Liputan6.com, Jakarta - Mustasyar PBNU Gus Baha tidak hanya dikenal karena keilmuannya yang mendalam tetapi juga karena kehidupan sederhana dan keterbukaannya dalam berbagi ilmu.
Meskipun memiliki reputasi sebagai seorang ulama terkemuka di Indonesia, ia tidak segan-segan untuk turun langsung ke pasar atau naik bus untuk berpergian, bukan semata-mata untuk tujuan dunia atau hiburan, melainkan untuk mencari ilmu.
"Saya sampai sekarang itu setiap minggu teng pasar, ini ga usah ditiru ini kebiasaan saya sejak kecil selalu ke pasar," ucap Gus Baha seperti yang diunggah laman Youtube kanal @SantriHightech.
Advertisement
Dalam pengakuannya, pemilik nama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim ini sering kali menekankan pentingnya kehidupan sederhana dan menghargai keberadaan di tengah masyarakat.
Meskipun bisa dikatakan sebagai figur publik yang berpengaruh, ia tidak melupakan akar kehidupannya yang sederhana, termasuk kegiatan sehari-hari seperti berbelanja di pasar atau menggunakan transportasi umum.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Gus Baha Sering Malu pada Pedagang Kecil
"Ini pelajaran betul buat saya, saya melihat pedagang dapat untung Rp2.000 seneng banget, Rp10.000 seneng banget. Kadang kene kiai dapat salam tempel Rp200 ribu kok gak syukur, ini saya sebagai kiai kadang malu sama pedagang di pasar," ujar Gus Baha.
Tindakan Gus Baha ini menunjukkan sikap rendah hati dan kesediaannya untuk tetap terlibat secara langsung dengan masyarakat, meskipun telah mencapai posisi yang terhormat dalam komunitas agama.
Ini juga menunjukkan bahwa bagi Gus Baha, mencari ilmu tidak hanya terbatas pada lingkup formal dan dalam kegiatan keagamaan, tetapi juga dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat.
"Jadi kadang-kadang kita dapat pelajaran dari hal hal kecil," ujar Gus Baha.
Ia juga berkisah bahwa dirinya sering mengungkapkan kepada istrinya, jika dirinya senang naik bus itu bukan karena waro'i, maupun zuhudnya. Bagi Gus Baha itu karena dirinya senang dengan ilmu.
Advertisement
Naik Bus Umum Itu Bukan Zuhud atau Wara' tapi Begini
"Kulo niku sampun dianggep kiai top, kulo mboten zuhud nopo wara', Kuo namung seneng ilmu. Kadang kulo kiai disalam tempel nek nilaine Rp50 ewu ra syukur, isin kulo kalih pedagang wau," ujar Gus Baha yang menganggapilmu adalah egala-galanya, dan kadang ia dapatkan ilmu itu dari pedagang maupun di bus umum.
Untuk diketahui, Zuhud adalah pola hidup yang menjaga diri dari pengaruh harta atau masalah keduniawian (materi), atau tidak terlalu menyibukkan diri terhadap hal-hal yang bersifat materi, melainkan lebih memfokuskan pada kehidupan akhirat. Sedangkan Wara' adalah meninggalkan atau menghindari segala hal yang mengandung syubhat atau tidak jelas status halal haramnya
Kehadiran Gus Baha di pasar atau dalam perjalanan naik bus juga menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk menghargai ilmu pengetahuan di setiap kesempatan dan tempat.
Sikapnya yang terbuka terhadap pengalaman kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa belajar dan mendapatkan ilmu bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, selama kita memiliki niat yang tulus dan kesediaan untuk belajar.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Â