Liputan6.com, Jakarta - Berkutat dengan kemiskinan dan terjebak dalam maksiat adalah dua masalah yang sering kali menghadang manusia dalam perjalanan hidupnya.
Kemiskinan bisa menjadi beban berat yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang, baik secara materi maupun spiritual.
Di sisi lain, maksiat mengacu pada perilaku atau tindakan yang bertentangan dengan ajaran agama dan nilai-nilai moral.
Advertisement
Ustadz Adi Hidayat (UAH) dalam sebuah majelisnya mengungkap pesan penting tentang kemiskinan dan maksiat.
Ia menekankan bahwa meskipun seseorang dalam keadaan miskin, tidak seharusnya terjerumus dalam perilaku maksiat seperti judi, mabuk, atau zina.
"Udah miskin, judi. Sudah miskin, mabuk. Gak tahu miskin, zina juga gitu kan. Ya sudah miskin, sombong. Kaya sombong aja bermasalah, miskin sombong lebih masalah," ujar UAH dikutip dari kanal YouTube @kataustadztv.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Miskin Jadi Alasan Berbuat Salah
Ia menyoroti bagaimana kemiskinan seringkali menjadi alasan bagi beberapa orang untuk melakukan tindakan yang tidak benar.
UAH menegaskan bahwa selalu ada jalan keluar dari setiap masalah. Namun, jalan keluar ini tidak berarti bahwa kita bisa mempermudah melakukan maksiat dengan berpikir bahwa nanti akan ada kesempatan untuk bertobat.
"Jalan keluar ini bukan berarti dimudah-mudahkan maksiat aja dulu, entar juga ada jalan tobat," tegasnya.
Ia mengingatkan bahwa merencanakan maksiat dengan sengaja adalah dosa yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang larut tak sengaja dalam maksiat atau terbawa dalam maksiat.
"Seseorang yang menyiapkan rencana maksiat itu dosanya berkali lipat dibandingkan dengan orang yang larut tak sengaja dalam maksiat," jelas UAH.
UAH juga menekankan betapa kuatnya provokasi setan dalam menggoda manusia. "Hati-hati, provokasi setan itu demikian tinggi," ujarnya.
Advertisement
Banyak Dosa, Tetap Optimis Dapat Ampunan
Ia mengingatkan agar kita selalu waspada terhadap godaan setan yang bisa menjerumuskan kita ke dalam dosa.
Dalam ceramahnya, UAH juga menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik dan menjauhi maksiat, tidak peduli apa pun status duniawi kita.
"Muhammad viralkan kepada siapapun hambaku dengan semua status duniawinya ketika melakukan maksiat tingkat tinggi israf," ungkap UAH.
UAH menjelaskan mengenai israf, yaitu berlebihan dalam segala hal termasuk dalam dosa. "Saya pernah contohkan pertemuan lalu, israf berlebihan sudah banyak dosanya," katanya.
Ini mengingatkan kita untuk selalu berada dalam batasan yang wajar dan tidak berlebihan dalam bertindak.
Namun, UAH juga memberikan harapan bagi mereka yang telah terjerumus dalam dosa. Ia mengingatkan bahwa kita tidak boleh putus asa dari rahmat Allah.
"Rahmatillah, jangan putus asa dari rahmat Allah," tegasnya. Allah selalu membuka pintu tobat bagi hamba-Nya yang benar-benar ingin kembali ke jalan yang benar.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul