Liputan6.com, Cilacap - Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani merupakan manusia ulama besar yang diyakini menjadi waliyullah atau wali Allah. Derajat kewaliannya tak diragukan lagi.
Demikian halnya karomahnya, banyak kitab yang meriwayatkannya.
Advertisement
Baca Juga
Banyak kisah menakjubkan, jika membahas tentang karomah-karomah Yaikh Abdul Qadir al-Jilani. Pun demikian banyak kisah yang menyentuh hati.
Salah satunya ialah kisah seorang pemabuk yang membuatnya menangis tersedu-sedu. Hal ini terjadi saat ulama berjuluk sulthanul auliya ini sedang bepergian ke suatu tempat bersama murid-muridnya.
Di tengah-tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seseorang yang kala itu kondisinya sedang mabuk berat.
Simak Video Pilihan Ini:
Dihadang oleh Pemabuk
Tak diduga, pemabuk tersebut menghentikan perjalanan rombongan Syekh Abdul Qodir al-Jaelani, ia lalu mengutarakan tiga pertanyaan yang membuat Abdul Qodir al-Jilani sendiri pun kaget.
"Wahai Abdul Qodir, Allah itu maha kuasa atau tidak?"
“Sambil tersenyum ramah Syekh Abdul Qodir menjawab pertanyaan itu, “Tentu, Allah Maha Kuasa."
Seolah tidak mendengar jawaban Syekh Abdul Qodir al-Jailani, pemabuk bertanya kembali, “Wahai Abdul Qodir, Allah itu Maha Kuasa atau tidak?"
Dengan senyum penuh kasih sayang, Syekh Abdul Qodir al-Jailani meladeni pertanyaan pemabuk itu, "Pasti, Allah adalah Dzat Maha Kuasa atas segalanya ."
Untuk yang ketiga kalinya, pemabuk itu mengajukan pertanyaan yang sama, “Wahai Abdul Qodir, Allah itu Maha Kuasa atau tidak?"
Advertisement
Syaikh Abdul Qadir Menangis
Di saat pertanyaan yang ketiga, tiba-tiba Syekh Abdul Qodir al-Jailani menangis tersedu. Beliau bersujud kepada Allah lalu berkata,
"Demi Allah, wahai saudaraku, Allah itu Maha kuasa, Maha Kuasa, Maha Kuasa."
Murid-murid Syekh Abdul Qadir al-Jaelani pun penasaran dan kebingungan. Lalu mereka memberanikan diri untuk bertanya, “Wahai Tuan Syekh, apa gerangan yang membuatmu menangis?"
Kemudian Syekh Abdul Qadir al-Jaelani menjawab pertanyaan muridnya dengan penuh perhatian dan hati tergetar, “Betul sekali si pemabuk itu. Pertanyaan terakhir yang menyebabkanku menangis karena takut kepada Allah. Kapan saja Allah mampu mengubah nasib seseorang termasuk diriku. Siapa yang bisa menjamin diriku bernasib baik, meninggal dalam keadaan husnul khotimah. Pertanyaan itu pula yang mendorongku untuk bersujud dan berdoa kepada Allah agar tidak menjadikanku merasa aman terhadap rencana Allah. Semoga Allah memelihara kesehatanku dan menutupi aibku.”
Setelah itu, Syekh Abdul Qodir Al-Jailani memerintahkan kepada santri-santrinya untuk membawa pemabuk itu ke pondok dan memandikannya. Mereka juga diperintahkan untuk memuliakan dan melayani dengan sebaik-baiknya.
Maka senantiasalah berdoa dalam sujud ketika shalat “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.”
يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ
Artinya: "Wahai Zat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)." (HR. Tirmidzi, no. 3522 dan Ahmad, 6:315).
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
(Dinukil dari laman menara.baznas.go.id)