Sukses

Dalil Puasa Muharram dan Keutamaannya, Hapus Dosa Setahun Lalu

Di antara puasa yang paling utama dalam bulan ini adalah puasa Asyura, yang dilakukan pada hari ke-10 Muharram, serta puasa Tasu'a pada hari ke-9 Muharram.

Liputan6.com, Jakarta - Puasa di bulan Muharram merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriyah dan termasuk salah satu dari empat bulan suci yang dimuliakan dalam Islam.

Di antara puasa yang paling utama dalam bulan ini adalah puasa Asyura, yang dilakukan pada hari ke-10 Muharram, serta puasa Tasu'a pada hari ke-9 Muharram.

Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk berpuasa di bulan Muharram, terutama pada hari Asyura. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda bahwa puasa Asyura dapat menghapus dosa-dosa kecil selama setahun yang lalu.

Selain itu, Rasulullah juga menganjurkan untuk menambah puasa satu hari sebelum atau setelah Asyura, yaitu pada hari Tasu'a, untuk membedakan dengan kaum Yahudi yang juga berpuasa pada hari tersebut.

Keutamaan puasa Muharram ini tidak hanya terletak pada pahala dan penghapusan dosa, tetapi juga sebagai bentuk pengingat akan berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam yang terjadi pada bulan ini.

Salah satu peristiwa yang diingat adalah keselamatan Nabi Musa AS dan Bani Israel dari kejaran Fir'aun. Dengan menjalankan puasa di bulan Muharram, umat Islam diharapkan dapat meningkatkan ketakwaan, memperkuat hubungan dengan Allah SWT, dan meneladani sifat-sifat kesabaran dan keteguhan para nabi dan rasul.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Anjuran Puasa Muharram

Mengutip, muslim.or.id, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mendorong kita melakukan puasa pada bulan Muharram sebagaimana sabdanya,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163, dari Abu Hurairah).

Imam Nawawi –rahimahullah– menjelaskan, “Hadits ini merupakan penegasan bahwa sebaik-baik bulan untuk berpuasa adalah pada bulan Muharram.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 55)

Lalu mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diketahui banyak berpuasa di bulan Sya’ban bukan malah bulan Muharram? Ada dua jawaban yang dikemukakan oleh Imam Nawawi.

Mungkin saja Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baru mengetahui keutamaan banyak berpuasa di bulan Muharram di akhir hayat hidup beliau.

Boleh jadi pula beliau memiliki udzur ketika berada di bulan Muharram (seperti bersafar atau sakit) sehingga tidak sempat menunaikan banyak puasa pada bulan Muharram. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 55)

Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Puasa yang paling utama di antara bulan-bulan haram (Dzulqo’dah, Dzulhijah, Muharram, Rajab -pen) adalah puasa di bulan Muharram (syahrullah)” (Lathoif Al Ma’arif, hal. 67)

Sesuai penjelasan Ibnu Rajab, puasa sunnah (tathowwu’) ada dua macam:

Puasa sunnah muthlaq. Sebaik-baik puasa sunnah muthlaq adalah puasa di bulan Muharram.

Puasa sunnah sebelum dan sesudah yang mengiringi puasa wajib di bulan Ramadhan. Contoh puasa ini adalah puasa enam hari di bulan Syawal. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, hal. 66)

 

3 dari 3 halaman

Berikut Sahabat yang Gemar Puasa pada Bulan Haram

Jadi, penjelasan di atas dapat dipahami bahwa puasa sunnah mutlaq yang paling afdhol adalah puasa Muharram. Sedangkan puasa muqoyyad (yang ada kaitan dengan waktu tertentu atau berkaitan dengan puasa Ramadhan), maka yang lebih afdhol adalah puasa enam hari di bulan Syawal.

Puasa Syawal dari sisi ini lebih afhdol dari puasa Muharram. Puasa Syawal tersebut berkaitan dengan puasa Ramadhan. Oleh karenanya puasa tersebut seperti shalat sunnah rawatib yang mengiringi shalat wajib. Puasa Arafah juga bisa lebih baik dari puasa Muharram dari sisi puasa Arafah sebagai sunnah yang rutin. (Penjelasan Syaikh Kholid bin Su’ud Al Bulaihad di sini)

Di antara sahabat yang gemar melakukan puasa pada bulan-bulan haram (termasuk bulan haram adalah Muharram) yaitu ‘Umar, Aisyah dan Abu Tholhah. Bahkan Ibnu ‘Umar dan Al Hasan Al Bashri gemar melakukan puasa pada setiap bulan haram (Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 71). Bulan haram adalah bulan Dzulqo’dah, Dzulhijah, Muharram dan Rajab.

Banyak Berpuasa, Tidak Mesti Sebulan PenuhPenjelasan di atas menunjukkan bahwa kaum muslimin dianjurkan memperbanyak puasa pada bulan Muharram. Jika tidak mampu, berpuasalah sesuai kemampuannya. Namun yang lebih tepat adalah tidak berpuasa Muharram sebulan penuh. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhuberkata,

وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِى شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِى شَعْبَانَ

“Aku tidak pernah melihat Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan. Aku tidak pernah melihat beliau banyak puasa dalam sebulan selain pada bulan Sya’ban.” (HR. Muslim no. 1156). (Lihat penjelasan Syaikh Kholid bin Su’ud Al Bulaihad di sini)

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul