Sukses

Gus Baha Kisahkan tatkala Bumi Menangis dan Tersenyum, Ternyata Ini Penyebabnya

Apa yang menyebabkan bumi dan langit menangis?

Liputan6.com, Cilacap - Ulama ahli Al-Qur’an asal Kota Rembang KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengisahkan perihal bumi menangis dan tersenyum. 

Secara rasional, kisah ini terdengar aneh. Bagaimana bumi bisa menangis dan tersenyum, lantas apa penyebabnya? 

Tentang bumi menangis dan tersenyum, santri kinasih Mbah Moen ini membeberkan dalam salah satu kesempatan ceramahnya. 

Memang dalam pengajian-pengajian Gus Baha kita sering kali mendengar kisah-kisah yang sangat asing di telinga kita.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Ini Penyebabnya

Gus Baha menjelaskan penyebabnya bumi bisa menangis dan tertawa. Ketika yang dikebumikan itu orang sholeh, maka bumi tertawa bahagia. 

Namun, dalam waktu yang bersamaan, bumi juga menangis sebab tidak lagi ditinggali orang sholeh tadi. Bumi merasa kehilangan orang baik yang pernah mendiaminya. 

“Kalau bumi untuk menguburkan orang baik itu bahagia, tapi bumi itu juga menangis, karena bumi itu sedih ditinggalkan oleh orang sholeh,” katanya sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Pengajian Gus Baha, Kamis (27/06/2024). 

“Sambil mengatakan: “Ya Allah orang yang sujud di muka saya ini sudah meninggal, orang yang biasa mengaji sudah meninggal, orang yang biasa pengajian sudah meninggal, menangis, yang hidup hanya orang yang bermaksiat,” sambungnya.

3 dari 3 halaman

Bukan Hal Aneh

Perihal bumi tertawa dan menangis, sejatinya bukan hal yang aneh menurut Gus Baha. Bahkan hal ini menurutnya, bagi Nabi Adam AS merupakan hal yang biasa. 

Sebab sebagaimana unsurnya yang berasal dari bumi atau tanah, maka Nabi Adam AS mampu melihat perilaku yang biasa dilakukan oleh manusia. 

“Andaikan kamu menjadi Nabi Adam AS, dengan istilah-istilah Nabi SAW seperti ini, bumi menangis, bumi tersenyum, kamu tidak akan ingkar, sebab Nabi Adam lihat sendiri karena semua materi-materinya dari bumi,” terang alumnus Ponpes Al-Anwar Sarang ini. 

“Ini yang disebut famaa bakat ‘alaihimussamaau wal ardlu, kematian orang buruk itu kematian yang tidak ditangisi oleh langit dan bumi,” pungkasnya.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul