Sukses

Pernikahan Beda Agama dalam Islam Menurut Buya Yahya, Bolehkah?

Ada beberapa aturan yang harus diperhatikan dalam Islam ketika membicarakan pernikahan antara seorang laki-laki muslim dan wanita non-muslim.

Liputan6.com, Jakarta - Sering kita dengar dan melihatnya adanya pernikahan beda agama di sekitar kita. Buya Yahya memberikan pandangannya mengenai pernikahan beda agama dari perspektif Islam.

Menurut Buya Yahya, ada beberapa aturan atau hukum Islam ketika membicarakan pernikahan antara seorang laki-laki muslim dan wanita non-muslim.

Buya Yahya menjelaskan perihal tersebut, salah satunya tayang di kanal YouTube @buyayahyaofficial yang berjudul "Pernikahan Beda Agama".

Buya Yahya menjelaskan bahwa dalam mazhab Syafi'i, pernikahan antara seorang laki-laki muslim dan wanita non-muslim sangat ketat aturannya.

Menurutnya, dalam mazhab Maliki memiliki pandangan yang lebih mudah mengenai pernikahan beda agama ini.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Apa Tujuan dari Menikah Itu?

Meskipun demikian, Buya Yahya menekankan bahwa setiap keputusan terkait pernikahan beda agama harus mempertimbangkan tujuan utama pernikahan itu sendiri.

"Tujuannya apa di balik itu semuanya," ujar Buya Yahya.

Menurutnya, pernikahan seharusnya bertujuan untuk menciptakan kebersamaan dalam keyakinan dan mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Buya Yahya juga menyampaikan pesan kepada umat Kristiani, Buddhis, Hinduis, dan Muslim mengenai pentingnya tujuan pernikahan.

"Hei saudaraku yang Kristiani, hei saudaraku yang Buddhis, hei saudaraku yang hinduis, hei saudaraku yang muslim, di saat menikah tujuanmu apa? Kan ingin ada kebersamaan dengan keyakinan, kita ingin bahagia di dunia dan akhirat, kan begitu," kata Buya Yahya.

Ia menekankan bahwa kebersamaan dalam keyakinan adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan yang diharapkan dari sebuah pernikahan.

Lebih lanjut, Buya Yahya membahas isu toleransi dalam konteks pernikahan beda agama. Ia menegaskan bahwa menolak pernikahan beda agama bukanlah bentuk ketidak-toleranan.

"Kalau ada orang mengatakan menikah beda agama salah, wah ini enggak tolerir," ujarnya. Ia memberikan analogi bahwa setiap orang berhak menentukan pilihan pasangan untuk anaknya, tanpa harus dipaksa menerima pernikahan beda agama.

 

3 dari 3 halaman

Isu Pernikahan Beda Agama, Sering Dianggap Bentuk Toleransi

Buya Yahya memberikan contoh bahwa jika seseorang tidak ingin menikahkan anaknya dengan orang tertentu, hal itu adalah hak pribadinya.

"Kalau Anda punya anak perempuan yang sangat baik menurut Anda, enggak harus kok biarpun Anda kenalan baik dengan saya, besanan sama saya enggak harus kok. Anda berhak mengatakan saya tidak mau besanan dengan Buya, enggak ada masalah, haknya Anda kok," jelasnya.

Menurut Buya Yahya, adalah salah jika kita mengukur toleransi berdasarkan penerimaan terhadap pernikahan beda agama.

Ia menekankan bahwa keputusan untuk menolak pernikahan beda agama bukanlah bentuk ketidak-toleranan, melainkan hak individu dalam menentukan pasangan yang sesuai dengan keyakinan mereka.

Lebih jauh lagi, Buya Yahya menyatakan bahwa dalam Islam, pernikahan seorang muslim dengan orang non-muslim tidak dianggap sah.

"Saya masuk ranah agama saya, wilayah Islam, pernikahanmu dengan orang di luar Islam, pernikahan tidak sah," tegasnya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pandangan Islam, kesamaan keyakinan adalah syarat penting dalam pernikahan.

Buya Yahya juga menyinggung bahwa isu pernikahan beda agama sering kali disalahpahami sebagai bentuk intoleransi.

Padahal, menurutnya, penolakan terhadap pernikahan beda agama didasarkan pada prinsip-prinsip agama yang harus dihormati.

Ia mengingatkan bahwa pernikahan bukan hanya tentang cinta dan kebersamaan, tetapi juga tentang bagaimana membangun keluarga yang sejalan dengan ajaran agama.

"Kita ingin bahagia di dunia dan akhirat," kata Buya Yahya, mengingatkan bahwa tujuan pernikahan dalam Islam adalah mencapai kebahagiaan yang utuh baik di dunia maupun di akhirat.

Buya Yahya juga menyampaikan bahwa dalam menghadapi perbedaan pandangan mengenai pernikahan beda agama, umat harus tetap berpegang pada ajaran agama masing-masing.

Ia menekankan pentingnya memahami dan menghormati keyakinan satu sama lain tanpa memaksakan pandangan pribadi.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul