Sukses

Buya Yahya Melarang Sujud Layaknya Burung Gagak, yang Benar Seperti Apa?

Jangan sujud seperti burung gagak, begini cara sujud yang benar menurut Buya Yahya

Liputan6.com, Jakarta - Burung gagak (genus Corvus) dikenal dengan bulu berwarna hitam dan kebiasaannya memakan bangkai. Burung ini memiliki reputasi sebagai pemakan bangkai karena sering ditemukan mengonsumsi sisa-sisa hewan mati.

Ulama besar tanah air, Buya Yahya, dalam ceramahnya mengingatkan umat Islam untuk memperhatikan cara sujudnya. Buya mengambil perumpamaan dari perilaku burung gagak.

Buya Yahya menjelaskan bahwa burung gagak, meskipun secara alamiah adalah pemakan bangkai, mengajarkan kita sebuah pelajaran moral tentang cara beribadah yang benar.

"Sujud adalah momen yang paling inti dalam ibadah kita. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini dengan melakukan sujud seperti burung gagak yang mematuk begitu saja tanpa memperhatikan nilai spiritualnya," ujar Buya Yahya retoris, seperti yang diunggah dalam laman Youtube kanal @Al Bahjah TV.

Ia menyoroti bahwa burung gagak, meskipun berwarna hitam dan sering dikaitkan dengan kejijikan karena makanannya, sebenarnya memiliki peran penting dalam ekosistem alam.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Belajar Sujud dari Burung Gagak

Selain larangan sujud layaknya burung gagak, persoalan ini juga mengajarkan kita untuk tidak mudah menilai berdasarkan penampilan fisik semata, tetapi untuk melihat nilai yang lebih dalam di baliknya.

"Sujud yang benar haruslah dilakukan dengan penuh kesadaran akan hadirat Allah SWT. Kita harus menanamkan rasa takut dan pengabdian yang tulus dalam setiap gerakan sujud kita," tambahnya, menegaskan pentingnya kualitas spiritual dalam ibadah.

Buya Yahya menekankan bahwa dalam Islam, ibadah bukan sekadar rutinitas mekanis, tetapi ekspresi dari cinta dan ketaatan kepada Allah SWT.

Buya mengajak umat untuk menghargai setiap momen sujud sebagai kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan sungguh-sungguh.

"Jika kita sujud seperti burung gagak yang sekadar mematuk tanpa memperdulikan makna dan nilai spiritualnya, maka ibadah kita hanya sebatas ritual kosong," paparnya dengan penuh kehati-hatian.

 

3 dari 3 halaman

Begini Baiknya Memaknai Sujud

Selain itu, Buya Yahya juga memberikan pandangan tentang kesederhanaan dan kerendahan hati, dengan mencontohkan bahwa kebesaran dalam ibadah bukanlah tentang kemewahan atau penampilan fisik, tetapi tentang kekhusyukan dan ketulusan hati.

"Sujud adalah momen yang harus kita lalui dengan penuh rasa syukur dan kesadaran akan kasih sayang Allah SWT. Kita harus menghindari sikap yang hanya menjalankan ibadah secara formalitas belaka," tambahnya.

Ia mengakhiri ceramah dengan doa agar umat Islam senantiasa diberi petunjuk untuk menjalani hidup sesuai dengan ajaran agama Islam, dan bahwa setiap ibadah yang dilakukan dengan tulus akan diterima oleh Allah SWT.

"Dengan mengambil hikmah dari perilaku burung gagak, kita dapat belajar untuk menghargai setiap kesempatan untuk beribadah dengan sungguh-sungguh dan penuh kekhusyukan," pungkas Buya Yahya, mengajak jamaah untuk merenungkan dan mengimplementasikan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.