Sukses

UAH Kisahkan Perempuan yang Protes ke Nabi SAW, Soal Enaknya Jadi Laki-Laki

Cerita perempuan yang protes kelebihan laki-laki dihadapan Nabi Muhammad SAW

Liputan6.com, Jakarta - Dalam kacamata wanita, laki-laki kerap dianggap lebih enak daripada perempuan. Bisa dilihat dari nikmatnya sholat jamaah di masjid, pergi haji bisa tanpa mahram.

Bahkan karena hal ini pernah ada kisah perempuan yang protes kepada Nabi Muhammad SAW, dengan aduan nikmatnya jadi laki-laki, jadi perempuan sangat repot.

Kisah ini dibagikan oleh Ustadz Adi Hidayat (UAH)yang mengangkat kisah inspiratif tentang seorang perempuan yang mengadu kepada Nabi Muhammad SAW.

Dalam ceramahnya, UAH menjelaskan bahwa perempuan tersebut memprotes tentang kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, seperti kemudahan dalam melaksanakan sholat berjamaah kapan saja, melaksanakan haji tanpa mahram, dan berpartisipasi dalam jihad.

Dikutip melalui kanal YouTube @Media_Dakwah947, UAH menjelaskan Nabi Muhammad SAW merespons keluhan perempuan itu dengan bijak.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pelajaran Penghargaan terhadap Kaum Ibu

Nabi kala itu meminta perempuan tersebut untuk menyampaikan pesannya kepada perempuan-perempuan di luar yang memerintahkan dirinya protes kepada Nabi SAW.

Nabi menunjuk perempuan tersebut sebagai perwakilan untuk menyampaikan pesan kepada teman-temannya, mengajak mereka untuk memahami apa yang sebenarnya dilakukan oleh laki-laki di luar rumah.

UAH menjelaskan bahwa kisah ini mengajarkan tentang penghargaan terhadap peran ibu dalam merawat anak-anak dan menyediakan kebaikan-kebaikan di rumah.

UAH menekankan bahwa seorang ibu yang sabar dan tekun dalam mengurus rumah tangga dan anak-anaknya akan mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah SWT.

"Seorang ibu adalah surganya banyak di rumah," ucap UAH, menyoroti betapa pentingnya peran ibu dalam mendidik generasi Islam yang berkualitas.

Menurut UAH, kebahagiaan dan kesuksesan seorang keluarga banyak bergantung pada peran ibu.

"Jika istri ridha dan membantu menyiapkan kebutuhannya, maka istri akan mendapatkan pahala yang sama dengan suami tanpa dikurangi sedikit pun," jelas UAH.

3 dari 3 halaman

Makna di Balik Peristiwa

UAH menjelaskan bahwa kisah ini mengandung pesan tentang penghargaan terhadap peran gender dan pentingnya penghormatan terhadap keistimewaan yang dimiliki masing-masing dalam menjalankan kewajibannya.

Perempuan yang mengadu itu memberikan perenungan bagi umat Islam untuk memahami dan menghargai perbedaan tugas dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan dalam Islam.

Menurut UAH, Islam memberikan pedoman yang jelas tentang keadilan gender dan tanggung jawab masing-masing individu.

"Setiap orang diberi peran dan tugas yang berbeda-beda, tetapi semuanya memiliki nilai dan keutamaan di hadapan Allah SWT," ujarnya.

UAH mengimbau umat Islam untuk mengambil hikmah dari kisah ini, yaitu untuk tidak mengeluhkan peran atau tanggung jawab yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap individu.

Sebaliknya, kita diingatkan untuk menghargai dan melaksanakan tugas-tugas kita dengan penuh kesabaran dan ikhlas.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.