Liputan6.com, Jakarta - Syahdan, aalam lebaran haji beberapa tahun lalu, ulama kharismatik KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) pernah didatangi orang yang miskin berniat qurban ayam jago.
"Dadi malem lebaran, kulo niku nate ditekani wong melarat, meh qurban ajam jago," kata Gus Baha seperti dilansir dari laman YouTube kanal @Santri Gayeng.
Dalam keterangnnya terjadi dialog antara keduanya,
Advertisement
"Masa kurban kudu wedus Gus," kata tamunya yang menanyakan apa qurban harus kambing.
"Lha piye," jawab Gus Baha.
Nah ternyata orang miskin tersebut sudah membawa ayam jago. Lalu dia ingin menyerahkan ke Gus Baha sebagai qurbannya.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Gus Baha Disalahkan
"Cangkemmu," kata Gus Baha, yang artinya mulutmu.
Namun hal itu bukan umpatan yang keluar dari ulama yang alim alamah ini, hanya kekagetan. Biasanya ungkapan ini muncul karena saking akrabnya.
Stelah mengatakan itu Gus Baha terkekeh tertawa bareng jemaahnya.
Apa kata orang miskin tersebut? Ternyata apa yang dilakukan olehnya adalah gara-gara Gus Baha juga, yang beberapa kali menyampaikan boleh berqurban ayam jago.
"Ini juga karena Njenengan gus, katanya tidak bisa ideal tidak apa apa," ujar tamunya itu.
"Iya tidak ideal tidak apa-apa, tapi kalau ayam jago jangan diniati qurban. Anggap saja ngasih ke kiainya. Begitu saja he he he," ujar Gus Baha.
Maksud yang diungkapkan Gus Baha pakai ayam itu adalah Latihan mengalirkan darah di saat rangkaian Idul Adha, Latihan berqurban. Bukan lantas boleh qurban pakai ayam jago seperti itu.
Advertisement
Sedekah si Kaya dan si Miskin
Gus Baha tidak marah mendapati orang miskin yang berniat qurban ayam jago, ia bersyukur saja, lantaran ajaran yang ia ungkapkan bisa menancap di hati orang-orang.
"Berarti ajarane nancep nang ati. Mumpung isih duene ayam during wedus, ayame sedekahna neng Gus Baha siji, kan urung abot.... ha ha ha... malah olih pitik, repot," ujar Gus Baha setengah bercanda,
Dalam keterangan berikutnya,Gus Baha mengatakan, jangan pernah menghina atau membuat omongan jika orang kaya itu pelit dalam hal zakat atau sedekah.
Cukup masuk akal dan analogi yang diberikan Gus Baha, lantaran jika sudah kaya jumlah yang disedekahkan akan banyak, dan biasanya akan sayang untuk dijadikan sedekah.
Gus Baha mencontohkan, saat punya ayam 2, kalau sedekah 50 persen tidak terlalu berat. Namun jika punya kambing atau sapi 2, maka sedekah tersebut akan berat.
Dengan analogi tersebut ia meminta agar jangan menghakimi orang kaya dalam hal sedekah itu tadi.
Gus Baha Pernah Sembelih Ayam saat Masih Melarat
Dalam kesempatan lain, Gus Baha pernah mengaku begini,seperti yang dikutip Liputan6.com ia menyebut bahwa ada pendapat yang memperbolehkan berqurban dengan ayam, bahkan telur.
Gus Baha membagikan kisah pribadinya saat dalam keadaan kekurangan, saat hidup di Jogja. Dalam bahasanya, dia menyebut dirinya masih melarat.
Meskipun begitu, dia tetap menjalankan prinsip untuk berkurban setiap Idul Adha.
Bahkan saat kurang mampu, dia menyembelih ayam atau membeli daging meski hanya setengah kilogram.
"Kulo nggih nate mlarat, jaman teng Jogja. Kulo nyembeleh ayam, kadang nggih tumbas daging setengah kilo," kata Gus Baha.
Praktik ini didasarkan pada dua alasan utama. Pertama, hari raya Idul Adha adalah waktu untuk makan-makan, bukan berpuasa. Kedua, untuk menghindari sikap tamak terhadap bagian daging qurban.
Meski demikian, lanjut Gus Baha, ketika ditanya orang apakah itu qurban, maka jawab saja bukan. Jawab saja dengan jawaban, ini hari makan-makan, ikut perintah Allah SWT.
Pendapat ulama tentang masalah ini beragam. Imam Nawawi menegaskan bahwa berqurban dengan hewan selain ternak tidak dibolehkan. Namun, Imam Qurthubi memungkinkan qurban dengan ayam.
Â
Advertisement
Kebolehan Qurban Ayam, Pendapat Imam Qurthubi
Pendapat Imam Qurthubi didasarkan pada sebuah hadis yang menyebutkan keutamaan sholat Jumat. Orang yang berangkat pagi jumatan, pagi seperti qurban unta, siang dikit dapat sapi, dapat kambing, dan yang datang terahir seperti qurban telor. Hadis ini memberikan gambaran bahwa berqurban dengan ayam atau bahkan telur dapat menjadi alternatif.
"Yang penting jangan dibawa ke masjid, nanti jadi kontroversi," tegas Gus Baha.
Meskipun ada pandangan yang memperbolehkan, penting untuk diingat bahwa hal ini bisa menjadi sumber kontroversi di masyarakat. Sebaiknya, pendapat ini disimpan sebagai pandangan pribadi.
Gus Baha menekankan bahwa jika berqurban dengan ayam dilakukan dalam keseharian, itu tetap baik. Pentingnya memahami bahwa esensi Idul Adha adalah tentang berbagi dan kebaikan.
Dia menggambarkan situasi di sebuah kampung, di mana orang kaya berqurban sapi, yang menengah berqurban kambing, dan yang miskin berqurban ayam atau telur. Esensi merayakan Idul Adha tetap terjaga, yaitu spirit berbagi.
Pendapat tentang bolehnya berqurban dengan ayam atau telur bisa diinterpretasikan sebagai bentuk kepedulian pada kondisi sosio-ekonomi masyarakat yang beragam.
Perdebatan ini mencerminkan dinamika dalam menafsirkan ajaran agama dan menghadapi tantangan praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun berbeda pendapat, penting untuk tetap menjaga persatuan dan toleransi di antara umat Islam dalam menghadapi perbedaan pandangan ini.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Â