Liputan6.com, Jakarta - Umat Islam di Indonesia sudah tidak asing dengan nama Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, terutama para Nahdliyin. Dalam setiap tahlilan namanya sering disebut, bahkan manaqib yang menceritakan kisah hidupnya sering dibacakan secara khusus.
Kepopuleran Syaikh Abdul Qadir al-Jilani sampai sekarang tidak terlepas dari kiprah semasa hidupnya. Ia dikenal sebagai wali besar, bahkan mendapat gelar Sulthonul Aulia atau raja dari seluruh para wali.
Syekh Abdul Qadir lahir di Jailan pada 1 Ramadhan 470 H atau tahun 1077 M. Ia memiliki nama lengkap Sayyid Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Shalih Musa Zangi Dausat Al-Jailani. Pada 11 Rabiul Akhir 561 H/1166 M, tokoh sufi itu wafat di Baghdad.
Advertisement
Baca Juga
Mengapa Gelar Habib Tidak Digunakan di Sumatera Barat? Buya Arrazy Ungkap 2 Alasannya
Kisah Karomah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, Rebut Ruh Santri dari Malaikat Maut
Top 3 Islami: Beda Jadwal Puasa Arafah Arab Saudi dan Indonesia, Kita Ikut Mana? Kisah Karomah Syaikh Abdul Qadir al-Jilani Rebut Ruh Santri
Semasa hidupnya, Syekh Abdul Qadir dikenal sebagai wali yang pandai dalam menguasai ilmu pengetahuan, terutama di bidang agama. Ia adalah wali yang memadukan antara syariat sufisme secara praktis-aplikatif.
Banyak kisah karomah penuh hikmah yang ditinggalkan Syekh Abdul Qadir. Salah satunya ketika ia digoda oleh setan yang sudah menyesatkan 70 orang ahli ibadah. Simak kisahnya berikut ini.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Saat Syekh Abdul Qadir Menyendiri Dikagetkan Cahaya
Mengutip NU Online Jabar, Selasa (11/6/2024), dikisahkan suatu ketika Syekh Abdul Qadir menyendiri dan dikagetkan dengan datangnya sebuah cahaya besar yang memenuhi penjuru langit. Lalu bayangan itu datang dan memanggil beliau.
“Wahai Abdul Qadir aku ini Tuhanmu. Kamu adalah kekasihku, aku akan meringankan syariat untukmu. Apa yang aku haramkan sebelumnya, sekarang aku halalkan untukmu,” kata bayangan itu.
Syekh Abdul Qadir menjawab, “Wahai yang terlaknat, pergi kamu sekarang dari hadapanku. Kalau tidak, akan aku hancurkan kamu.”
Cahaya besar itu adalah setan yang sedang menggoda kekasih-Nya. Ia mengaku dirinya sebagai Tuhan. Namun, Syekh Abdul Qadir tetap percaya dan mengikuti perintah-Nya dengan tak mempedulikan godaan bayangan itu.
Allah tentu saja tidak akan membiarkan kekasih-Nya terjerumus ke dalam jalan yang salah. Setan memang diberikan kebebasan oleh Allah untuk menggoda manusia, sebagai manifestasi keadilan kepada seluruh makhluk-Nya
Advertisement
2 Alasan Syekh Abdul Qadir Tak Tergoda Setan
Sesaat setelah kejadian dialog tersebut, tiba-tiba cahaya itu padam dan sedikit demi sedikit hilang dari pandangan Syekh Abdul Qadir. Beliau terus menyendiri menikmati keindahan alam sebagai bukti kebesaran Allah.
Tak lama kemudian, bayangan yang tadi menghilang kembali memanggil Syekh Abdul Qadir dalam wujud kabut dan berkata;
“Kamu selamat dari godaanku wahai Abdul Qadir karena dua alasan. Pertama, karena ilmumu (fiqih) yang telah melekat dalam jiwamu, engkau mampu membedakan mana yang haq (benar) dan mana yang bathil (salah),” kata kabut itu.
“Kedua karena kondisi spiritualmu dan ibadahmu, Allah membukakan hatimu dan membimbingmu menuju jalan yang benar,” tegas kabut tersebut.
Syekh Abdul Qadir bilang bahwa apa yang ia miliki saat ini semuanya adalah milik Sang Pencipta. “Aku selamat darimu berkat Tuhanku,” katanya.
Semua karena Fadilah Allah
Setan yang menggoda Syekh Abdul Qadir itu ternyata sudah menyesatkan 70 orang ahli ibadah dengan cara yang sama. Namun, setan itu gagal menjerumuskan Sulthonul Aulia.
“Perlu kamu ketahui Abdul Qadir, aku telah menyesatkan sebanyak 70 orang ahli ibadah dengan cara seperti ini dan hanya kamu yang selamat,” ungkap kabut itu.
“Dari mana kamu tahu bahwa aku ini Setan?” tanya kabut itu penasaran.
Syekh Abdul Qadir menjawab bahwa semuanya karena fadilah Allah SWT. Ia mendapatkan petunjuk dari-Nya dari melalui perkataan dari cahaya yang tiba-tiba datang.
“Aku diberi petunjuk oleh-Nya melalui perkataanmu ‘Apa yang aku haramkan sebelumnya, sekarang aku halalkan untukmu’ dan saat itu aku yakin kamu adalah setan. Karena kalau memang Allah SWT ingin menghapus syariatnya, tentulah orang yang pertama kali akan terlepas dari syariat-Nya adalah para nabi, dan itu sangat mustahil,” jawab Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Dari percakapan Syekh Abdul Qadir dengan setan, dapat disimpulkan bahwa keimanan dan ketakwaannya kepada Tuhannya begitu mendalam. Setan gagal menggoda waliyullah itu juga merupakan bagian dari karomahnya yang dianugerahkan Allah. Tentu saja ini tidak lepas dari ilmu yang dimiliki beliau, keimanan, serta ketakwaan kepada Allah.
Kisah tentang Syekh Abdul Qadir Al-Jailani digoda setan ini disarikan dari kitab al-Fawâid al-Mukhtârah li Sâliki Ṭarîq al-Âkhirah karya Habib Ali bin Hasan Baharun, dinukil lagi via NU Online Jabar. Wallahu a’lam.
Advertisement