Sukses

Pahalanya Dobel, Ini Niat dan Tata Cara Qadha Puasa Ramadhan di Bulan Dzulhijjah 2024

Pada bulan Dzulhijjah muslim dianjurkan memperbanyak amal salih, salah satunya puasa pada. Puasa qadha Ramadhan di bulan ini akan mendapatkan pahala dobel, meskipun niatnya hanya puasa ganti.

Liputan6.com, Jakarta - Orang yang meninggalkan puasa Ramadhan wajib menggantinya di bulan lain. Qadha puasa Ramadhan dilakukan sejumlah hari yang ditinggalkan. Ketentuan ini telah jelas disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 185.

فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ 

Artinya: “Siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan Ramadhan, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS Al-Baqarah: 185

Qadha puasa Ramadhan dapat dilakukan kapan saja. Baiknya disegerakan karena khawatir lupa. Bagi muslim yang masih punya utang puasa, maka momentum Dzulhijjah ini sebaiknya dimanfaatkan.

Pada bulan Dzulhijjah muslim dianjurkan memperbanyak amal salih, salah satunya puasa. Puasa qadha Ramadhan di bulan ini akan mendapatkan pahala dobel, meskipun niatnya hanya puasa ganti. Hal ini sebagaimana dijelaskan Sayyid Bakri Syatha dengan mengutip fatwa Al-Barizi dalam Hâsyiyah I’ânah at-Thaâlibîn.

Berikut penjelasan lengkap tentang niat dan tata cara qadha puasa Ramadhan di bulan Dzulhijjah 2024.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Cara Qadha Puasa Ramadhan

Ada dua pendapat mengenai tata cara pelaksanaan qadha puasa Ramadhan. Pertama, apabila meninggalkan puasa Ramadhan secara berurutan maka saat mengqadhanya pun harus berurutan. 

Adapun pendapat kedua membolehkan qadha puasa Ramadhan tidak berurutan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut.

قَضَاءُ رَمَضَانَ إنْ شَاءَ فَرَّقَ وَإنْ شَاءَ تَابَعَ 

Artinya: "Qadha' (puasa) Ramadhan itu, jika ia berkehendak, maka ia boleh melakukannya terpisah. Dan jika ia berkehendak, maka ia boleh melakukannya berurutan." (HR. Daruquthni, dari Ibnu 'Umar) 

Merujuk pada pendapat kedua, maka qadha puasa Ramadhan tidak wajib dikerjakan secara berurutan. Dengan demikian, dapat dilakukan sesuai kehendak, namun diusahakan sebelum tiba Ramadhan berikutnya.

3 dari 3 halaman

Niat dan Tata Cara Puasa Qadha Ramadhan

Berikut ini tata cara puasa qadha Ramadhan.

1. Niat

Niat qadha puasa Ramadhan mulai dilafalkan malam hari sejak terbenamnya matahari sampai terbit fajar. Berikut lafal niatnya.

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.

Artinya: "Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT".

Niat qadha puasa Ramdahan dilakukan pada malam hari sampai sebelum waktu fajar tiba.

2. Makan Sahur

Makan sahur lebih utama menjelang masuk waktu subuh sebelum imsak.

3. Melaksanakan Puasa

Selama berpuasa harus menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa seperti makan, minum, berhubungan suami-istri, dan sebagainya sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.

Selama berpuasa juga menjaga dari hal-hal yang membatalkan pahala puasa seperti berkata kotor, menggunjing orang, dan segala perbuatan dosa.

4. Membaca Doa Buka Puasa

Tata cara puasa qadha Ramadhan berikutnya adalah berbuka puasa saat tiba waktu maghrib. Berikut dua versi doa saat buka puasa.

1). Doa buka puasa Rasulullah SAW dari Sahabat Mu’adz bin Zuhrah yang diriwayatkan Abu Daud.

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ 

Allahumma laka shumtu wa 'ala rizqika afthartu.

Artinya: “Ya Allah hanya untuk-Mu kami berpuasa dan atas rezeki yang Engkau berikan kami berbuka.” (HR. Abu Daud)

2). Doa Rasulullah SAW saat berbuka puasa dari Abdullah bin ‘Umar yang diriwayatkan Abu Daud.

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ

Dzahabadzh dzhama-u wabtallatil-'uruqu wa tsabatal-ajru insyaa-Allah.

Artinya: “Telah hilang rasa haus dan urat-urat telah basah serta pahala tetap, insyaallah.” (HR. Abu Daud).