Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi di mana kita merasa perlu menegur atau memberi nasihat kepada orang lain.
Namun, menegur orang, terutama dalam hal ibadah seperti sholat, memerlukan kebijaksanaan dan kehati-hatian. Teguran yang tidak tepat bisa berakibat buruk, seperti membuat seseorang malah menjauh dari ibadahnya.
Hal tersebut menjadi salah satu garis besar yang diungkapkan KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau Gus Baha dalam salah satu pengajiannya.
Advertisement
Salah satu topik yang dibahas adalah bagaimana cara yang tepat dalam menegur seseorang. Ia mengingatkan kita untuk berhati-hati saat menegur orang lain, terutama dalam konteks ibadah.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Ini Contoh Menurut Gus Baha
Gus Baha memberikan contoh tentang seseorang yang sering datang ke masjid untuk sholat berjamaah, namun pakaiannya masih kurang sesuai dengan adab masjid.
"Misalnya ada orang yang sering datang ke masjid untuk berjamaah sholat tapi pakaiannya masih agak-agak gimana gitu," ujarnya.
Ia menekankan pentingnya pendekatan yang bijak dalam menegur orang seperti ini.
Gus Baha menekankan bahwa jika teguran tersebut berpotensi membuat orang tersebut tidak mau lagi datang ke masjid, maka lebih baik untuk tidak menegur.
"Kalau ditegur malah enggak shalat, ini kan kita punya perhitungan. Kalau ditegur malah enggak sholat, kalau dibiarin tetap sholat, mendingan enggak negur," kata Gus Baha.
Ini menunjukkan bahwa menjaga kehadiran seseorang dalam ibadah lebih penting daripada menegur hal-hal yang sifatnya penampilan.
Advertisement
Begini agar Menegur Tak Sampai Menyinggung
Namun, Gus Baha juga mengingatkan agar dalam hati kita tetap ada niat yang baik dan tidak semata-mata menghindari teguran hanya karena takut kehilangan pemandangan yang tidak sesuai.
"Asal di hati kamu jangan-jangan nanti enggak ada pemandangan kalau ditegur, lah itu yang mulai masalah kan," jelasnya. Hal ini mengajarkan kita untuk memiliki niat yang tulus dan ikhlas dalam menegur orang lain.
Gus Baha menekankan bahwa masalah ini bisa menjadi urusan nafsu jika kita terlalu memperhitungkan hal-hal yang sebenarnya bukan masalah utama.
"Itu mulai masalah itu nafsi, kalau perhitungannya begitu khun nafsi," ujarnya. Artinya, kita harus memastikan bahwa niat kita dalam menegur benar-benar untuk kebaikan orang tersebut dan bukan karena alasan pribadi atau keinginan untuk mengatur orang lain.
Ia juga mengingatkan bahwa selama seseorang masih menjalankan ibadah dan tidak melanggar prinsip-prinsip utama Islam, kita harus bisa menoleransi kekurangan-kekurangan yang ada.
"Selama masih Islami dengan perhitungan-perhitungan haqah wa rasulih, Insyaallah itu ditoleransi," kata Gus Baha.
Ini menunjukkan bahwa kita harus lebih fokus pada inti ibadah dan kebaikan yang dilakukan seseorang daripada hal-hal yang bersifat penampilan atau detail kecil lainnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul