nabi Nuh AS berkeyakinan jikalau orang fasik atau nakal, nantinya juga pasti akan melahirkan keturunan atau anak yang fasik dan nakal. Oleh sebab itu, menurut Nabi Nuh, memusnahkan mereka sampai ke akar-akarnya merupakan sebuah keharusan.
“Nabi Nuh itu punya keyakinan, jikalau anaknya orang fasik itu ya fasik, anaknya orang nakal ya nakal,“ papar Gus Baha sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube @Sudarnopranoto, Sabtu (01/06/2024).
“Sebab itu harus dimusnahkan akar-akarnya, supaya tidak memproduksi populasi kezoliman,” sambungnya.
“Orang nakal ya melahirkan anak nakal, gen-nya gen nakal, pasti nanti anaknya nakal,” demikian anggapan Nabi Nuh AS sebagaimana dipaparkan Gus Baha.
Simak Video Pilihan Ini:
Sikap Rasulullah SAW Ketika Menghadapi Orang Kafir
Lain halnya dengan Rasulullah SAW, tatkala menghadapi orang kafir Mekkah yang mendustakan kenabiaannya. Saking geramnya atas perlakuan keji orang-orang kafir Makkah, mengundang murka beberapa malaikat Allah.
Para malaikat seperti Jibril, Israfil dan malaikat gunung menawarkan diri untuk memusnahkan penduduk Mekkah. Namun hal ini ditolak oleh Rasulullah SAW.
“Nabi Muhammad SAW ketika didustakan di Makkah, Malaikat Jibril, Israfil dan gunung menawarkan akan memusnahkan penduduk Makkah,” terangnya.
“Nabi mengatakan” jangan!” sambungnya.
Nabi SAW melarang para malaikat menghancurkan penduduk Mekkah lantaran memiliki harapan karena boleh jadi, orang tuanya kafir, anaknya menjadi mukmin.
“Mungkin mereka kafir tapi anaknya menjadi mukmin,” terangnya.
Advertisement
Pandangan Syaikh Abu Hasan Asy-Syadzili
Tak hanya itu, ulama yang dijuluki manusia Al-Qur’an ini mengutip pernyataan Syaikh Abu Hasan Asy-Syazili dalam kaitannya dengan sikap Nabi Nuh AS ini.
Menurut Abu Hasan As-Syadzili, beda sikap Nabi Nuh AS dan Rasulullah SAW ini menandakan bahwa pengetahuan Nabi Nuh AS itu tidak setinggi Rasulullah SAW.
“Makanya Abu Hasan As-Syadzili menyindir Nabi Nuh, seumpama ilmu Nabi Nuh setinggi ilmunya Nabi Muhammad, dan tahu di dalamnya ashlabil kuffar, di dalam dadanya orang-orang kafir ada yang beriman itu tidak bakalan memvonis,” paparnya.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul