Sukses

Kisah Haru di Balik Haji Wada, Isyarat Perpisahan Rasulullah dengan Umat Muslim

Peristiwa haji wada menjadi titik terakhir diturunkannya ayat-ayat al-qur'an seiring dengan wafatnya rasulullah saw.

Liputan6.com, Jakarta - Haji wada merupakan salah satu istilah haji dalam Islam. Kata 'wada' berasal dari bahasa Arab yang bermakna perpisahan.

Disebut demikian karena haji wada merupakan haji yang pertama dan terakhir kali dilakukan oleh Rasulullah SAW setelah diutus menjadi nabi.

Beliau menyampaikan dakwah Islam kepada umat manusia sekaligus dengan praktiknya, termasuk ibadah haji. Haji wada dilakukan Rasulullah SAW tepatnya pada bulan Dzulqa’dah tahun 10 hijriah.

Peristiwa haji wada merupakan pertanda disyariatkannya ibadah haji bagi umat muslim. Tak hanya itu, pelaksanaan haji wada tersebut juga menjadi pertanda bahwa usia Nabi SAW tidak akan lama lagi.

Saat itu banyak umat muslim merasakan akan adanya perpisahan yang mengharukan. Sehingga banyak dari mereka menangis ketika mendengarkan khutbah dari Rasulullah SAW. Berikut kisah selengkapnya merangkum dari laman dream.co.id.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

2 dari 4 halaman

Perjalanan Haji Wada Nabi SAW dan Umatnya

Kisah haji wada bermula ketika Nabi SAW menunaikan ibadah haji bersama istri-istrinya pada 25 Zulka’dah, akhir tahun 10 Hijriyah. Rasulullah SAW berangkat setelah menjalankan sholat dzuhur dan diikuti oleh 90 ribu hingga 114 ribu jamaah. Mereka bersama-sama menuju Tanah Suci dengan kegembiraan. s

Tiba di Dzul Hulaifa, tepatnya sebelum ashar, Nabi SAW dan kaum muslimin bermalam selama satu hari. Esok harinya, Nabi Muhammad SAW mengenakan pakaian ihram, yang diikuti oleh kaum muslim lainnya.

Delapan hari perjalanan, Rasulullah SAW dan para pengikutnya tiba di Mekah. Beliau melaksanakan thawaf, kemudian sa'i antara Shafa dan Marwa. Lalu pada 8 Zulhijjah, Nabi Saw berangkat menuju Mina dan bermalam di sana. Usai matahari terbit keesokan harinya, Nabi SAW beserta rombongan menuju Padang Arafah. Di sanalah Rasulullah Saw menyampaikan khutbahnya.

Setelah selesai khutbah, Nabi kemudian mencukur rambutnya dan berangkat menuju Mekah untuk melaksanakan tawaf ifadah dan juga sholat dzuhur. Saat itu Nabi SAW juga meminum air zam-zam, dan kemudian kembali dan bermalam di Mina.

Pada 11 Dhulhijah, tepatnya ketika matahari mulai ke barat, beliau SAW melontar jumrah di jamarat. Di sinilah Rasulullah SAW kembali menyampaikan khutbahnya. Setelah dari Mina, kemudian melaksanakan thawaf wada' di Baitullah dan melanjutkan perjalanan ke Madinah. Berakhirlah perjalanan haji Rasulullah SAW, sebab tiga bulan kemudian beliau wafat.

3 dari 4 halaman

Peristiwa Haji Wada

Istilah wada memiliki arti perpisahan. Hal ini lantaran tiga bulan pasca pelaksanaan haji wada, Rasulullah SAW tutup usia. Disebut juga Haji Balagh, sebab Nabi SAW menyampaikan syariat haji dengan perkataan sekaligus perbuatan.

Banyak pendapat yang menyebutkan jumlah jamaah yang ikut melaksanakan haji pada saat itu. Menurut Abul Hasan An-Nadawi, jumlah jamaah yang ikut haji bersama Rasulullah mencapai 100 ribu orang.

Namun menurut Musthafa As-Siba’i, jamaah yang ikut sebanyak 114 ribu orang. Perbedaan jumlah semacam ini wajar dalam catatan sejarah. Yang pasti, jumlah ini menunjukkan bahwa saat itu kaum Muslim dari seluruh penjuru Jazirah Arab membludak mendatangi Tanah Suci Mekah untuk haji bersama Rasulullah.

Jumlah tersebut merupakan pencapaian dakwah Rasulullah SAW selama 23 tahun yang luar biasa. Beliau SAW berhasil membuat masyarakat secara sukarela memeluk agama Islam. Padahal sebelumnya mereka adalah pemeluk agama nenek moyang yang fanatik.

4 dari 4 halaman

Inti Khutbah Rasulullah SAW saat Haji Wada

Pada saat haji wada, Rasulullah SAW menyampaikan khutbah panjang yang menggetarkan hati jemaah. Dirangkum dari Sirah Nabawiyah karya As-Siba’i seperti dikutip dari laman NU Online, poin khutbah Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:

  1. Haram membunuh dan mengambil harta yang bukan haknya.
  2. Haram melakukan praktik riba.
  3. Perintah untuk memenuhi hak-hak istri.
  4. Berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadis.
  5. Mempererat tali persaudaraan sesama umat Muslim.

Itulah penjelasan tentang haji wada dan kisah mengharukan di baliknya. Membaca kisah tersebut bisa membuat kita seakan kembali pada masa itu di mana Rasulullah SAW dan kaum Muslim dengan suka cita berjalan menuju Tanah Suci Mekah berhari-hari lamanya.

Sebagian dari kita yang membaca kisah tersebut mungkin juga akan merasakan keharuan yang luar biasa ketika Nabi SAW menyampaikan wahyu Tuhan yang terakhir diterimanya. Semoga kita semua berkesempatan menjalankan ibadah haji dan diakui sebagai umat Nabi Muhammad SAW.