Sukses

Atta Halilintar Tak Dipanggil Pak Haji Diprotes Ayahnya, Ini Kata UAH dan Buya Yahya

Atta Halilintar baru menunaikan ibadah haji tahun ini untuk pertama kalinya. Namun, saat dipanggil oleh MC lamaran Thariq dan Aaliyah Massaid, ia tidak disebut dengan gelar haji. Sang ayah, Anofial Asmid pun protes. Lantas, bagaimana sebetulnya penggunaan gelar haji? Simak penjelasan UAH dan Buya Yahya.

Liputan6.com, Jakarta - Ayahanda Atta Halilintar, Anofial Asmid menjadi sorotan publik di acara lamaran Thariq Halilintar dan Aaliyah Massaid. Pasalnya, sang ayah memprotes pembawa acara alias MC tidak memakai gelar haji saat menyebutkan nama Atta.

Awalnya, pembawa acara memberi kesempatan kepada perwakilan keluarga Halilintar untuk menyampaikan sambutannya di acara lamaran. Dalam hal ini, keluarga Halilintar diwakili Atta. 

“Jadi untuk itu maksud dan tujuan langsung saja kita akan dengarkan bersama yang akan mewakili dari keluarga bapak Halilintar, kita akan dengarkan bersama maksud dan tujuan hadirnya keluarga besar dari Bapak Halilintar,” kata MC seperti dikutip dari YouTube Kapan Lagi Dot Com, Selasa (25/6/2024).

“Untuk itu yang kami hormati Bapak Atta Halilintar untuk menyampaikan maksud dan tujuannya,” lanjut pembawa acara itu dengan tidak menyebutkan gelar haji kepada suami Aurel Hermansyah.

Seketika ayah Atta protes ke pembaca acara lantaran tidak menggunakan gelar haji saat menyebut nama putranya.

"Pak haji, lupa," sahut Anofial Asmid. 

“Iya bapak Haji Atta Halilintar,” koreksi MC.

Diketahui, Atta memang baru menunaikan ibadah haji tahun ini untuk pertama kalinya. Penyebutan gelar haji kepada orang yang sudah menunaikan Rukun Islam juga umum dilakukan. 

Sebenarnya, apakah memang ada gelar haji dan bagaimana jika tidak disebut pak haji atau bu hajjah? Simak penjelasan dua ulama kharismatik Ustadz Adi Hidayat (UAH) dan KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya berikut. 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Penjelasan UAH soal Gelar Haji

UAH dalam sebuah kajian menjelaskan, setiap ibadah tidak melahirkan gelar seperti halnya gelar-gelar dunia. Dalam ibadah, yang dikejar adalah predikat takwa, karena tujuan setiap ibadah adalah takwa.

“Sholat tujuannya takwa. Puasa juga takwa. Haji untuk takwa. Jadi, bukan untuk mencari gelarnya. Karena ibadah itu tidak melahirkan gelar. Kalau ibadah melahirkan gelar, masya Allah ada Bapak Asep pernah sholat, zakat, umrah, pernah haji, apa gelarnya? SZUH,” tutur UAH sambil guyon, dikutip dari tayangan Akhyar TV via YouTube Al Hanif, Selasa (25/6/2024).

UAH kemudian menjelaskan asal mula gelar haji digunakan. Ia mengatakan, sebenarnya titel haji yang melekat pada nama seseorang bermula dari ungkap orang Arab.

“Ketika orang itu kembali setelah haji, orang memanggil begini yalhajj yalhajj. Maksudnya adalah kalimat pengingat. Pak haji, pak haji. Kamu ini sudah haji. Jangan sampai perjuangan dalam haji dilunturkan kembali oleh keburukan-keburukan  yang menghilangkan pahala haji,” ungkap UAH.

Jika ibadah haji dilaksanakan dengan benar, maka ia akan berpotensi meraih predikat haji mabrur. Haji mabrur pahalanya tidak ada bandingannya kecuali surga.

“Makanya ketika ada orang selesai haji, misalnya, dia masuk ke imigrasi sudah marah-marah. Orang Arab mengatakan, yalhajj, bapak itu sudah haji, jangan sampai keluar kata-kata yang kotor lagi. Karena kalau keluar kalimat demikian kasihan, sayang pak, capek capek haji, sudah dapat jaminan surga, tiba-tiba mohon maaf surganya hilang kembali karena kotoran dari lisan itu,” tutur UAH.

“Jadi asalnya kalimat haji itu untuk mengingatkan kita bahwa kita sudah menunaikan ibadah besar. Ada surga di hadapan kita, jangan dikotori lagi dengan amalan maksiat. Jadi kalimat haji adalah kalimat pengingat, bukan kebanggaan,” jelas UAH.

3 dari 3 halaman

Pandangan Buya Yahya

Soal pemanggilan gelar haji di Indonesia, Buya Yahya berpendapat tradisi tersebut tidak masalah. Ini termasuk menghormati para tamu Allah. Namun, bagi orang yang sudah haji tidak perlu ingin dipanggil dengan gelar haji.

“Kemudian karena tradisi di Indonesia sudah biasa ada Pak Haji, kalau ada orang haji ya pakailah Pak Haji. Karena kalau sudah menjadi kebiasaan, bisa jadi menjadi orang yang gak enak. Cuma kalau Anda udah tiba-tiba sudah haji (dan) gak dipanggil pak haji, ya nyantai,” tuturnya, dikutip dari YouTube Al Bahjah TV.

Menurut Buya Yahya, gelar haji itu penting. Namun, jangan sampai orang yang telah haji tergoda hatinya oleh setan. Hal penting bagi orang yang sudah melaksanakan kewajiban Rukun Islam kelima adalah menjaga hati.

“Jadi, kalau ada tetangga ya panggil haji gak masalah. Apa sih salahnya manggil aja. Kalau kita gak manggil haji yang sombong kita jadinya. Ngiri panggil dia haji, jadi kita yang kotor. Cuma maksud kami adalah di saat Anda tidak dipanggil haji, biasa aja,” ujarnya.

“Jadi jaga hati penting. Jaga hati orang jangan sakiti dia. Jaga hati kita biar agar kita tidak sombong,” pesan Buya Yahya.