Liputan6.com, Jakarta - Belakangan muncul berbagai majelis sholawat. Tujuannya yakni untuk memupuk kecintaan terhadap Allah dan Rasulnya, Nabi Muhammad SAW.
Beberapa ulama juga menjadikan sholawat sebagai jalan dakwah. Tak pelak, sholawat makin beragam dengan berbagai variasi yang disukai umat Islam.
Advertisement
Baca Juga
Kini juga mudah ditemui gelaran sholawatan yang serupa konser.
Namun ternyata, Gus Baha tak suka dengan sholawat yang berlebihan. Lantas, apa maksud Gus Baha, dan sholawatan yang menurutnya ideal?
Ulasan Gus Baha mengenai sholawat berlebihan dan yang ideal ini menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Kamis (27/6/2024).
Artikel kedua terpopuler yaitu cara mudah mendapatkan kebahagiaan sejati menurut Gus Baha.
Sementara, artikel ketiga yakni kisah awal mula Syaikh Abdul Qadir al-Jilani dijuluki Sulthanul Auliya atau rajanya para wali.
Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
1. Gus Baha Tak Suka Sholawatan yang Berlebihan, Ini Sholawat Ideal Menurutnya
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, mengungkapkan pandangannya tentang praktik sholawat yang sering kali berlebihan.
Gus Baha tidak suka kepada sholawatan yang berlebihan.
Meskipun tidak sepenuhnya setuju dengan kelebihan ini, Gus Baha menekankan pentingnya menjaga sholawat sebagai bentuk khidmah yang tepat terhadap Nabi Muhammad.
Menurut Gus Baha, sholawat seharusnya lebih fokus pada pujian kepada Nabi Muhammad daripada mempertegas keinginan pribadi. Sedangkan sholawat berlebihan mensifati nabi sedikit, permintaanya banyak.
"Sholawat yang benar adalah yang banyak menyifati Nabi dan sedikit mengungkapkan keinginan pribadi," ujarnya dengan tegas, seperti dikutip kanal YouTube @AlGhifari27.
Advertisement
2. Cara Mudah Mendapatkan Kebahagiaan Sejati, Ini Tips Sederhana Gus Baha
Salah satu ulama yang dikenal sebagai ahli tafsir dan pakar Al-Qura, KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau Gus Baha membedah persoalan sebenarnya bagaimana orang yang berakal sehat.
Murid Mbah Maimoen Zubair ini menyatakan pentingnya menemukan kebahagiaan dalam hal-hal baik dan sederhana dalam kehidupan.
Gus Baha memberikan contoh yang sangat relevan mengenai kebahagiaan yang dirasakan oleh orang tua ketika menggendong anak mereka yang masih kecil.
Gus Baha menyatakan bahwa orang yang memiliki akal sehat adalah mereka yang bisa menikmati sesuatu yang baik.
"Misalnya, kamu punya anak pertama atau punya anak yang masih kecil, itu menggendongnya senangnya bukan main. Melihat anak sehat tuh senangnya bukan main," ujar Gus Baha dikutip dari tayangan Youtube kanal @GusBahaofficial99.
Ia menggambarkan kebahagiaan yang dirasakan orang tua saat melihat anak mereka sehat dan bahagia.
3. Kisah Awal Mula Syaikh Abdul Qadir al-Jilani Digelari Sulthonul Auliya atau Rajanya Para Wali
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani adalah salah satu wali Allah. Ia lahir di Jailan pada Senin, 1 Ramadhan 470 H yang bertepatan tahun 1077 M. Tokoh sufi ini wafat di Baghdad pada 11 Rabiul Akhir 561 H/1166 M.
Nama Syaikh Abdul Qadir al-Jilani sampai saat ini sering disebut dalam pengantar Al-Fatihah maupun doa tahlil. Manaqib atau risalahnya juga sering dibacakan secara khusus dalam majelis dzikir.
Syekh Abdul Qadir memiliki gelar Sulthonul Auliya atau rajanya para wali. Hingga sekarang, gelar tersebut tidak pernah lepas.
Gelar Sulthonul Auliya ini tidak asal disematkan kepadanya, ternyata ada kisah di baliknya. Berikut kisah awal mula Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani mendapat gelar Sulthonul Auliya.
Kisah ini disarikan dari kitab Al-Fawaid al-Mukhtarah via NU Online karya Habib Ali Hasan Baharun. Kitab ini berisi bunga rampai dari perkataan-perkataan gurunya, yaitu Habib Zain bin Ibrahim bin Smith, di antaranya mengisahkan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani.
Advertisement