Liputan6.com, Jakarta - Bulan Sura atau Suro, yang dikenal dalam kalender Jawa, adalah sebuat lain untuk bulan Muharram dalam kalender Islam.
Muharram adalah salah satu bulan suci dalam Islam, di mana umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, doa, dan amalan baik.
Muharram memiliki makna historis dan spiritual yang mendalam, termasuk peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah dan peringatan hari Asyura, yang jatuh pada tanggal 10 Muharram, sebagai hari penting dalam sejarah Islam.
Advertisement
Dalam tradisi Jawa, bulan Suro juga dianggap sebagai bulan yang sakral dan penuh dengan nilai-nilai spiritual.
Banyak masyarakat Jawa yang memperingati bulan ini dengan berbagai ritual adat, seperti mengadakan doa bersama, tahlilan, dan upacara bersih desa.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Ketika Dianggap Bulan Sial, Ini Kata Buya Yahya
Kepercayaan akan keberkahan dan kesucian bulan Sura ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh agama dan budaya dalam kehidupan masyarakat Jawa, yang menyatu dalam penghormatan terhadap bulan Muharram dalam Islam.
Namun ada juga yang menggaggap bulan sura sebagai bulan sial atau bulan petaka. Menanggapi hal ini KH Yahya Zainul Ma'arif tidak setuju dengan hal tersebut.
Buya Yahya, menjelaskan bahwa Muharram yang kebtulan bertepatan dengan bulan Sura bagi orang Jawa adalah salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam.
Ia menegaskan bahwa Muharram merupakan bulan haram yang penuh rahmat dan kemuliaan, bukan bulan petaka sebagaimana sebagian orang mungkin meyakininya.
Buya Yahya menegaskan bahwa keyakinan tentang hari atau bulan yang membawa petaka adalah suudzon (berburuk sangka) kepada Allah.
Menurutnya, semua bulan dalam Islam adalah bulan yang baik dan mulia. Menganggap bulan tertentu sebagai bulan yang membawa sial atau petaka adalah pandangan yang salah dan tidak berdasar dalam ajaran Islam.
"Semua hari adalah baik untuk beribadah," tegas Buya Yahya, seperti dalam unggahan Yotube kanal @buyayahyaofficial.
Â
Advertisement
Ini Hari Jelek Menurut Buya Yahya
"Hari yang jelek hanyalah hari dimana kita melakukan kemaksiatan," tegas Buya.
Selain itu, Buya Yahya juga mengkritik pandangan beberapa pedagang yang mengeluh tentang penurunan penjualan di bulan Muharram, menganggap bulan tersebut sebagai bulan yang sempit atau tidak menguntungkan.
Buya menegaskan bahwa bulan Muharram adalah bulan baik, dan tidak seharusnya ada anggapan negatif terhadap bulan tersebut.
"Ini adalah pandangan yang salah dan sering kali berakar dari kepercayaan dukun yang tidak berdasar," jelas Buya Yahya.
Buya Yahya mengajak umat Islam untuk memanfaatkan bulan Muharram dengan melakukan berbagai aktivitas positif dan ibadah.
Ia mengingatkan bahwa Muharram adalah bulan istimewa, salah satunya adalah dengan menjalankan puasa.
"Puasa Muharram adalah sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadan," kata Buya Yahya, menekankan keutamaan ibadah puasa di bulan ini.
Dengan berpuasa di bulan Muharram, umat Islam bisa mendapatkan pahala yang besar dan mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam penjelasannya, Buya Yahya juga menyebut bahwa keyakinan tentang bulan Muharram sebagai bulan yang membawa sial adalah buah dari kepercayaan yang tidak benar.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul