Sukses

Mengenal Guru-Guru Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Ternyata Bukan Manusia Biasa

Guru-guru Syaikh Abdul Qadir al-Jilani merupakan manusia-manusia hebat yang tersohor kealimannya.

Liputan6.com, Cilacap - Banyak sisi menarik untuk mengulas Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, waliyullah asal negeri Jilan (Jailan, Gilan, sebutan lainnya) yang mendapatkan julukan sulthanul aulia.

Tak hanya mengulas karomah dan keilmuwan yang ditekuni manusia berjuluk porosnya alam, namun tak kalah menariknya ialah mengulas perihal guru-guru Syaikh Abdul Qadir al-Jilani.

Rupanya, di balik kehebatan sosok ulama yang sekaligus wali yang memiliki banyak karomah yang menakjubkan ini, tentu saja tak bisa dilepaskan dari peran serta guru-gurunya yang telah membimbingnya.

Berdasarkan riwayat, guru Syaikh Abdul Qadir al-Jilani tergolong banyak serta memiliki latar belakang keahlian yang berbeda.

Hal ini lah yang mengantarkan beliau menjadi sosok ulama yang dikagumi karena tersohor menguasai berbagai macam disiplin keilmuan, seperti Tafsir, Fiqih, Tasawuf dan lain sebagainya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Guru-Guru Syaikh Abdul Qadir al-Jilani

Menukil daaruttauhiid.org, seperti ditulis oleh Adi Humaidi pada Adab Pendidik dan Peserta Didik Perspektif Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam Saat Ini, ada banyak guru Syeikh Abdul Qadir al-Jailani saat menuntut ilmu. Pertama ada Abu Said al-Mubaraq bin Ali al-Mukharami. Beliau adalah seorang pemuka mazhab Hambali yang sempat belajar kepada Qadhi Abu Ya’la dan membangun Madrasah Bab al-Hajaz.

Kemudian ada Abu al-Wafa Ali bin Aqil bin Abdullah al- Baghdadi, beliau adalah seorang imam rujukan, ilmu, pemuka mazhab Hambali, ahli argumen, dan pengarang banyak kitab. Beliau lahir pada tahun 431 H dan terkenal sebagai pionir kecerdasan, samudera kearifan, dan harta karunnya keutamaan yang tiada satu pun menandingi beliau di zamannya.

Guru Syaikh Abdul Qadir al-Jailani selanjutnya adalah Hammad bin Muslim ad-Dibaz. Ibnu Tamiyah menyanjung Syeikh Abdul Qadir al-Jailani dan gurunya ini adalah manusia yang paling istiqamah. Lalu ada pula Abu Muhammad Ja’far bin Ahmad as-Siraj, beliau adalah seorang guru besar, cendikiawan, ahli hadis, dan termasuk jajaran para syaikh yang mempunyai tulisan dan karya yang banyak.

Abu Muhammad Ja’far bin Ahmad as-Siraj adalah orang yang jujur dan memiliki banyak karangan di berbagai macam disiplin ilmu. Beliau juga termasuk ahli ilmu yang pendapat, akhlak, dan keilmuannya dijadikan rujukan. Beliau adalah orang yang tsiqah (tepercaya dalam periwayatan hadis), amanah, alim, dan saleh. Lahir pada tahun 417 H dan wafat pada tahun 500 H.

Selanjutnya guru Syaikh Abdul Qadir al-Jailani adalah Abu Abdullah Yahya bin al-Imam Abu Ali al-Hasan bin Ahmad bin al-Bina al-Baghdadi al-Hanbali. Beliau adalah al-Hafizh yang disanjung, dimuliakan, dan diteladani karena keilmuannya, keutamaannya, dan keindahan akhlaknya.

Beliau merupakan ‘alim yang zuhud, meninggalkan kemewahan dunia, serta gemar menghidupkan dan memakmurkan masjid. Beliau dilahirkan pada tahun 453 H dan wafat pada tahun 531 H. Beliau-beliau itulah di antara guru-guru Syaikh Abdul Qadir al-Jailani yang terkenal. Mereka adalah sosok-sosok yang Syaikh Abdul Qadir al-Jailani timba keilmuannya dan memiliki pengaruh yang sangat besar bagi Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. 

3 dari 3 halaman

Sekilas tentang Biografi dan Perjalanan Intelektualnya

Syaikh Abdul Qadir al-Jailani adalah cucu dari Syaikh Abdullah ash-Shaumai yang merupakan pemimpin para zuhad dan salah seorang syaikh di Kota Jilan. Kakek beliau masyhur karena kealimannya serta dianugerahi berbagai karamah.

Syaikh Abdul Qadir al-Jailani adalah seorang ‘alim yang bergelar Sulthanul ‘Auliya. Beliau merupakan pendiri thariqat Qadiriyah yang dilahirkan di Naif, Jailan pada 1 Ramadhan 470 H /1077 M. Sejak kecil ia sudah ditinggal ayahnya. Kealimannya sudah tampak pada masa bayinya yang mana ia tidak mau menyusu di siang hari pada Bulan Ramadan.

Syaikh Abdul Qadir al-Jailani mulai mengadakan perjalanan menuntut ilmu dari kota negerinya, Jailan, menuju Baghdad pada tahun 488 H. Usia beliau saat itu sekitar delapan belas tahun. Di Baghdad, beliau bertemu dengan banyak ulama terkenal yang beliau timba kearifan dan keilmuannya sehingga menjadi orang alim yang menguasai berbagai macam disiplin ilmu.

Beliau telah menghabiskan waktu selama 32 tahun untuk menuntut ilmu. Syaikh Abdul Qadir al-Jailani mempelajari berbagai jenis ilmu. Kemudian, mulai membuka madrasah keilmuan dan majelis-majelis ilmu di tahun 520 H.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul