Sukses

Hikmah di Balik Kisah Nabi Sulaiman dan Pria Tampan, Rahasia Panjang Umur

Kisah Nabi Sulaiman AS: Temukan pria tampan yang Hidup 2.400 tahun, dan doa orangtua sangat mustajab.

Liputan6.com, Jakarta - Kisah Nabi Sulaiman AS membuat kita dapat belajar tentang perjalanan yang mengejutkan dan mengagumkan dari seorang pria tampan yang dikisahkan panjang umur hidup selama 2.400 tahun.

Nabi Sulaiman, dengan kearifan dan petunjuk Allah, diberi tugas untuk menemukan sesuatu di tepi laut yang luar biasa. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan pria tersebut, yang umurnya jauh melampaui manusia biasa, menciptakan aura misteri yang memikat bagi Nabi Sulaiman.

Pria tampan ini, dengan kebijaksanaan dan pengalaman yang tidak biasa, menceritakan tentang perjalanannya yang panjang dan berliku, yang membentang sepanjang 2.400 tahun.

Kisahnya mengungkapkan hikmah dan pelajaran berharga tentang keabadian, perjalanan spiritual, dan makna kehidupan yang mendalam.

Bagi Nabi Sulaiman, bertemu dengan pria ini menjadi pengalaman yang menginspirasi, menggugah rasa ingin tahu dan kebijaksanaan dalam pencariannya akan pengetahuan.

Dari perjumpaan antara Nabi Sulaiman dan pria tampan ini, terpancarlah pesan tentang pentingnya menjalani kehidupan dengan penuh kebijaksanaan, kesadaran, dan ketekunan dalam mencari kebenaran.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Pertemuan Nabi Sulaiman AS dengan Pria Tampan

Mengutip Islamindonesia.id, sebelum bertemu dengan pria tampan ini, Nabi Sulaiman memerintahkan beberapa jin untuk mencari sesuai petunjuk di tepi laut, namun tidak ketemu. Namun pada titik tertentu bertemu dengan hal aneh. Begini kisah selengkapnya.

Setelah Jin Ifrit keluar asuklaut menyelam idak ketemu pa yang dimaksud sebagai petunjuk. Masih belum puas dengan apa yang dikatakan Ifrit, Nabi Sulaiman memerintahkan Asif Barkhiya untuk berdoa kepada Allah agar memberi tahu apa yang terjadi di dalam laut.

Asif Barkhiya adalah menteri Nabi Sulaiman yang disebut di dalam Al-Qur’an pada Surah An-Naml ayat 40. Dia juga seorang waliyullah yang doanya diijabah oleh Allah.

“Beri tahu kepadaku apa yang terjadi di dalam laut sana,” pinta Nabi Sulaiman kepada Asif Barkhiya.

Asif pun berdoa kepada Allah untuk menunjukkan apa yang terjadi. Setelah Asif Barkhiya berdoa, tiba-tiba datang sebuah benda berbentuk kubah yang mempunyai empat pintu.

Satu pintu terbuat dari batu intan, satu pintu terbuat dari batu yaqut, satu lagi terbuat dari batu intan putih, dan satunya lagi terbuat dari batu aquamarine (zamrud) hijau.

Semua pintu itu terbuka dan tidak ada satu tetes air pun yang masuk ke dalamnya, padahal benda tersebut berada di dalam laut yang sangat dalam sama seperti tiga kali perjalanan menyelamnya Ifrit yang pertama.

Lalu, benda yang berbentuk kubah tersebut diserahkan kepada Nabi Sulaiman. Tiba-tiba, tampak di dalamnya seorang laki-laki yang tampan, memakai baju yang serbaputih, dan bersih badannya. Pemuda itu sedang melakukan sholat.

Lalu Nabi Sulaiman masuk ke dalamnya dan memberikan salam kepada pemuda itu. Pemuda itu pun mempercepat sholatnya dan menjawab salam Nabi Sulaiman.

3 dari 3 halaman

Begini Rahasia Pria Tampan Ini Panjang Umur, Bisa Ditiru

“Sebab apa kau bisa berada di dasar laut ini?” tanya Nabi Sulaiman mengawali pembicaraan.

“Wahai nabiyallah, sesungguhnya bapak saya adalah seorang laki-laki yang lumpuh dan ibu saya adalah seorang wanita yang buta. Saya merawat keduanya selama tujuh puluh tahun. Saya merawat keduanya dengan penuh kasih sayang. Ketika ajal menjemput ibu saya, dia berdoa kepada Allah, ‘Ya Allah, panjangkanlah umur anakku dalam keadaan selalu takwa kepada-Mu’ dan ketika ayah saya wafat dia berdoa kepada Allah, ‘Ya Allah, tempatkanlah anakku ini di tempat yang tidak ditemukan oleh setan’,” cerita pemuda itu kepada Nabi Sulaiman.

“Setelah saya memakamkan kedua orang tua saya, saya berjalan-jalan ke tepi pantai untuk menghilangkan kesedihan saya. Lalu saya melihat kubah yang bercahaya, kubah tersebut sangat indah, saya masuk ke dalamnya untuk melihat keindahan kubah tersebut. Lalu datanglah malaikat dari beberapa malaikat. Malaikat tadi membawa kubah tersebut ke dalam laut, sedangkan saya berada di dalamnya,” ucap pemuda itu melanjutkan ceritanya.

“Pada zaman siapa kamu mendatangi pantai?” tanya Nabi Sulaiman penuh penasaran.

“Pada zaman Nabi Ibrahim ‘alaihi sallam,” jawab pemuda itu.

Sejenak Nabi Sulaiman terdiam, mengingat kembali sejarah. Begitu terkejutnya Nabi Sulaiman ketika mengetahui bahwa jarak zamannya dengan zaman Nabi Ibrahim itu adalah dua ribu empat ratus tahun. Begitu panjangnya umur pemuda dan yang anehnya lagi tidak dijumpai satu helai rambutnya yang beruban.

“Lalu, bagaimana kamu bisa mendapatkan makan dan minun?” tanya Nabi Sulaiman.

“Wahai nabiyallah, setiap hari datang kepadaku seekor burung yang membawakanku makanan sebesar kepala manusia. Saya memakannya, saya pun merasakan kenikmatan yang belum pernah saya rasakan di dunia. Setelah saya memakannya, saya tidak lagi merasakan lapar, haus, gerah, dingin, tidur, kantuk dan sifat-sifat yang dirasakan oleh manusia pada umumnya, serta saya juga tidak merasakan kesepian,” jawab pemuda itu kepada Nabi Sulaiman.

“Maukah kamu ikut denganku dan tinggal di kerajaanku atau kamu ingin kembali ke tempatmu?” Nabi Sulaiman memberikan penawaran kepada pemuda itu.

“Wahai nabiyallah, tolong kembalikan aku ke tempat semula,” pinta pemuda itu kepada Nabi Sulaiman.

Lalu Nabi Sulaiman memerintahkan Asif Barkhiya untuk mengembalikan pemuda itu ke tempat semula, dan saat itu juga pemuda itu hilang dari pandangan Nabi Sulaiman dan rombongan.

Dari kisah tersebut kita bisa mengambil hikmah bahwasanya doa orangtua itu sangatlah mustajab dan tidak bisa diragukan lagi.

Hal ini sesuai dengan sabda Nabi saw,

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ

“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian (safar), dan doa orangtua pada anaknya,” (HR Ibnu Majah).

Oleh karena itu, kita sebagai anak seharusnya berbakti kepada orangtua. Minimal dengan tidak membuatnya sakit hati, atau syukur-syukur bisa membuat mereka bangga, serta merawatnya dengan kasih sayang, dan masih banyak lagi hal yang bisa dilakukan.

Jangan sampai kita menyakiti hati mereka melainkan selalu mengharapkan ridha dari keduanya. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orangtua.” (HR. Hakim, ath-Thabrani).

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul