Sukses

Top 3 Islami: Sindiran Keras Gus Baha ke Kaum Cingkrang: Sunnah Rasul Kaya Saya Makanya Hafalkan Qur'an

Dia mencontohkan dirinya yang hafal Al-Qur'an yang itu berarti mengikuti sunnah Rasul. Sindiran cadas Gus Baha ke kelompok celana cingkrang dan jenggot ini menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menanggapi dengan santai kelompok yang kerap menyuarakan sunnah Rasul. Meski santai, namun sindirannya sungguh nylekit menusuk hati.

Menurut dia, sunnah Rasul bukanlah yang tampak di permukaan saja. Misalnya, celana cingkrang dan jenggot semata.

Ada hal lebih penting dan bernilai lainnya yang bisa diperjuangkan. Contohnya hafal Al-Qur'an.

Dia mencontohkan dirinya yang hafal Al-Qur'an yang itu berarti mengikuti sunnah Rasul.

Sindiran cadas Gus Baha ke kelompok celana cingkrang dan jenggot ini menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com.

Artikel kedua terpopuler yaitu ulasan Buya Yahya mengenai apakah jemaah yang pulag berhaji mesti dipanggil dengan Pak Haji dan Ibu Hajjah?

Sementara, artikel ketiga yaitu wirid Syaikh Abu Hasan As-Syadzili yang dikenal memiliki berbagai karomah dahsyat.

Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami. 

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. Sindiran Nylekit Gus Baha soal Celana Cingkrang dan Jenggot, kalau Ingin Sunnah Rasul Hafalkan Al-Qur'an

Mustasyar PPBNU, KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, menyampaikan kritik tajam terhadap orang-orang yang memahami sunnah Rasulullah SAW hanya sebatas penampilan luar seperti celana cingkrang dan jenggot.

Gus Baha mengisahkan pengalamannya dalam sebuah acara di Jakarta yang memperlihatkan betapa dangkalnya pemahaman beberapa orang terhadap sunnah Rasul.

"Saya pernah diundang ke sebuah acara di Jakarta. Ada seorang kiai yang datang mengenakan sarung, sementara sebagian lainnya memakai celana cingkrang. Ketika acara dimulai dan kyai itu mulai memegang mik, setengah dari hadirin langsung meninggalkan tempat," cerita Gus Baha, dikutip dari kanal YouTube @AlGhifari27.

Menurut Gus Baha, alasan mereka meninggalkan acara tersebut adalah karena kiai tersebut tidak mengenakan celana cingkrang yang mereka anggap sebagai bagian dari sunnah Rasul.

"Belum-belum mereka bilang, 'Kiai ini tidak mengikuti sunnah Rasul karena celananya tidak cingkrang,'" ujarnya sambil tersenyum sinis.

Selengkapnya baca di sini

3 dari 4 halaman

2. Jemaah Indonesia Pulang Mulai 22 Juni 2024, Haruskah Dipanggil Pak Haji dan Bu Hajjah? Ini Kata Buya Yahya

Jemaah haji 2024 akan pulang ke negara masing-masing setelah menyelesaikan rangkaian ibadah haji, termasuk jemaah asal Indonesia. Berdasarkan Rencana Perjalanan Haji (RPH), jemaah asal Indonesia akan dipulangkan secara bertahap mulai 22 Juni 2024.

Haji adalah ibadah yang termasuk Rukun Islam dan merupakan salah satu ibadah wajib. Kewajiban haji dikhususkan bagi orang yang mampu. Namun, bukan berarti orang kaya saja yang bisa berangkat haji.

Ibadah haji dilaksanakan setiap setahun sekali, tepatnya pada bulan Dzulhijjah. Ibadah ini dilakukan di Tanah Suci, tidak bisa digantikan di tempat lain.

Di Indonesia, orang yang telah menunaikan ibadah haji akan memiliki gelar khusus yang disematkan di depan namanya. Gelar tersebut adalah ‘haji’. Misalnya, H. Fulan. 

Pemberian gelar bagi orang yang telah haji sudah mentradisi di Indonesia. Dengan gelar tersebut, dapat dibedakan mana orang yang sudah melaksanakan Rukun Islam kelima, mana yang belum.

Sebetulnya, haruskah orang yang pulang haji dipanggil ‘Pak Haji atau Bu Hajjah’? Simak penjelasan Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya berikut.

Selengkapnya baca di sini

4 dari 4 halaman

3. Punya Karomah Dahsyat, Ini Rahasia Wirid Syaikh Abu Hasan As-Syadzili

Nama Syaikh Abu Hasan Asy-Syadzili kerap disandingkan, bahkan disejajarkan dengan nama wali agung asal negara Jailan, yakni Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani. Keduanya memang memiliki gelar yang sama yakni Sulthanul Awliya atau Rajanya para wali.

Syaikh Abu Hasan Asy-Syadzili dikenal sebagai seorang wali yang memiliki banyak sekali karomah. Beliau lahir pada tahun 1197 M di Maroko, sebuah daerah yang berada paling ujung dari Maghribil ‘Arabi. Beliau wafat di Mesir pada tahun 1258 M.

Syaikh Abu Hasan As-Syadzili merupakan pendiri tarekat Syadziliyah yang merupakan salah satu tarekat terkemuka yang memiliki jumlah pengikut yang banyak yang tersebar di seluruh penjuru dunia.

Berdasarkan riwayat, Syaikh Abu Hasan Asy-Syadzili dikenal sebagai seorang wali yang memiliki banyak sekali karomah. Namun yang jarang diketahui ialah perihal wirid yang diamalkannya. Berikut ini ulasannya.

Selengkapnya baca di sini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.